Saturday, January 1, 2011

Shiki_Chapter # 5

PART V

Saat ini seluruh Jepang sedang libur golden week yaitu hari libur dimana dalam satu minggu terdapat tiga hari libur nasional berturut-turut, dari tanggal 29 april- 5 mei.

Tanggal 29 April adalah hari Showa, tanggal 4 Mei libur hari hijau, dan tanggal 5 Mei libur hari anak-anak. Dan sekarang tanggal 5 Mei, tiba hari pesta ulang tahun Haruki.

“sederhana apanya...” Hime, Ami dan Takashi tiba di gerbang rumah keluarga Nishitama, gerbangnya tinggi dan halaman depannya luas dengan kolam air mancur ditengah halaman, banyak mobil terparkir disana.

Rumahnya bercat putih dengan gaya bangunan eropa. Mereka masuk dan disambut para pelayan laki-laki berjas hitam, lalu bersama dengan tamu murid Shiki yang lain mereka menuju ke halaman belakang rumah.

“tapi kenapa pestanya pagi hari.. bukannya pesta itu malam ya” kata Ami.

“..waaah... ini.. halaman rumah atau taman.. kenapa pohon sakuranya sebanyak ini..??” terbentang kebun pohon sakura yang luas dan disampingnya ada rumah kaca yang isinya tanaman-tanaman hias dan bunga-bunga, lalu ada paviliun yang terpisah dari tempat pesta.

“oh ya, bukannya sudah tertulis diundangan, tema pestanya kan hanami, pesta bunga sakura” kata Takashi.

“tapi.. ini..apa benar rumah seseorang? kenapa bisa memiliki taman sakura seluas ini..” Hime memandang sekeliling, di bawah pepohonan sakura yang mekar terdapat meja-meja hidangan untuk murid Shiki, sedangkan para tamu undangan ada di deretan taman sakura yang lain.

“waa.. lihat itu ada artis” Takashi girang “waah itu juga, disana juga, waah.. benar-benar pesta orang ternama” Takashi terlihat sangat bahagia.

“Shiki no Oujisama sudah datang..” , “mana?” semua ribut dan berebut melihat, Haruki datang menggandeng seseorang.

“itu.. Itou Aya?” kata Hime. Semua memperhatikan gadis yang digandeng Haruki, bintang idola Jepang yang sedang ngetop, idola yang dikagumi Hime.

“jadi benar ya, yang dibilang Aki no Oujisama, tapi meskipun begitu dia masih saja mendekati Hime” kata Takashi.

“hei, dia kan hanya bercanda, aku juga sudah bilang kan, eh?” Hime melihat Aki menggandeng perempuan cantik.

“siapa itu? yang bersama Aki no Oujisama” tanya Ami.

“ngga tahu, tapi dia tampaknya dewasa” kata Takashi.

Hime memandang Aki dengan wajah sayu.

“ah itu Yuki no Oujisama, Hime lihat” Hime bengong tak mendengar “Hime?”

“eh.. apa?”

“Yuki no Oujisama”.

“eh” Hime menoleh “wah.. cantik ya.. perempuan itu tampak elegan, apa dia kekasih Yuki no Oujisama? tapi agak dewasa ya ^ ^” Hime nyeringis “oh ya waktu itu kan Aki bilang Sakamoto senpai sudah punya pacar” pikir Hime.

“Hime?”.

“eh”.

“kau ngga kecewa?”.

“kenapa?”.

“Yuki no Oujisama bergandengan dengan wanita secantik itu..”.

“ngga.. kenapa aku mesti kecewa? aku sudah tahu kok kalau Sakamoto senpai sudah punya pacar, lagipula Sakamoto senpai memang cocok dengan perempuan yang berkelas kan, dilihat saja Sakamoto senpai hebat banget”.

“tapi.. kau menyukai Yuki no Oujisama kan, kalau kau suka sama Yuki no Oujisama pasti merasa kesal atau sedih kan, meskipun kita ngga bisa marah sih” kata Ami lagi masih memandang Hime.

“eh? suka? iya, jika kita suka seseorang kita akan merasakan sesuatu saat melihatnya dengan perempuan lain kan” kata Hime dalam hati sambil masih memandang Yuki, tapi pandangannya teralih pada Aki yang bersama-sama Yuki sedang ngobrol dengan Haruki dan yang lainnya, perempuan itu masih menggandeng Aki.

Deg! “eh? apa ini? perasaan apa ini.. kenapa? kenapa dadaku sakit melihat dia... ngga mungkin, ngga mungkin ini rasa suka yang dikatakan Ami tadi, heh.. ngga mungkin... lagipula kan orang kayak mereka itu.. hanya bisa dikagumi saja... karena.. ditengah kumpulan orang-orang hebat seperti ini, orang sepertiku ini bahkan ngga akan terlihat” Hime menoleh sekeliling kumpulan murid Shiki ada di bagian yang terpisah dengan para tamu undangan penting lain

Hime pergi ke deretan meja sajian di depan rumah kaca, berdiri di belakang meja.

“permisi, aku minta minumannya” pinta seorang tamu pada Hime.

“eh?” Hime melongo “ah.. silahkan” Hime memberikannya “heeh.. yang ada malah jadi begini”.

“bisa tolong ambilkan”.

“silahkan” Hime melayani dengan senyum komersilnya, lalu ada yang mendekat ke meja “apa anda ingin sesuatu?” Hime membungkuk “eh?” setelah menoleh, ternyata Aki.

“kenapa kau ada disini?”.

“ah.. aku..”.

“pelayan” panggil Aki.

“ya, tuan”.

“kenapa kalian biarkan tamu melakukan ini?”.

“e.. maaf, maaf sekali, nona maafkan kami”.

“ah.. ngga, ngga apa-apa”.

“ayo” Aki menggandeng Hime.

“eh?” Hime melihat tangan Aki yang memegangi tangannya. Mereka ke paviliun untuk berteduh.

“Haru sangat sibuk jadi dia belum bisa menyapamu” kata Aki.

“ah..ngga apa-apa, lagipula ngga penting kan, saat ini pasti semua sedang sibuk, tamunya begini banyak, dan Aki juga sibuk kan”.

“aku? ngga juga..”.

“perempuan itu, siapa ya? apa aku boleh tanya?” tapi Hime hanya diam.

“Aki” seseorang datang.

“eh?! perempuan yang datang sama Aki” Hime terkejut.

“kakak” ucap Aki.

“eh? kakak?” Hime bengong memandang “hee??”

“dia temanmu?” tanya perempuan cantik itu.

“iya, Tsukino Hime” kata Aki mengenalkan.

“Toyama Shizuka, senang berjumpa denganmu” perempuan anggun bernama Shizuka itu tersenyum, wajahnya tak hanya cantik tapi sangat lembut, tatapannya seolah bisa menenangkan setiap orang yang bertatapan dengannya.

“Tsukino Hime, senang berjumpa dengan anda” Hime membungkuk.

“Aki, Haru memanggilmu, pergilah kesana”.

Aki pun pergi.

“satu kelas dengan Aki?”.

“ah tidak, saya siswi tingkat satu” ucap Hime dengan bahasa sopan.

“eh? kelas satu?” Shizuka memandang Hime “kau suka pesta bunga ini?” tanya Shizuka dengan senyum.

“he.. ya, senang rasanya bisa hadir disini, Nishitama senpai orang yang sangat baik”.

“senpai?” ucap Shizuka heran sama seperti reaksi Aki waktu pertama ketemu “kau memanggilnya senpai?”.

“iya, karena Nishitama senpai kakak kelas, begitu juga dengan Sakamoto senpai” jawab Hime dengan setengah heran “wajar kan memanggil kakak kelas begitu, apa ada yang salah ya” pikir Hime sendiri.

“he... menarik sekali”.

“eh?”.

“baru kali ini aku mendengar ada yang memanggil mereka dengan sebutan senpai, aku ingat dulu juga aku ngga pernah dipanggil senpai”.

“eh?? sama seperti ucapan Aki waktu itu” Hime cuma heran.

“he.... jadi itu kenapa tadi Aki ada disini bersamamu”.

“eh?”.

“nikmatilah pesta ini” Shizuka pergi.

“jadi.. itu tadi kakak Aki?” Hime tersenyum sendiri “eh? kenapa aku merasa senang? kenapa aku merasa lega, aku ini kenapa sih, dasar aneh” Hime menepuk-nepuk pipinya.

“honey..”.

“eh?”.

“honey kenapa ada disini sendirian?”.

“ngga apa-apa, oh ya Nishitama senpai selamat ulang tahun” Hime membungkuk sambil menyerahkan hadiah.

“terimakasih honey ^ ^, hadiah ini akan jadi hadiah paling spesial untukku”.

“Nishitama senpai, bukankah harusnya Nishitama senpai ngga memanggilku seperti itu” tatapan bete Hime.

“memangnya kenapa?”.

“sudah jelas kan, disini ada kekasih Nishitama senpai”.

“Aya?”.

“iya” wajah Hime bete.

“ternyata honey cemburu, senangnya” Haruki memeluk Hime.

“e... bu.. bukan begitu.. tunggu..”.

“meski ada Aya aku tetap menyukai honey”.

“e..” Hime melepaskan diri.

“Haru..” Aki datang dengan Aya.

“hah?! ada Aya-san, kalau Aya-san marah gimana?”.

“ada tamu lagi ya, heeh... ya apa boleh buat, daa honey” Haruki merangkul Aya dan pergi.

“apa itu gadis yang kau bicarakan?” ucap Aya sambil berjalan pergi.

“kau ngga mau menyapa Yuki?”.

“ah.. Sakamoto senpai pasti juga sibuk, apalagi tadi datang dengan..”.

“dengan ibunya” sela Aki.

“eh?”.

“Yuki datang dengan bibi karena paman sedang di luar negeri”.

