PART IV
Mendengar telpon dengan suara panik Ami, Takashi langsung pergi ke tempat yang dikasih tahu Ami, Shiki no Oujisama juga ikut.
Ami membantu Hime berjalan, pakaian dan rambutnya basah dan kotor juga bau karbol.
“Hime! Ami chan!” Takashi berlari mendekat.
“eh” melihat Shiki no Oujisama bersama berlari semua pun gempar “apa sih? kenapa Shiki no Oujisama berlari-lari dengan anak itu”.
“eh?!” Aki terkejut melihat kondisi Hime.
“Hime.. kenapa...” Takashi mendekat.
“honey”.
“apa yang sudah terjadi?” tanya Yuki.
“e.... sepertinya lebih baik bawa Hime ke ruang kesehatan dulu” kata Ami.
-di ruang kesehatan alias UKS-
Setelah memakai handuk, Hime dikasih minuman hangat
“aku ngga apa-apa, karena ngga hati-hati jadi seperti ini, maaf sudah merepotkan semuanya” Hime membungkuk sambil duduk dikursi.
“honey...” Haruki memegang tangan Hime.
“aku baik-baik saja terimakasih sudah mengkhawatirkanku ^ ^”
“he..” Haruki tersenyum hambar.
Entah kenapa Haruki sangat memperhatikan Hime tapi Hime juga tidak ingin orang lain khawatir karenanya, sedangkan Aki berdiri diam bersandar pintu.
-di salah satu kelas-
“haah menyebalkan.. kenapa bisa Shiki no Oujisama mencari-cari dia dan sekarang Shiki no Oujisama menemaninya di ruang kesehatan?! Shinjirarenai! dia itu sudah berani jalan sama Aki no Oujisama, memanggil Aki no Oujisama.. dengan... A... apa maksud dia” kata salah satu senior yang tadi membawa Hime.
“sama kayak satu tahun yang lalu, lagi-lagi ada seorang rakyat jelata mendekati pangeran kita, kali ini aku ngga akan kecolongan, jangan sampai benar-benar terjadi gadis itu dan Aki no Oujisama..” kata senior kepala genk.
“dia memang ngga tahu diri, waktu itu juga dia pasti merengek dan memaksa Aki no Oujisama untuk jalan bersama, itu pasti” kata yang lain.
-di ruang dewan-
“hal seperti ini baru pertama kalinya terjadi di Shiki, tapi kenapa?” kata Yuki sambil berwajah serius.
“ngga Yuki.. dulu hampir terjadi hal yang serupa tapi ngga benar-benar terjadi karena Natsu mempergokinya” kata Haruki yang duduk bersebelahan dengan Natsuki.
Sepertinya hal itu yang membuat Natsuki bereaksi cepat saat mendengar cerita Takashi, hal yang pernah terjadi di masa lalu.
“Sakamoto senpai?” teringat ucapan Aki saat mengantar Hime ke ruang guru beberapa hari yang lalu “jika karena alasan yang sama seperti dulu, apa karena dia menyukai gadis itu...” pikir Yuki sambil menatap Aki. Natsuki pun menoleh pada Aki.
-Esoknya di kelas 1-A, kelas Hime-
“apa? aku dipanggil Shiki no Oujisama?” kata Takashi riang, begitu sampai di paviliun tengah taman ada Aki sedang duduk di salah satu kursi di paviliun itu “permisi”.
“kau sudah datang”
“haik” Takashi mendekat “aku senang sekali saat tadi diberitahu Shiki no Oujisama memanggilku” ucap Takashi malu-malu.
“dia... bagaimana keadaannya?” kata Aki tanpa melihat pada Takashi, dengan gayanya yang khas memasukkan tangan di saku celana meskipun sedang duduk, membuatnya terlihat angkuh dan dingin, seperti yang dikatakan orang.
“eh?” Takashi bengong.
“Tsukino Hime” lanjut Aki.
“oh.. Hime... dia baik-baik saja, kami berangkat bersama seperti biasanya”
“kemarin apa yang terjadi? kau tahu?”
“soal itu... Hime ngga bilang apa-apa, tapi kata Ami-chan itu karena Hime pergi bersama dengan.... ” Takashi tidak meneruskan kata-katanya pastinya Aki sudah paham dengan keadaan yang ada.
-di kantin SMU Shiki-
Hime bersama Ami dan Takashi seperti biasanya “honey... bagaimana keadaan honey?” Haruki datang ke meja Hime dan duduk di samping Hime sambil menggenggam tangan Hime, anggota Shiki no Oujisama yang lain juga datang dan berdiri di samping meja.
“aku baik-baik saja, kemarin itu cuma kesalahpahaman dan mereka hanya bermain-main saja kok.he ^ ^” Hime sudah tak canggung lagi menerima perhatian Haruki, dia hanya merasa orang itu sangat baik dan dia hanya ingin berteman dengan siapa saja..
“kenapa dengan suaramu?” tanya Aki.
“ah... itu... memangnya kenapa? suaraku? baik-baik saja kan, setiap hari juga begini kan” Hime menoleh ke Ami.
“hei” Aki menyeret Takashi “kau bilang dia baik-baik saja” bisik Aki.
“i... i.. itu.. Hime memang berkata seperti itu”.
“heeh” Aki menarik nafas.
“kenapa sih? memang ada apa dengan suaraku Ami?”.