“eh? jadi.. bukan kekasih?”.

“haa?”.

“iya, tadinya kupikir itu.. kekasih Sakamoto senpai, kau juga pernah bilang kalau Sakamoto senpai sudah punya pacar kan, jadi mungkin saja itu kekasih Sakamoto senpai”.

“eh? ha.ha.ha kau ini lucu sekali, masa ibunya kau bilang kekasih ha.ha.ha” tawa Aki seakan meledak “meskipun memang Yuki menyukai seseorang yang lebih dewasa dibanding dia tapi apa kau ngga bisa membedakan mana yang cocok untuk disebut kekasih, jangan-jangan kau juga berpikir yang bersamaku tadi adalah kekasihku”.

“eh?! -///- e..” tiba-tiba wajah Hime memerah.

“eh?” Aki mengamati wajah Hime “apa benar kau tadi mengira kakak kekasihku?”.

“e.. itu..”.

“he.. ba-ka ha.ha.” Aki terus tertawa, Hime menatapnya kesal “kau membuat perutku sakit ha.ha.ha”.


Natsu


-Di paviliun taman Shiki-

Tempat khusus Shiki no Oujisama “ha.ha.ha”.

“sampai kapan sih kau mau ketawa?” ucap Hime bete.

“habisnya kalau teringat pesta itu aku jadi teringat kebodohanmu ha.ha”.

“ya sudah tertawa saja sampai mati” Hime kesal.

“hee.. kau marah?” Hime manyun “ya baiklah aku ngga akan ketawa lagi”.

“eh” Hime melirik “oh ya, waktu itu kau bilang Sakamoto senpai menyukai seorang perempuan yang lebih dewasa”.

“eh? aku bilang begitu?”.

“iya, masa lupa, apa kekasih Sakamoto senpai lebih dewasa?”.

“heeh.. iya”.

“benarkah? siapa?”.

“kenapa kau semangat begitu, bukannya kecewa?”.

“ngga.. kenapa harus kecewa”

“bukannya kau suka sama Yuki? apa kau sudah ngga suka dia lagi?”

“eh? e... aku.... aku kan cuma mengaguminya, soal kekasih Sakamoto senpai aku juga ingin tahu, perempuan seperti apa yang disukai Sakamoto senpai, bisa dibayangkan pasti sangat anggun dan cantik, iya kan?”.

“iya, kau kalah jauh”.

“e..”.

“namanya Hanamiya Kirei, dia lulus dari Shiki dua tahun yang lalu, mereka ngga benar-benar berpacaran sih, ceritanya rumit, kau.. benar-benar ngga suka lagi sama Yuki? apa ada orang lain yang kau suka?”.

“eh? e.. kenapa kau bertanya begitu..”

“ah.. maksudku.. aku cuma heran kalau kau ngga suka lagi sama Yuki, dia itu kan sangat keren, iya kan”.

“hei lihat itu Aki no Oujisama di paviliun” , “sama siapa ya?” , “itu kan anak kelas satu yang kemarin terkurung di toilet karena senior Murasaki iri, dia dekat dengan Aki no Oujisama” , “apa benar mereka dekat? apa mereka berpacaran?” , “waktu itu juga Aki no Oujisama menyelamatkannya sampai masuk rumah sakit, Aki no Oujisama kan ngga pernah bersama seorang gadis, apalagi dia bisa berada di paviliun itu berarti Shiki no Oujisama mengijinkannya, itu berarti dia benar-benar istimewa bagi Shiki no Oujisama” , “mustahil gadis biasa seperti itu” semua tiba-tiba membicarakan hubungan Aki dan Hime.

-Di kelas 1-A-

Saat Hime masuk “apa benar kalian berpacaran?” tanya teman-teman Hime menerubungi Hime.

-Di ruang dewan-

“haa?? apa?” kata Aki kaget, dia sedang ada di ruang dewan.

“saat ini sekolah gempar karena berita ini” kata Yuki.

“tapi... gimana bisa pacaran, pacaran itu kan harus saling suka”.

“kau memang menyukainya” ucap Natsuki, untuk pertama kalinya Natsuki mengeluarkan suara selama dalam scene ini.

“Natsu.. kenapa kau cerewet sih, biasanya kau kan diam saja” tiba-tiba Aki ngomel-ngomel “meski begitu, tapi yang disukainya itu kan.... Yuki” kata Aki dalam hati.

“jadi begitu...” tiba-tiba Haruki masuk dengan tatapan serius “kalian... saling menyukai? Aki..dan honey?”.

“Haru.. kau ini kenapa? kau cuma bercanda soal Tsukino kan” Aki berhadapan dengan Haruki.

“bercanda? apa sekarang kekecewaanku terlihat seperti bercanda?”.

“e.. Haru..” Haruki pergi keluar “kenapa dia? dia ngga mungkin serius menyukai Tsukino kan” Natsuki hanya mengangkat bahu.

-di kelas 1-A-

“honey.. apa itu benar?”.

“eh? panggilan ini... Nishitama senpai” Hime menoleh.

“tentang Aki dan honey..” wajahnya serius.

“eh? Nishitama sen.. pai”.

“aku sedih..” Haruki menunduk.

“eh Nishitama senpai..” Hime panik mode on.

“kenapa honey ngga mengatakannya padaku, ternyata honey ngga menganggapku..”.

“eh Haru..” Aki, Yuki dan Natsuki menyusul ke TKP.

Suasana tegang...


Shiki_Chapter # 4

PART IV

Mendengar telpon dengan suara panik Ami, Takashi langsung pergi ke tempat yang dikasih tahu Ami, Shiki no Oujisama juga ikut.

Ami membantu Hime berjalan, pakaian dan rambutnya basah dan kotor juga bau karbol.

“Hime! Ami chan!” Takashi berlari mendekat.

“eh” melihat Shiki no Oujisama bersama berlari semua pun gempar “apa sih? kenapa Shiki no Oujisama berlari-lari dengan anak itu”.

“eh?!” Aki terkejut melihat kondisi Hime.

“Hime.. kenapa...” Takashi mendekat.

“honey”.

“apa yang sudah terjadi?” tanya Yuki.

“e.... sepertinya lebih baik bawa Hime ke ruang kesehatan dulu” kata Ami.

-di ruang kesehatan alias UKS-

Setelah memakai handuk, Hime dikasih minuman hangat

“aku ngga apa-apa, karena ngga hati-hati jadi seperti ini, maaf sudah merepotkan semuanya” Hime membungkuk sambil duduk dikursi.

“honey...” Haruki memegang tangan Hime.

“aku baik-baik saja terimakasih sudah mengkhawatirkanku ^ ^”

“he..” Haruki tersenyum hambar.

Entah kenapa Haruki sangat memperhatikan Hime tapi Hime juga tidak ingin orang lain khawatir karenanya, sedangkan Aki berdiri diam bersandar pintu.

-di salah satu kelas-

“haah menyebalkan.. kenapa bisa Shiki no Oujisama mencari-cari dia dan sekarang Shiki no Oujisama menemaninya di ruang kesehatan?! Shinjirarenai! dia itu sudah berani jalan sama Aki no Oujisama, memanggil Aki no Oujisama.. dengan... A... apa maksud dia” kata salah satu senior yang tadi membawa Hime.

“sama kayak satu tahun yang lalu, lagi-lagi ada seorang rakyat jelata mendekati pangeran kita, kali ini aku ngga akan kecolongan, jangan sampai benar-benar terjadi gadis itu dan Aki no Oujisama..” kata senior kepala genk.

“dia memang ngga tahu diri, waktu itu juga dia pasti merengek dan memaksa Aki no Oujisama untuk jalan bersama, itu pasti” kata yang lain.

-di ruang dewan-

“hal seperti ini baru pertama kalinya terjadi di Shiki, tapi kenapa?” kata Yuki sambil berwajah serius.

“ngga Yuki.. dulu hampir terjadi hal yang serupa tapi ngga benar-benar terjadi karena Natsu mempergokinya” kata Haruki yang duduk bersebelahan dengan Natsuki.

Sepertinya hal itu yang membuat Natsuki bereaksi cepat saat mendengar cerita Takashi, hal yang pernah terjadi di masa lalu.

“Sakamoto senpai?” teringat ucapan Aki saat mengantar Hime ke ruang guru beberapa hari yang lalu “jika karena alasan yang sama seperti dulu, apa karena dia menyukai gadis itu...” pikir Yuki sambil menatap Aki. Natsuki pun menoleh pada Aki.

-Esoknya di kelas 1-A, kelas Hime-

“apa? aku dipanggil Shiki no Oujisama?” kata Takashi riang, begitu sampai di paviliun tengah taman ada Aki sedang duduk di salah satu kursi di paviliun itu “permisi”.

“kau sudah datang”

“haik” Takashi mendekat “aku senang sekali saat tadi diberitahu Shiki no Oujisama memanggilku” ucap Takashi malu-malu.

“dia... bagaimana keadaannya?” kata Aki tanpa melihat pada Takashi, dengan gayanya yang khas memasukkan tangan di saku celana meskipun sedang duduk, membuatnya terlihat angkuh dan dingin, seperti yang dikatakan orang.

“eh?” Takashi bengong.

“Tsukino Hime” lanjut Aki.

“oh.. Hime... dia baik-baik saja, kami berangkat bersama seperti biasanya”

“kemarin apa yang terjadi? kau tahu?”

“soal itu... Hime ngga bilang apa-apa, tapi kata Ami-chan itu karena Hime pergi bersama dengan.... ” Takashi tidak meneruskan kata-katanya pastinya Aki sudah paham dengan keadaan yang ada.

-di kantin SMU Shiki-

Hime bersama Ami dan Takashi seperti biasanya “honey... bagaimana keadaan honey?” Haruki datang ke meja Hime dan duduk di samping Hime sambil menggenggam tangan Hime, anggota Shiki no Oujisama yang lain juga datang dan berdiri di samping meja.

“aku baik-baik saja, kemarin itu cuma kesalahpahaman dan mereka hanya bermain-main saja kok.he ^ ^” Hime sudah tak canggung lagi menerima perhatian Haruki, dia hanya merasa orang itu sangat baik dan dia hanya ingin berteman dengan siapa saja..

“kenapa dengan suaramu?” tanya Aki.

“ah... itu... memangnya kenapa? suaraku? baik-baik saja kan, setiap hari juga begini kan” Hime menoleh ke Ami.

“hei” Aki menyeret Takashi “kau bilang dia baik-baik saja” bisik Aki.

“i... i.. itu.. Hime memang berkata seperti itu”.

“heeh” Aki menarik nafas.

“kenapa sih? memang ada apa dengan suaraku Ami?”.

-di taman sakura depan GOR-

Hime membaca buku “uhuk.. ehm!” Hime sesekali terbatuk “kenapa dengan tenggorokanku? gatal sekali” gumamnya.

“ini” tiba-tiba Aki meletakkan bungkusan di depan Hime “itu bisa melegakan tenggorokan”.

“eh?” Hime cuma bengong.

“suaramu itu serak, masih bilang ngga apa-apa”.

“eh? masa? tapi aku rasa biasa saja”.

“apa? kau ini, mana ada orang yang ngga memahami kondisi badannya sendiri”.

“ehm.. ya.. terimakasih, lalu... kau.. sedang apa disini?”.

“eh? aku? e..” Aki tampak kesal “heeh.. sudahlah” dia pun pergi.

-ditangga Hime berjalan menuju lantai dua ruang kelas satu-

“ini permen ya..” Hime melihat bungkusan yang diberikan Aki.

-di GOR-

“eh?” Aki merasakan sesuatu dalam kantong celananya, dia bersama Natsuki yang sedang memegang bola basket “ah.. obatnya..” Aki lalu keluar meninggalkan Natsuki, dan tanpa berseru atau protes apapun Natsuki berjalan menyusulnya.

“kau..” ada yang berdiri di tangga mencegah Hime.

“eh?” Hime menoleh, ada senior yang kemarin membawa Hime pergi

“aah aku benar-benar ngga bisa percaya, kenapa bisa? Aki no Oujisama? Shiki no Oujisama? dan itu.. apa yang kau pegang?”.

“ini.. Aki...”.

“jangan bilang Aki no Oujisama memberikannya untukmu, kau yang memintanya kan?”.

“ehh? mana mungkin”.

“apa? berani sekali kau.. jadi kau mau bilang Aki no Oujisama khusus memberikannya untukmu?”.

“aku kan ngga bilang begitu, sudah kubilang kan ngga ada apa-apa antara aku dan Aki, kalian salah paham”.

“lagi-lagi kau menyebutnya begitu.. jangan karena Haru no Oujisama memperlakukanmu dengan lembut lalu kau jadi besar kepala, aku ngga akan memaafkanmu karena seenaknya saja dekat-dekat dengan Aki no Oujisama yang ngga pernah dekat sama perempuan, apalagi kau cuma orang biasa”.

“apa.... jangan-jangan kalian iri?” kata Hime tanpa merasa takut sedikitpun.

“hah? kau bercanda? mana mungkin Murasaki putri pejabat sepertiku ini iri dengan rakyat jelata sepertimu” kata Murasaki sambil melipat tangan.

“jadi... apa karena kalian takut Aki akan menyukai orang yang levelnya lebih rendah dari kalian, dan kalian merasa kalah dengan cara yang memalukan? Aku dan Aki ngga ada apa-apa, jadi tenang saja” kata Hime santai.

“e... anak ini benar-benar keterlaluan, sudah dibilang jangan memanggilnya begitu tapi kau lagi-lagi menyebutnya begitu, panggil dengan Aki no Oujisama” Murasaki geram.

“dia kan bukan putra raja, kenapa sih meributkan hal kecil seperti itu”

Aki dan Natsuki melongo berdiri di bawah tangga.

“anak ini.. benar-benar keterlaluan, kembalikan itu” Murasaki merebut bungkusan itu.

“heh! ini kan milikku” Hime mempertahankannya.

“kau mau mempertahankannya, apa kau benar-benar menyukai Aki no Oujisama?!”.

“bukan begitu tapi ini kan sudah jadi milikku”.

“sini!” Murasaki mendorong Hime.

Kaki Hime kepeleset “eh?! tangga”

“akkkhh!!”.

Bruukk!!

“Heh!!” Murasaki dan senior pengikutnya tercengang.

“aduh.. pasti sakit..” ucap Hime “eeh? tapi..” Hime membuka mata “kenapa aku ngga ngerasa apa-apa?” begitu melihat ada tangan memegang erat pinggangnya “heh! siapa?” Hime berbalik “Aki?!”.

“Aki no... Ouji.. sama” ucap Murasaki terbata.

“Aki?!” seru Hime dengan wajah panic mode on.

Karena kepala Aki berdarah dan tak sadarkan diri.

-di UKS-

Kepala Aki sudah terbalut perban, Yuki, Haruki dan Natsuki menunggu didalam dengan Hime, murid-murid mengintip dari jendela.

“kenapa bisa begini?” ucap Yuki

“maaf, ini semua karena aku... karena Aki menolongku... kalau saja aku yang jatuh, pasti semua ngga begini jadinya, maafkan aku..” Hime membungkuk dalam-dalam.

“honey, ini bukan salah honey, jangan bilang begitu” Haruki memeluk Hime, Natsuki memegang pundak Hime dan menatapnya lembut.

“Nishitama senpai, Endou senpai T^T” Hime terharu

“kenapa bisa sampai begini, kenapa dia menolongku hingga terluka begini, aku ngga mau kalau sampai terjadi apa-apa padanya, semoga dia baik-baik saja dan segera sadar” Hime berkata dalam hati sambil menyatukan tangannya dan terpejam berdoa.

“sedang apa kau?”

“hah!” kaget mode on “kau.. kau sudah sadar?”.

“aku ngga apa-apa, memangnya aku harus pingsan berapa lama?” kata Aki dengan cuek.

“kau ini... aku kan benar-benar cemas padamu tapi kau malah segampang itu ngomong..” Hime kesal matanya merah

“hoi.. kau... kenapa sih? kan sudah kubilang, aku baik-baik saja, aku bisa bangun kok, lihatlah... akh!”

“eh!..” Hime segera memegangi lengan Aki, mereka berpandangan.

“eh?!” Aki menatap mata Hime yang berair.

Hime memandangi Aki.

“kenapa sih teriak-teriak” Haruki masuk dan melihat mereka, Hime langsung berdiri, Aki pun berpaling. Yuki dan Natsuki pun masuk juga ada Murasaki

“eh? Murasaki senpai..” ucap Hime, Aki menoleh.

“siapa yang menyuruhnya masuk? Yuki.. usir dia” kata Aki dingin.

“eh?!” Murasaki terkejut.

Hime pun menoleh.

“jangan, Aki no Oujisama.. maafkan aku.. aku ngga sengaja melakukan itu, itu semua karena gadis ini” kata Murasaki menunjuk Hime.

“kau ini ngga sadar juga ya, aku ini terluka karena kau, Yuki.. sebagai salah satu dewan Shiki, aku memerintahkan pada pihak sekolah untuk memecat dia”.

“ngga bisa, aku mohon.. Aki no Oujisama jangan lakukan itu padaku, aku ngga mau pergi ke sekolah lain, ijinkan aku tetap bersama Shiki no Oujisama, maafkan aku karena telah membuatmu terluka.

“senpai..” Hime melihat kasihan “Aki.. kau ngga bisa melakukan itu begitu saja kan, jangan menggunakan kekuasaan untuk alasan pribadi dong”

“kau... dia itu kan mau mencelakakanmu kenapa kau masih mau membantunya”

“tapi aku kan baik-baik saja, aku tahu kau marah karena kau jadi terluka begini tapi mengelurakan senpai dari sekolah itu sangat keterlaluan, jangan kekanak-kekanakkan dan segera cabut kata-katamu tadi”

“kau....” Aki berpaling “aku melakukan itu bukan untukku sendiri, apanya yang kekanak-kanakkan, dasar cewek ini...” wajah Aki kesal “heh! Tapi asal kau ingat, perbuatanmu itu sudah melebihi keterlaluan, hal yang terjadi tahun lalu itu juga ngga bisa dimaafkan, kau mengerti” Aki cuma melirik.

“maafkan aku Aki no Oujisama, aku janji ngga akan ada hal seperti ini lagi, maafkan aku Tsukino... selama aku masih bisa melihat Aki no Oujisama aku terima jika kau bersamanya”.

“hee??!” Hime melongo.

“e...” -////- Aki memerah.


-Akhir bulan April-

“bunga-bunga sakura semakin indah, aku ingin sekali pergi melihat hanami..” kata Hime di taman Shiki bersama Ami.

“disini juga ada pohon sakura kan”.

“kemarin waktu shubun no hi pertama aku ngga bisa merayakannya karena hari kelulusan, di Kyoto pasti ramai”.

Shubun no hi adalah hari equinox dimana saat itu matahari tepat melintasi ekuator, sehingga lamanya siang hari sama dengan malam hari, jadi langit pada jam 7 malam sama seperti jam 4 sore, dan hari equinox itu dijadikan hari libur nasional karena hanya terjadi dua kali dalam setahun.

Satu minggu selama shubun no hi yaitu 3 hari sebelum dan 3 hari sesudah hari equinox, masyarakat Jepang biasanya melakukan higan yaitu berziarah ke makam nenek moyang.

“oh ya Hime kan cuma kesana saat shubun no hi kedua”.

Shubun no hi pertama terjadi saat musim semi tanggal 20 Maret, dan shubun no hi kedua terjadi saat musim gugur tanggal 23 September.

“iya, aku cuma ke Kyoto saat shubun no hi kedua”.

“Hime! Ami chan!” Takashi berlari ke arah mereka.

“ada apa?” tanya Ami.

“lihat ini”.

“surat undangan?”.

“iya, pesta ulang tahun Haru no Oujisama, semua murid Shiki di undang ini punya Ami chan”.

“wah... terimakasih Taka, lalu.. Hime..?”.

“eh? bukannya sudah dapat? tadi ketua kelas ngga menitipkan punya Hime”.

“masa sih Hime belum dapat? apa.. Haru no Oujisama mau mengundang secara khusus? memberikannya langsung pada Hime?”.

“eh? ngga mungkin.. dia kan sibuk, aku kan sudah bilang hal yang dikatakannya itu cuma bercanda”.

“aku serius honey..” tiba-tiba wajah Haruki di samping Hime.

“hee?!”.

“ini.. aku berikan langsung khusus untuk honey ^ ^”.

“e.. terima.. kasih”.

“ngga usah malu-malu honey” Haruki merangkul Hime.

“heeh..” Hime hanya menarik nafas, dia tidak lagi menolak Haruki mati-matian karena sudah tahu sifat Haruki.

“jangan lupa datang ya ke rumah sederhanaku, daa honey” lalu Haruki pergi.

Shiki_Chapter # 3

PART III

-dilain hari-

Hime pergi ke perpustakaan untuk mencari buku. Perpustakaan itu sangat besar, satu gedung seluruh lantai satu digunakan untuk perpustakaan, rak-rak besar dan tinggi berderet rapi, petugasnya pun ada tersendiri, menjaga tiga stand, dua di tiap ujung dan satu di tengah. Untuk siswa-siswi yang mau membaca buku dapat duduk di kursi-kursi yang ada di deretan belakang rak, kursinya sofa berwarna merah, tiap meja terdapat dua sofa berhadapan yang masing-masing muat untuk dua orang.

Aki berjalan santai melewati deretan rak buku, selintas dia melihat bayangan seseorang yang berkuncir satu, dia mundur untuk melihat kembali, disana ada Hime yang sedang mencari-cari buku.

“kau.. sedang apa disini?” tanya Aki, Hime pun

“Aki?”

“eh? dia memanggilku Aki?” kata Aki dalam hati, Hime mendekat “kau sedang mencari buku?”.

“iya, kau sendiri?”.

“aku mau menemui Yuki”.

“eh? Sa.. Sakamoto senpai ada disini?” tanya Hime dengan terbata.

“iya” Aki melihat wajah gugup Hime “kau mau menemuinya?”.

“eh!?! e.. engga”.

eh? sudah ikut saja” Aki menarik tangan Hime tanpa perduli jawabannya lagi.

“eh?! hei..” Hime melihat tangan Aki menggandenganya “dia ini.. katanya ngga suka disentuh orang, tapi..”.

“sana” Aki mendorong pundak Hime, di depan Hime ada Yuki yang sedang membaca buku sambil duduk di sofa, Hime sudah tidak bisa menghindar, hampir-hampir dia membeku karena kaget, Aki malah dengan santainya duduk di samping Yuki dan tersenyum memandang Hime.

“Tsukino?”.

“eh.. i.. iya” jawab Hime dengan sekuat tenaganya karena tenaganya serasa habis dipakai untuk menahan kaki yang seakan melemas begitu dihadapkan pada Yuki.

“duduklah” kata Yuki sambil menunjuk kursi di depannya.

Dengan setengah ragu akhirnya Hime duduk di sofa, dia sengaja memilih duduk di depan Aki karena malu harus berhadapan muka dengan Yuki, Hime menatap kesal pada Aki membuat mata bulatnya kelihatan semakin besar, tapi Aki dengan santainya menatap balik pada Hime.

-beberapa lama kemudian-

“haah” Hime menarik nafas panjang sambil berjalan di halaman depan “kenapa kau melakukan itu?” Hime merengut karena kesal.

“kenapa?”.

“iya.. tiba-tiba saja membawaku ke situasi seperti itu gimana aku menghadapinya”.

“kenapa memangnya? Apa kau malu karena kau menyukainya?”

“hee??” langkah Hime tiba-tiba berhenti “e... itu.. itu..”.

“harusnya kau berterimakasih padaku kan karena bisa dekat dengan Yuki”

“e... terimakasih? memangnya aku minta padamu?” kata Hime dalam hati masih diam melihat Aki yang berjalan dengan santai

“kau mau kubantu untuk bisa dekat dengan Yuki?” Aki menoleh, Hime terkejut mendengarnya “meskipun Yuki ngga mungkin menyukaimu sih” kata Aki melanjutkan kata-katanya.

“e.. *~* dia ini ngomong apa sih, tiba-tiba bicara begitu, bikin kesal orang saja, memangnya siapa yang suka Sakamoto senpai aku kan hanya mengagumi sosoknya yang dewasa saja..”.

“kalau kau mau akan kubantu agar kau bisa dekat dengan Yuki?”.

“ngga usah” ucap Hime malas, dia berjalan mendahului Aki.

“eh? kenapa? kalau kau suka Yuki pastinya kau ingin dekat dengan Yuki kan”.

“kau bilang sendiri kan Sakamoto senpai ngga mungkin menyukaiku”.

“makanya kubilang agar kau bisa dekat dengan Yuki bukan agar dia menyukaimu”.

“e... apa maksudmu Sakamoto senpai sudah punya pacar?” Hime berhenti dan menoleh pada Aki.

“tentu saja” kata Aki enteng, membuat Hime semakin kesal dan ingin sekali menarik rambutnya yang berantakan itu.

“lalu apa maksudmu dengan membuatku dekat sama Sakamoto senpai? lagipula... Sakamoto senpai kan dewan sekolah, mana bisa sembarangan dekat dengan orang” Hime kembali berjalan.

“aku juga anggota dewan, tapi aku ngga keberatan kau dekat denganku, aku juga ngga keberatan kau panggil aku dengan Aki saja”.

“eh?! a.. haa.. ha. ha” Hime tertawa bodoh “maaf..” lalu tiba-tiba membungkuk “maaf, sudah sembarangan menyebut namamu”.

“sudah kubilang ngga apa-apa” kata Aki sambil berdiri menghadap Hime.

“ah.. ngga, aku panggil Toyama senpai saja” Hime mengibas-ibaskan tangannya.

“aku ngga pernah dipanggil begitu”.

“eh?”.

“Yuki juga, kami ngga pernah dipanggil senpai”.

“e.. tapi kalian kan kakak kelas”.

“he... kau benar-benar ngga tahu ya, kau itu.. benar-benar lucu”.

“eeh?”.

“aku benar-benar kesal bicara dengan orang ini” geram Hime “aku mau pulang” Hime berjalan menuju gerbang.

“hei tunggu” Aki menyusulnya dan berjalan di samping Hime “kau belum memberikan ucapan terimakasih kan, tadi kan aku sudah membantumu dekat dengan Yuki”.

“heeh... terimakasih” masih dengan nada malas Hime berucap tanpa menoleh.

“bukan dengan itu, tapi traktir aku”.

“hee? apa sih sebenarnya maunya, dia itu kan orang kaya, kenapa minta traktir, lagipula siapa yang minta bantuannya, aku benar-benar ngga suka orang ini..” Hime menatapnya penuh tanda tanya.

“bagaimana kalau ke restoran seafood atau restoran prancis, ah ha.ha. bercanda” Aki tertawa.

“eh? dia.. tersenyum? bukankah katanya dia orang yang dingin? tapi... kalau tersenyum.. wajahnya enak dilihat, kelihatan manis, lebih tampan daripada saat dia diam saja” kata Hime sambil memperhatikan wajah Aki.

“gimana kalau kau bawa aku ke tempat kau biasanya makan” Aki menoleh, Hime langsung memalingkan wajah, dia merasa pipinya memanas, dia berharap Aki tidak tahu dari tadi dia menatap Aki.

“e... ya sudah, kalau kau mau, aku akan membawamu makan di suatu tempat” mereka berjalan keluar sekolah.

“eh? Aki no Oujisama? anak itu... berani sekali dia..” ada sekelompok siswi melihat dari jauh saat Hime dan Aki berjalan di trotoar.

Hime dan Aki tiba di sebuah stand yang ada di pinggir jalan, disana tertulis Creepes. Creepes salah satu jenis makanan italy yang terbuat dari roti tipis dan dilipat dengan isi selada, tomat, daging, saus dan mayones. Stand itu bagian dari toko Creepes yang ada di belakangnya.

“selamat sore” penjaganya memberi salam

“Ami ^ ^” ucap Hime sambil tersenyum pada temannya itu yang memang bekerja paruh waktu menjaga stand Creepes disana.

Tanpa menghiraukan salam Hime, Ami diam terpaku melihat seseorang yang datang dengan Hime. Takashi yang juga bekerja bersama Ami datang membawa Creepes yang baru dimasak dari dalam toko.

“Ou... Ouji.. sama?!” seru Takashi.

“mm...tolong beri kami dua creepes ya” kata Hime dengan wajah kaku, melihat reaksi dua temanya yang sangat aneh, mereka seperti patung memandang Aki, sedangkan sang idola sama sekali tidak perduli dan dengan santainya melihat-lihat jalanan.

“Creepes? Apa anda mau Creepes?” Ami menyodorkan Creepes masih dengan wajah shock sehingga gerakannya persis robot.

“ini tempat makanku” kata Hime sambil makan, Aki pun memakannya, dia tidak berkomentar hanya makan sambil melihat pemandangan sekeliling, toko-toko yang berjajar.

“honey.. ternyata honey menghianatiku..” seseorang di belakang mereka. Hime dan Aki menoleh, mereka melihat wajah Haruki yang hampir menangis.

“eh.. Nishitama senpai?” ucap Hime agak kaget.

“aku mengikuti kalian berdua.. kalian diam-diam...”, beberapa detik kemudian “terimakasih honey ^_^ creepes ini enak loh” Haruki makan dengan senangnya, padahal tadi sudah cemberut tidak karuan.

“kenapa kau ada disini, Haru? bukannya kau harus ke kantor?” kata Aki pada Haruki yang sudah berganti pakaian dengan jas kantor. Dia terlihat seperti bos, sama sekali tidak terlihat seperti murid SMU

“itu karena aku mengikuti kalian, aku ngga akan membiarkan Aki mengambil honey diam-diam” Haruki masih makan dengan tenangnya sedangkan kedua teman Hime seperti sudah memfosil karena kedua idola mereka berdiri di depan mereka sambil makan dagangan mereka.

“dia hanya mentraktirku” kata Aki bete pada Haruki.

“kau yang minta ditraktir” kata Hime dalam hati sambil memandang Aki.

“benar? Aki ngga berbuat macam-macam pada honey..?”.

“kan sudah kubilang..” alis Aki berkerut karena kesal.

“honey jangan takut, aku akan selalu melindungi honey, ngga akan kubiarkan Aki mengambil honey dariku” Haruki memeluk Hime tanpa memperdulikan keadaan.

“tunggu, kenapa selalu begini, lepaskan aku, ini kan di jalan” Hime melepaskan diri.

“honey kok ngga suka kupeluk sih”.

“tentu saja” Hime cemberut.

“tuan muda anda harus segera ke kantor” kata seseorang berpakaian hitam yang dari tadi ada di belakang Haruki.

“aah kenapa disaat-saat seperti ini, aku kan harus melindungi honey dari Aki”.

“dia ngga butuh kamu, pergi sana” Aki mendorong Haruki masuk ke mobil.

“apa maksudnya dengan kantor?” tanya Hime heran.

“dia kan direktur muda Nishitama group” kata Aki sambil meneruskan makannya.

“heh?! di usia.. semuda itu.. dia kan masih sekolah” kata Hime dalam hati sambil memandang ke arah menghilangnya mobil Haruki.


-esoknya disekolah-

Hime bersama Takashi dan Ami berjalan dihalaman menuju gedung utama

“soal yang kemarin itu.. ngga ada orang yang tahu kalau kau dan Aki no Oujisama pergi bersama kan?” kata Ami dengan berbisik.

“eh, memangnya kenapa?”.

“bodoh, kau bisa jadi incaran para pengagum Shiki no Oujisama” kata Takashi yang ikut-ikutan berbisik.

“tapi itu cuma jalan-jalan biasa kan”.

“mereka kan ngga tahu apa yang sebenarnya terjadi hanya dengan melihatnya” mereka sampai di depan tangga.

“selamat pagi” ada lima orang siswi senior menyapa mereka, dandanan mereka dewasa dan kayak nona-nona kaya.

“selamat pagi.. senpai”.

“kami ada urusan dengan gadis ini boleh minta waktunya kan” salah seorang dari mereka memegang pundak Hime “mari” mereka membawa Hime.

“eh.. ada apa ya? aku jadi cemas” cowok yang agak lugu ini berkata sambil bergaya serius.

“Taka jangan bicara yang ngga-ngga dong” Ami jadi ikut cemas, baru saja dibicarakan tentang penggemar Shiki no Oujisama mereka sudah muncul dan membawa Hime.

Sudah melewati dua jam pelajaran “Hime belum juga masuk kelas, apa yang terjadi padanya” kata Ami cemas sambil menoleh ke bangku Hime yang kosong.


-di toilet dekat gedung basket-

“orang sepertimu.. bagaimana mungkin bisa bersama Aki no Oujisama..” senior itu memepet Hime ke tembok.

“tunggu.. senpai.. kalian salah paham.. aku dan Aki ngga ada apa-apa” Hime memberontak.

“apa? kau sebut Aki no Oujisama dengan apa? berani sekali kau... memangnya kau ini siapa? ikat dia” senior-senior itu mengikat Hime dan mendudukannya dalam toilet.

“orang sepertimu ngga pantas menyebut Aki no Oujisama seperti itu, panggil dia dengan Aki no Oujisama..” senior yang terlihat seperti kepala genk itu mengambil sebuah ember.

“mau apa kalian.. lagian kenapa aku harus memanggilnya pangeran.. dia kan bukan anak raja dan dia kan hanya kakak kelas”.

“apa kau bilang?” Byuuur!!


Begitu bel istirahat berbunyi Ami dan Takashi langsung keluar berpencar mencari Hime. Takashi mencari di gedung utama.

“Hime..!!” Ami mencari di gedung perpustakaan dan olahraga “heeh.. kemana dia, apa yang dilakukan senior-senior itu” Ami terus berkeliling.

“Hime..!! aku harus mencari senior-senior itu dulu” Takashi mencari cari di lorong kelas dua, Aki dan Natsuki sedang berjalan menuju tangga.

“kau teman gadis bermata bulat itu kan, sedang apa disini?”

“gadis bermata bulat? Ah... iya, Hime, aku sedang mencari Hime”

“memangnya dia ada disini? Ini kan lantai kelas dua” masih tetap Aki yang bicara, sedangkan Natsuki hanya diam mendengarkan.

“tadi pagi ada senior-senior yang membawa dia pergi, tapi sampai sekarang dia belum juga kembali, kami khawatir kalau itu ada hubungannya dengan... Aki no Oujisama yang kemarin....” ucap Takashi hati-hati.

“eh” wajah Natsuki berubah serius.

Tep! Tangan Natsuki menepuk pundak Aki “hm” Natsuki memberi kode untuk pergi, mereka mencari Hime di lorong kelas tiga.

“siapa senior yang sudah membawanya” tanya Aki sambil jalan.

“aku ngga tahu tapi kalau melihatnya aku pasti ingat”.

“Aki, Natsu” ucap Yuki.

“kalian sedang mencari sesuatu?” tanya Haruki.

“Tsukino Hime.. kami sedang mencari dia” kata Aki.

“eh honey..?”.

Trrr! Ponsel Takashi bergetar “Ami chan, gimana?”.

“Hime.. aku sudah menemukannya, cepat kemari” suara Ami panik.

Shiki_Chapter # 2

Part II

“waa.. dia dipeluk Haru no Oujisama”.

“tunggu... lepaskan!” begitu sadar Hime langsung berontak dengan mendorong Haruki, semua orang masih memandangnya, Aki pun nampak terkejut “ja.. jangan sembarangan menyentuh orang” kata Hime canggung.

“eh?” Haruki diam sejenak melihat raut wajah Hime yang memerah.

“gawat, Hime.. diam” Takashi membekap mulut Hime.

“hmp..!”.

“waa.. kau benar-benar manis... sudah aku putuskan.. aku menyukaimu”.

“hee??? orang ini... kenapa sih?” Hime mengerutkan dahi dan hanya berkata dalam hati.

“mau kah kau menjadi milikku?” Haruki meraih dan memegang tangan Hime.

“apa maksudnya memintaku jadi miliknya, orang ini... tolong hentikan orang ini dong” Hime cuma bisa menjauhkan wajahnya tanpa bisa melepaskan diri.

“Haru.. hentikan” kata Yuki, ketua tampan itu memegang pundak Haruki.

“tapi..” Haru merajuk “baiklah.. aku ngga akan agresif.. nah honey.. pikirkan baik-baik tawaranku itu ya ^ ^” katanya sambil tersenyum, siswi-siswi yang melihat pipinya memerah sendiri.

“honey?” Hime masih belum sembuh dari rasa shocknya.

“maafkan sikapnya itu ya” kata Yuki sambil tersenyum ramah.

“tampannya... Sakamoto senpai” Hime lagi-lagi seakan tersihir “iya, ngga apa-apa” Hime tersenyum pada Yuki dengan wajah riang, Aki masih melihat Hime tanpa berucap apa-apa.

“sekarang waktunya pelajaran, semua masuk ke kelas masing-masing” perintah Yuki dengan wajah tegas dan wibawa.

“baik” semua langsung bubar.


-di kantin saat jam makan siang-

Kantin itu terletak di lantai satu gedung utama.

“beruntungnya... Hime” kata Takashi yang duduk bertiga dengan Hime dan Ami.

“eh, kenapa?” Hime memasukkan sumpitnya sambil berbicara.

“iya, karena Haru no Oujisama perhatian padamu” kata Ami.

“orang yang tadi itu? Ah... sudah... jangan di pikirkan, dia hanya asal ngomong” kata Hime cuek sambil menyantap bentonya.

“Hime benar-benar ngga tahu ya” kata Takashi “Haru no Oujisama, Nishitama Haruki sang pangeran musim semi itu adalah salah satu dari Shiki no Oujisama yang paling glamor, sering dikelilingi oleh banyak gadis” lanjut Takashi.

“makanya itu.. dia cuma bercanda waktu mengatakan suka padaku”

“tapi itu berarti Hime sudah menjadi buruannya, dan dia ngga akan mudah melepaskan Hime begitu saja”.

“buruan?” -_-* Hime berwajah aneh.

“iya” Takashi manggut-manggut.

“mm... Sakamoto senpai juga salah satu dari mereka kan?”

“tentu saja” kata Takashi.

“kau menyukainya ya?” tanya Ami

“hm.. ^ ^” Hime manggut-manggut sambil tersenyum dan menahan sumpit dibibirnya “jadi.. sebutannya apa?”.

“Yuki no Oujisama.. itu sebutannya, sang pangeran musim salju” jelas Takashi lagi.

“oo... jadi Yuki, Haru, Natsu..” Hime mengurutkan nama sesuai urutan musimnya “eh Natsu?”

“ah, Natsu no Oujisama, Endou Natsuki, dia yang berambut panjang berwarna pirang itu”.

“eee??” Hime berseru histeris “bukannya itu tadi... cewek?”

“dia memang cantik banget kan” kata Ami

“Natsu no Oujisama memang tipe laki-laki cantik”

“aa... iya, dia bahkan lebih cantik dibanding gadis manapun” Hime manggut-manggut.

“tapi menurut yang kudengar Natsu no Oujisama ngga pernah bicara” kata Takashi lagi.

“eh? apa... dia..” Hime mencondongkan wajahnya pada Takashi.

“bukannya bisu, tapi memang ngga suka atau ngga tahu sih apa sebabnya, pokoknya hampir ngga pernah ngomong”.

“ooh... aku tahu sekarang, Yuki, Haru, Natsu, Aki...” Hime teringat wajah Aki “dia namanya Aki kan?” kata Hime tiba-tiba.

“eh? Aki no Oujisama?”

“kenapa... dia dinamai itu?” tanya Hime sambil melayang memikirkan sesuatu.

“ah... iya, Hime kan sangat suka musim gugur kan, Aki no Oujisama berarti musim gugur” kata Ami.

“aku juga suka Aki no Oujisama, meskipun agak dingin dan susah didekati, aku suka semua Shiki no Oujisama”.

“dingin dan susah didekati?” tanya Hime.

“iya, Aki no Oujisama ngga suka kalau para penggemarnya mendekatinya apalagi berusaha menyentuhnya, dia pasti menjaga jarak, dan lagi wajahnya ngga pernah senyum kalau dikerubungi para penggemar”.

“ooh..” bibir Hime membulat persis gua “jadi itu sebabnya dia menghela nafas begitu melihatku, karena mengira aku penggemar barunya” kata Hime dalam hati “Taka.. kenapa kau bisa begitu mengenal mereka?” tanya Hime.

“tentu saja, aku kan selalu meng-up date berita tentang mereka”.

“hee?”.

“bodoh, setiap orang yang ingin masuk ke SMU ini pasti sudah tahu tentang mereka, mereka juga ngga jarang muncul di tivi kok, kau benar-benar ngga tahu apa-apa ya” kata Ami.

“aku kesini karena kata papa dan mama sekolah ini bagus kan, level ujiannya sangat tinggi, bukannya karena kualitas sekolahnya ya”.

“prestis sekolah ini dimata masyarakat memang sangat tinggi, tapi itu karena Shiki no Oujisama, paman dan bibi hebat kalau bisa mengerti hal itu, level ujiannya sangat tinggi makanya kita sangat beruntung bisa masuk kesini, bisa bersama Shiki no Oujisama”.

“Taka, kau ini cuma mengerti hal-hal yang ngga penting saja” kata Hime cuek sambil memasukkan potongan tempura ke mulutnya.

“aku terluka” T^T tiba-tiba Haruki di sebelah kursi Hime membuat Hime spontan melonjak karena kaget “ternyata honey menganggap aku ngga penting T-T”

“e.. e..” Hime bengong tidak berkutik.

“Haru” suara seseorang datang mendekat.

“Sakamoto senpai..” Hime memandangnya “eh” lalu dia melihat Aki berdiri di sebelah Yuki “Aki..”.

“eh” Haruki menoleh mendengar kata-kata Hime, dia melihat pandangan Hime tertuju pada Aki.

“sudah kuduga” kata Yuki.

“heeh kenapa kalian menyusulku kesini, nanti honey merasa ngga nyaman kalau ada kalian”.

“aku ngga nyaman karena ada kau.. lagipula apa itu honey.. sembarangan menyebut orang”

“dia terganggu karena kamu” kata Aki.

“eh” Hime menoleh terkejut pada Aki, seakan Aki tahu apa yang tidak bisa Hime ucapkan.

“ayo cepat menyingkir” Aki menyeret Haruki.

“aa.. ngga mau.. jangan pisahkan aku dengan honey..” Aki membawa Haruki pergi dari tempat itu.

“he.. semoga kau tidak terganggu karena Haru” kata Yuki

“e... tidak.. he..^ ^” kata Hime dengan bahasa sopan.

“kalau begitu kami pergi, ayo Natsu”.

“^ ^” Natsuki hanya tersenyum pada Hime.

“silahkan” Hime, Ami dan Takashi membungkuk.

“Endou senpai itu... apa benar dia cowok? berapa kali pun melihatnya tetap saja ngga percaya kalau dia itu cowok, dia cantik banget...”.


-Hari kedua di tahun ajaran baru-

Tiba-tiba semua murid terburu-buru “ayo cepat ke gedung olahraga” mereka berlarian.

“eh? ada apa sih?” tanya Hime heran melihat mereka berlarian.

“tunggu, ada apa?” Takashi mencegah seorang siswa yang lewat di depan kelasnya.

“Shiki no Oujisama sedang bertanding basket, hal macam begini jarang banget terjadi, kesempatan langka, sayang banget kalau ngga nonton” kata siswa itu lalu dia segera pergi.

“ayo kita lihat”, Takashi mengajak Hime dan Ami

Ternyata disana sudah penuh murid yang datang untuk menonton, tanpa memakai blazer Shiki no Oujisama bertanding basket two on two. Yuki pair Aki sedangkan Haruki pair Natsuki.

“keren.. >,<” , “Yuki no Oujisama!!” semua bersorak.

Hime menoleh dan memperhatikan idolanya itu.

Yuki mengoper bola pada Aki, lalu Aki mendrible dengan lincah, berputar menghindari Haruki lalu mengecoh Natsuki hingga kebingungan, sampai di bawah ring Aki melompat melakukan dunk, Srukk!! Bola pun masuk.

“yeaahh!!!” semua bersorak.

“hebat..” ucap Hime.

“tentu saja Aki no Oujisama lebih unggul, aku dengar Aki no Oujisama suka banget main basket, hampir tiap hari di jam senggang Aki no Oujisama bermain basket di GOR ini, karena Shiki ngga punya klub” kata Takashi.

“oh.. pantas kemarin aku melihatnya di dalam gedung ini” kata Hime dalam hati sambil melihat Aki yang bergerak dengan lincah memainkan bola.

Begitu selesai, “Aki no Oujisama hebat” , “keren” semua mengerubungi Shiki no Oujisama, tapi Aki menyingkir dan menjaga jarak.

“seperti artis saja” kata Hime.

“iya, orang-orang seperti mereka memang sulit untuk dijangkau” kata Ami.

Haruki menoleh dan melihat Hime di belakang kumpulan murid Shiki yang mengerubungi mereka.

“aah.. honey..!” Haruki mendekat Aki, Yuki dan Natsuki menoleh “honey.. apa honey datang untuk menonton pertandinganku?” kata Haruki sambil merangkul pundak dan memegang tangan Hime, semua melihat.

“e... aduh apa-apaan ini.. semua orang kan lihat” Hime merasa tidak nyaman “tunggu... lepaskan aku” Hime melepaskan tangan Haruki dan menjauh darinya.

“honey.. kenapa?”

“kenapa? sudah jelaskan kan, kau itu aneh, kenapa peluk-peluk orang, aku kan ngga mengenalmu, dasar maniak...” inginnya Hime mengatakan itu tapi situasi yang tidak memungkinkan, aneh rasanya tiba-tiba marah pada seorang idola yang para penggemarnya ada disana semua “heeh...” akhirnya cuma bisa menghela nafas “Nishitama senpai, namaku bukan honey.. namaku Tsukino Hime, tsu-ki-no hi-me” kata Hime sambil mengeja namanya.

“waa.. benar-benar berjodoh.. aku pangeran dan kau putri.. ^ ^”

“haa orang ini narsis banget.. T^T .. seseorang tolong aku”

“jangan ganggu dia.. Haru” Hime ditarik dari belakang oleh Aki.

“eh?” Hime menoleh “bukannya katanya dia ngga suka disentuh orang ya” pikir Hime

“jangan main-main, kamu kan sudah ada Itou Aya”.

“Itou Aya? apa yang dia maksud Aya penyanyi cantik yang ngetop itu?” kata Hime dalam hati.

“Aki itu kan urusan lain”.

“makanya, kau ngga serius dengan anak ini kan”.

“anak? siapa yang dia bilang anak” Hime hanya mendengar mereka dan berbicara dalam hati.

“itu.. karena aku menyukainya”.

“kau juga seperti itu dengan siswi-siswi lain”.

“iya, dan Aki ngga pernah ikut campur kan, tapi kenapa sekarang Aki perduli?”.

“eh?” Hime dan Aki sendiri terkejut.

“apakah.. Aki...” wajah Haruki mendekat pada Aki, membuat Hime terjepit diantara mereka.

“kau... kau itu ngomong apa sih, terserah kau sajalah” Aki melepas Hime dan pergi.

“e..” Haruki melongo “he ^ ^ pengganggu sudah pergi, Aki itu mudah sekali ditipu ^_^”.

“orang ini..”.

“Haru, ayo kita ke ruang dewan” kata Yuki.

“tapi honey...” Natsuki menyeret Haruki.


-pelajaran selesai jam 4 sore-

Semua murid pun pulang “harus diletakkan dimana? ruang gurunya dimana sih?” Hime membawa setumpuk kertas data siswa, dan berjalan di lorong yang sepi, lantai tiga deretan kelas dua, menoleh kanan dan kiri, “laboratorium kimia, laboratorium fisika”.

“lebih baik seperti itu” terdengar suara orang yang mengobrol dari arah yang berlawanan.

“eh” Hime berpapasan dengan Yuki dan Aki.

“eh, e... Sakamoto senpai” Hime membungkuk.

“eh, Sakamoto senpai?” ucap Aki sambil menoleh pada Yuki.

“apa yang sedang kau lakukan?” tanya Yuki.

“e... aku harus meletakkan data siswa ini di meja wali kelas, tapi.. aku ngga tahu ruang gurunya dimana”.

“kau sedang piket?”.

“iya”.

“baiklah aku akan mengantarkanmu”.

“ah e.. ngga perlu.. ngga perlu repot-repot, katakan saja aku harus kemana”.

“tidak apa-apa sekalian kami mau ke ruang dewan sekolah, ruang guru dan ruang dewan ada di gedung perpustakaan yang letaknya terpisah dari gedung utama”.

“e.. kalau begitu maaf sudah merepotkan Sakamoto senpai” Hime berjalan dibelakang Aki dan Yuki.

Hime menatap Yuki “dia.. baik banget” lalu beralih menatap Aki “Aki... kenapa namanya Aki ya? aku jadi penasaran.. sepertinya cuek banget, dari tadi ngga ngomong” Hime sibuk dengan pemikirannya.

Mereka melewati halaman dan berjalan menaiki tangga samping gedung perpustakaan yang tertutup dinding kaca, sehingga dari tangga sudah bisa melihat keadaan halaman dan gedung sekolah, terlebih untuk Shiki no Oujisama, agar mereka bisa keluar dengan aman tanpa para penggemar yang akan menghalangi jalan mereka.

“terimakasih” ucap Hime setelah sampai di depan ruang guru. Lalu Yuki dan Aki pergi “mereka mau ke ruang dewan ya, apa mereka selalu berada disana” Hime melihat hingga Yuki dan Aki menghilang dari pandangan.

“Sakamoto senpai? he..” Aki tertawa dan duduk di sofa dalam ruang dewan. Di ruang terdapat sofa untuk duduk-duduk, tivi dan meja untuk membuat minuman beserta peralatan minum lengkap.

“kenapa?”.

“dia itu.. lucu sekali.. sejak pertama bertemu juga begitu.. ha...”.

“eh, baru kali ini kulihat kau tertawa karena seorang gadis”.

“e...” Aki langsung bungkam “masa sih?” dan berpaling dari Yuki.

Shiki_Chapter # 1

Ini adalah karya-ku yang aku garap dengan keseriusan dan data-data yang akurat, meski ini cuma macam fic seperti biasanya tapi aku membuatnya dengan segenap usaha. Tidak ada unsur ingin meniru atau menjiplak, aku buat murni dengan ide dan inspirasi sendiri, jika kalian menemukan beberapa atau mungkin banyak kesamaan itu hanyalah kebetulan belaka. Ide dasar cerita ini seperti Judulnya Shiki yang berarti 4 musim, yang ada di Jepang yaitu Haru, Natsu, Aki dan Fuyu. Terimakasih jika kalian sudi membaca, semoga ini bisa jadi bacaan yang menarik dan menghibur, apabila ada yang ingin berkomentar saia terima dengan lapang dada..semoga dada sia seluas lapangan GBK..*wkwkwkwk..*

Part I

Semua orang tahu, Jepang adalah negara yang memiliki empat musim, empat musim itu disebut Shiki, Shi artinya empat dan Ki dari kata Kisetsu yang artinya musim. Keempat musim itu adalah musim semi Haru, musim panas Natsu, musim gugur Aki dan musim dingin Fuyu yang terkenal dengan saljunya yang disebut Yuki.

SMU Shiki adalah SMU ternama di kota Tokyo, sekolah swasta ini didirikan oleh 4 pemilik perusahaan besar pemegang perindustrian Jepang. Sakamoto Group yang bergerak di bidang ekspor dan impor, Toyama Group yang bergerak di bidang financial, Nishitama Group yang bergerak di bidang saham kemudian Endou Group yang bergerak di bidang bisnis perhotelan.

Nama SMU ini diambil dari nama keempat putra para pemilik perusahaan tersebut.

Yuki no Oujisama..” siswi-siswi menunggu di depan gerbang, Sakamoto Yuki putra Presiden Direktur Sakamoto Group, Sakamoto Eiichi. Dia adalah laki-laki tampan yang kalem, baik hati dan murah senyum, tinggi, berkacamata dan berambut hitam rapi, dia siswa kelas tiga, sebutannya Yuki no Oujisama artinya Pangeran musim salju.

“Aki no Oujisama” murid Shiki semua memperhatikan mereka, Toyama Aki putra Toyama Group, Toyama Shinichi. Dia lebih suka diam karena malas berbicara dengan orang yang dianggap tidak penting, jarang tersenyum dan bukan tipe orang yang bisa bergaul dengan siapa saja. Dia tinggi, berambut coklat agak panjang dan agak berantakan, siswa kelas dua, sebutannya Aki no Oujisama yang artinya Pangeran musim gugur.

“hai.. ^ ^” salah satu dari mereka melambai dengan senyum flamboyannya, Nishitama Haruki dari Nishitama Group, putra Nishitama Koichiro. Dia tipe orang yang sangat periang dan glamor, dan bisa berteman dengan siapa saja. Dia tinggi, berambut kuning panjang sebahu dan bergelombang, dia siswa kelas tiga, sebutannya adalah Haru no Oujisama Pangeran musim semi.

“manisnya” siswa-siswa terpesona melihat Endou Natsuki, putra penguasa bisnis perhotelan, Endou Kenichi. Natsuki adalah tipe laki-laki berwajah cantik yang dalam masyarakat Jepang sering disebut Bishounen, orangnya murah senyum tapi tidak banyak bicara, dia sering disangka perempuan karena wajahnya yang cantik, bibirnya merah, kulitnya putih mulus, tinggi dan lemah lembut serta rambutnya yang pirang dibiarkan panjang hingga sepinggang, dia juga memakai anting dikedua telinganya, berbentuk cross (+) dan kalung berbandul cross juga, sebutannya Natsu no Oujisama yang artinya Pangeran musim panas.

“Shiki no Oujisama..”. Mereka berempat disebut Shiki no Oujisama yang artinya pangeran empat musim.

SMU Shiki tidak memiliki dewan OSIS tetapi dipegang langsung dibawah kekuasaan Dewan Sekolah untuk memerintah sekolah. Dalam susunan sekolah swasta, Dewan Sekolah biasanya menjadi pemegang pemerintah tertinggi dalam sekolah, ada juga sekolah yang menyebut dengan sebutan Direktur Sekolah, yang artinya sama yaitu pemilik saham sekolah atau pendiri, sedangkan kepala sekolah hanya bertugas sebagai pengatur sistem pendidikan sekolah itu saja.


Haru


Bulan april, pertengahan musim semi adalah awal tahun ajaran baru di Jepang, SMU Shiki diminati banyak siswi karena ada empat pangeran putra para pemilik sekolah, sedangkan siswa-siswa memilih SMU Shiki karena prestisenya yang tinggi. Murid kelulusan SMU Shiki dapat dengan mudah untuk masuk ke Universitas yang diinginkan.

Peraturan sekolahnya memang beda dengan sekolah swasta lainnya apalagi sekolah negeri, bisa dibilang peraturan Shiki tidak mengikat, murid-murid boleh mengekspresikan diri dengan penampilannya asalkan tidak mencemarkan nama baik sekolah, level ujian masuknya tinggi jadi tidak sembarangan orang yang bisa bersekolah disini, jumlah muridnya pun bisa dibilang tidak banyak. Yayasan Shiki hanya membangun tingkatan sekolah SD, SMP dan SMU saja, tidak membangun Universitas. Salah satu keistimewaan SMU Shiki adalah memiliki kegiatan sekolah yang tidak dimiliki sekolah lain, yaitu memperingati setiap musim. Sedangkan Shiki sendiri tidak memiliki kegiatan klub seperti di sekolah-sekolah lain yang umumnya mempunyai klub.

Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah, saatnya Nyuugakushiki yaitu upacara penerimaan siswa baru.

“aduh.. mana Hime..?” seseorang melihat jam tangan, menunjukkan pukul 8 pagi, murid-murid berdatangan, kebanyakan diantar mobil masing-masing.

“hai!! Selamat pagi” seorang gadis manis muncul dan tersenyum ceria, gadis itu berambut coklat panjang dengan satu kuncir diatas, matanya bulat besar dibanding mata sipit umumnya orang Jepang, namanya Tsukino Hime.

“aduh kau ini, pagi apanya, upacaranya sudah hampir dimulai tuh” kata teman gadis itu.

“maaf deh” Hime menyatukan tangan.

-di auditorium-

Banyak murid yang sudah berkumpul “waah...” Hime terkagum dengan ruang auditorium yang besar itu “Ami, siswi-siswinya cantik-cantik ya” bisik Hime pada temannya Kawashima Ami, gadis yang agak lebih tinggi sedikit dari Hime, rambutnya panjang dan diikat dua.

“iya, mereka berdandan sih” kata Ami.

“wsswsswss....” semua terdengar ngobrol sendiri-sendiri membuat ruangan super besar itu jadi ramai.

“ngiiing!!” terdengar suara dari sound system “mohon perhatian semua” semua langsung diam dan menoleh ke sumber suara.

Jreng! Seseorang berdiri dengan mikrofon di atas podium panggung auditorium, dengan wajah yang tampak jenius mengenakan kacamata, penampilan yang elegan dan sangat tampan.

“waah.... tampannya...” Hime terlena dengan tatapan mata tanda cinta.

“saya Ketua Dewan SMU Shiki, Sakamoto Yuki, mengucapkan selamat datang pada seluruh murid baru SMU Shiki”.

Plok! Plok! Plok! Semua bertepuk tangan.

“hah!? apa katanya tadi? Ketua Dewan? Bukankah dia memakai seragam??!” Hime histeris.

“ketua dewan.. yaa tentu saja karena dia adalah salah satu dari Shiki no Oujisama, putra para pemilik sekolah ini” kata Inoe Takashi teman Hime juga, badannya ceking dan tidak begitu tinggi tapi tetap saja lebih tinggi dari perempuan karena dia laki-laki.

uso.. dia itu kan masih muda kok bisa sih jadi pemegang sekolahan” Hime bengong.


Hari pertama para murid berkeliling sekolah dipandu oleh senior yang ditunjuk oleh anggota dewan sekolah, biasanya dewan sekolah hanya ada satu tapi saat ini Shiki mempunyai empat dewan sekolah.

Murid-murid sedang melewati jalan setapak di halaman. SMU Shiki memiliki beberapa bangunan, gedung utama adalah gedung untuk belajar yang terdiri dari empat lantai, lalu gedung perpustakaan yang letaknya di depan gedung utama dan terpisah oleh halaman yang ditanami pepohonan dan jalan setapak yang kanan dan kirinya dipagari semak-semak yang dibuat berbagai macam bentuk.

Gedung perpustakaan terdiri dari dua lantai, lantai satu untuk perpustakaan, lantai dua untuk ruang guru dan ruang dewan, tangganya ada dibagian samping gedung, lalu ada juga gedung auditorium atau aula disamping kanan, dan gedung olahraga di sebelah kiri menghadap taman Sakura, yaitu halaman luas yang ditanami pohon-pohon Sakura yang dibawahnya terdapat kursi-kursi taman dan ada sungai buatan yang airnya sangat bening dan diisi ikan-ikan koi, diatas sungai itu dibuat jembatan, jadi seperti di taman kota. Lalu ada sebuah Paviliun yang juga ada kursinya.

“wah... benar-benar sekolah yang besar..” ucap Takashi sambil melihat-lihat.

“baru kali ini ada sekolah yang memiliki taman sakura seluas ini” kata Ami

“toiletnya dimana ya?” tanya Hime.

“ehh??” ucap Takashi dan Ami bersamaan, karena mereka berteman sejak SMP jadi mereka selalu bersama.

“kenapa yang ditanya toilet?” ucap Takashi bete.

“tadi aku bangun kesiangan jadi ngga sempat ke toilet”.

“kau mau ke toilet?” tanya senior pemandu.

“iya”.

“toilet ada di dekat gedung olahraga, silakan”

“terimakasih” Hime pergi sendirian, disana ada gedung olahraga basket, begitu melewatinya ada seseorang sedang memegang bola basket duduk di kursi dalam gedung.

Begitu selesai dari toilet, Hime melihat GOR itu lagi, seorang siswa keluar dari dalam GOR dan berpapasan dengan Hime.

“eh” siswa itu menoleh, Hime memandangnya diam, seorang laki-laki tampan yang pakaiannya agak berantakan, Blazer atau jas sekolahnya tidak dikancing, kemeja dalamannya pun tidak dimasukkan ke celana, dasinya hanya dipakai asal-asalan saja.

“.. heeh.. murid baru” Hime mendengar siswa itu menghela nafas, belum sempat Hime melihat wajah siswa itu dia sudah berlalu meninggalkan Hime.

“heh? memangnya kenapa kalau aku murid baru, hari ini kan memang upacara penerimaan murid baru?” kata Hime dalam hati sambil memandang punggung siswa itu yang semakin menjauh.

Ring! Ring! Bel berbunyi menyadarkan lamunan Hime

“heeh... sekarang aku harus kembali ke kelas” Hime berjalan, lalu terhenti “gawat tadi belum sempat berkeliling kelas...” muka Hime memucat berdiri di halaman antara gedung utama, taman sakura, gedung olahraga, dan gedung perpustakaan, pepohonan yang besar dan menghalangi pandangan membuat murid yang baru masuk sekolah itu susah untuk mengenali letak-letak gedung.

“sekolahnya besar sekali, dimana kelasku `o`..?!!” Hime setengah shock, dia melihat siswa itu sedang berlalu dari hadapannya “tunggu sebentar..!!” Hime berlari ke arahnya Grep! Berpegangan pada lengan siswa itu “bisa.. tolong antarkan aku ke ruang kelas 1-A?” Hime memandang penuh harap.

“eh?” siswa itu menoleh dan memandang mata bulat Hime, ternyata dia Aki, “apa?” ucap Aki seakan meminta Hime mengulangan pertanyaannya atau justru dia tidak percaya dengan yang didengarnya.

“kau ngga dengar? Kelas 1-A, aku ngga tahu jalannya, bisa antar aku kesana? Tolong!” Hime membungkuk.

“e..” Aki bengong “..i.. iya” akhirnya Aki menyanggupi dengan wajah setengah bengong.

“ah terimakasih, kau baik sekali..” Hime tersenyum, “kukira tadi kau orang yang menyebalkan he.he” Hime meringis sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

“eh?” Aki terus menatapnya heran.

“itu cuma awalnya saja sih, habisnya kau menghela nafas begitu melihatku, jadi kukira kau orang sombong.. he.. maaf ya sudah merepotkanmu, senpai”.

“senpai?” ucap Aki, entah bertanya atau heran yang jelas wajahnya terlihat aneh dengan dahi mengerut dan alis meruncing.

“iya, kau kakak kelas kan?”.

“oh.. yaa.. iya sih” Aki manggut-manggut

Mereka sampai di lantai dua deretan kelas satu.

“Hime kau kemana saja, jangan bikin cemas dong” kata Ami.

“aku tersesat, maaf”

“woaaa.. i.. itu..” Takashi terbata-bata.

“eh” Hime dan Ami menoleh.

“itu.... salah satu Shiki no Oujisama” kata Takashi dengan wajah shock seperti bertemu dengan artis idolanya.

“kyaa...” >o< semua tiba-tiba ramai, menjerit histeris.

“ada apa sih?” tanya Hime sambil menyingkir karena siswi-siswi tiba-tiba jadi buas.

“Aki no Oujisama!!” siswa-siswi semua mengerubungi orang yang disebut Aki no Oujisama tadi, tapi Aki mengulurkan tangan untuk menghentikan dan menjaga jarak dengan mereka, mereka pun berhenti sambil menatap kagum pada Aki.

“ee? dia? salah satu Shiki no Ouji? itu berarti.. sama dengan Sakamoto senpai....” Hime melongo karena shock mengingat Yuki.

“iya, Aki no Oujisama, salah satu dari Shiki no Oujisama, Toyama Aki, sang Pangeran musim gugur” kata Takashi sok tahu.

“Pangeran musim gugur? sebutan macam apa itu?”

“ckckck.. payah, Shiki no Oujisama, pangeran SMU Shiki, terdiri dari empat orang putra pemilik sekolah ini, sebutannya sesuai namanya masing-masing, dialah Aki no Oujisama sang pangeran musim gugur” kata Takashi menjelaskan, Aki terus melihatnya.

“eh? Aki... musim gugur?”.

“Hime ini ngga tahu apa-apa ya, padahal justru merekalah daya tarik SMU ini” kata Ami juga.

“benar-benar pangeran SMU Shiki yang keren-keren dan tampan, beruntungnya aku bisa masuk ke SMU ini” ucap Takashi sambil matanya berbinar-binar.

“Taka..” Hime melongo melihat tingkah norak temannya itu.

“ayo.. ayo waktunya masuk kelas” datang lagi tiga orang lain siswa senior.

“kyaa!!!” semua tambah histeris, Hime, Ami dan Takashi pun menoleh.

“eh.. Sakamoto senpai... *v*” mata Hime berbinar-binar.

“mana mungkin mereka masuk kelas kalau kalian datang kesini” kata Aki dengan gaya cueknya.

“Shiki no Oujisama..” siswi-siswi itu hanya berani menatap.

“Shiki no Ouji..? jadi empat orang yang kau bilang itu..mereka?” kata Hime. Dia melihat seseorang dari mereka berambut panjang berwarna pirang, seragamnya tertutup mantel panjang atau overcoat, Natsuki memang selalu memakai mantel.

“wah.. cantiknya..” gumam Hime.

“eh” Haruki melihat Hime yang terpisah dari gerombolan penggemar Shiki no Oujisama lainnya. Penampilan Haruki lumayan rapi, kemejanya dimasukkan ke celana dan berdasi tapi blazernya dibiarkan terbuka “selamat pagi... ^ ^” tiba-tiba Haruki sudah ada di depan Hime dan membungkuk di depan wajah Hime sambil tersenyum.

“eh ya.. pagi” Hime menjauhkan wajahnya dengan kikuk.

“eh?” Haruki tertegun melihat mata besar Hime “apa kau mengenalku?” tanya dia masih tetap mendekatkan wajahnya pada Hime.

“he.he. ngga” Hime meringis dan terus berusaha menjauhkan diri dari Haruki “mana mungkin kenal, aku kan baru pertama kali ini bertemu dengannya” kata Hime dalam hati.

“hee.. mana mungkin ada yang ngga tahu Shiki no Oujisama” , “siapa dia?” , “beraninya masuk SMU Shiki tanpa mengenal Shiki no Oujisama” kata siswi-siswi di sekeliling mereka.

“memangnya harus tahu tentang mereka ya, tapi itu bukan salah satu syarat masuk SMU ini kan” Hime masih berkata dalam hati tanpa berani menoleh pada Haruki.

“wah... manisnya....” tiba-tiba laki-laki itu menggenggam tangan Hime.

“eh???” Hime shock seketika hingga tidak mampu berpikir tentang situasi yang sedang terjadi padanya saat ini.

“aku sangat menyukaimu..” lalu Haruki memeluk Hime.

“eee?!! apa-apan orang ini” Hime seakan membeku dalam pelukan Haruki dan tidak bisa bergerak.