-di taman sakura depan GOR-
Hime membaca buku “uhuk.. ehm!” Hime sesekali terbatuk “kenapa dengan tenggorokanku? gatal sekali” gumamnya.
“ini” tiba-tiba Aki meletakkan bungkusan di depan Hime “itu bisa melegakan tenggorokan”.
“eh?” Hime cuma bengong.
“suaramu itu serak, masih bilang ngga apa-apa”.
“eh? masa? tapi aku rasa biasa saja”.
“apa? kau ini, mana ada orang yang ngga memahami kondisi badannya sendiri”.
“ehm.. ya.. terimakasih, lalu... kau.. sedang apa disini?”.
“eh? aku? e..” Aki tampak kesal “heeh.. sudahlah” dia pun pergi.
-ditangga Hime berjalan menuju lantai dua ruang kelas satu-
“ini permen ya..” Hime melihat bungkusan yang diberikan Aki.
-di GOR-
“eh?” Aki merasakan sesuatu dalam kantong celananya, dia bersama Natsuki yang sedang memegang bola basket “ah.. obatnya..” Aki lalu keluar meninggalkan Natsuki, dan tanpa berseru atau protes apapun Natsuki berjalan menyusulnya.
“kau..” ada yang berdiri di tangga mencegah Hime.
“eh?” Hime menoleh, ada senior yang kemarin membawa Hime pergi
“aah aku benar-benar ngga bisa percaya, kenapa bisa? Aki no Oujisama? Shiki no Oujisama? dan itu.. apa yang kau pegang?”.
“ini.. Aki...”.
“jangan bilang Aki no Oujisama memberikannya untukmu, kau yang memintanya kan?”.
“ehh? mana mungkin”.
“apa? berani sekali kau.. jadi kau mau bilang Aki no Oujisama khusus memberikannya untukmu?”.
“aku kan ngga bilang begitu, sudah kubilang kan ngga ada apa-apa antara aku dan Aki, kalian salah paham”.
“lagi-lagi kau menyebutnya begitu.. jangan karena Haru no Oujisama memperlakukanmu dengan lembut lalu kau jadi besar kepala, aku ngga akan memaafkanmu karena seenaknya saja dekat-dekat dengan Aki no Oujisama yang ngga pernah dekat sama perempuan, apalagi kau cuma orang biasa”.
“apa.... jangan-jangan kalian iri?” kata Hime tanpa merasa takut sedikitpun.
“hah? kau bercanda? mana mungkin Murasaki putri pejabat sepertiku ini iri dengan rakyat jelata sepertimu” kata Murasaki sambil melipat tangan.
“jadi... apa karena kalian takut Aki akan menyukai orang yang levelnya lebih rendah dari kalian, dan kalian merasa kalah dengan cara yang memalukan? Aku dan Aki ngga ada apa-apa, jadi tenang saja” kata Hime santai.
“e... anak ini benar-benar keterlaluan, sudah dibilang jangan memanggilnya begitu tapi kau lagi-lagi menyebutnya begitu, panggil dengan Aki no Oujisama” Murasaki geram.
“dia kan bukan putra raja, kenapa sih meributkan hal kecil seperti itu”
Aki dan Natsuki melongo berdiri di bawah tangga.
“anak ini.. benar-benar keterlaluan, kembalikan itu” Murasaki merebut bungkusan itu.
“heh! ini kan milikku” Hime mempertahankannya.
“kau mau mempertahankannya, apa kau benar-benar menyukai Aki no Oujisama?!”.
“bukan begitu tapi ini kan sudah jadi milikku”.
“sini!” Murasaki mendorong Hime.
Kaki Hime kepeleset “eh?! tangga”
“akkkhh!!”.
Bruukk!!
“Heh!!” Murasaki dan senior pengikutnya tercengang.
“aduh.. pasti sakit..” ucap Hime “eeh? tapi..” Hime membuka mata “kenapa aku ngga ngerasa apa-apa?” begitu melihat ada tangan memegang erat pinggangnya “heh! siapa?” Hime berbalik “Aki?!”.
“Aki no... Ouji.. sama” ucap Murasaki terbata.
“Aki?!” seru Hime dengan wajah panic mode on.
Karena kepala Aki berdarah dan tak sadarkan diri.
-di UKS-
Kepala Aki sudah terbalut perban, Yuki, Haruki dan Natsuki menunggu didalam dengan Hime, murid-murid mengintip dari jendela.
“kenapa bisa begini?” ucap Yuki
“maaf, ini semua karena aku... karena Aki menolongku... kalau saja aku yang jatuh, pasti semua ngga begini jadinya, maafkan aku..” Hime membungkuk dalam-dalam.
“honey, ini bukan salah honey, jangan bilang begitu” Haruki memeluk Hime, Natsuki memegang pundak Hime dan menatapnya lembut.
“Nishitama senpai, Endou senpai T^T” Hime terharu
“kenapa bisa sampai begini, kenapa dia menolongku hingga terluka begini, aku ngga mau kalau sampai terjadi apa-apa padanya, semoga dia baik-baik saja dan segera sadar” Hime berkata dalam hati sambil menyatukan tangannya dan terpejam berdoa.
“sedang apa kau?”
“hah!” kaget mode on “kau.. kau sudah sadar?”.
“aku ngga apa-apa, memangnya aku harus pingsan berapa lama?” kata Aki dengan cuek.
“kau ini... aku kan benar-benar cemas padamu tapi kau malah segampang itu ngomong..” Hime kesal matanya merah
“hoi.. kau... kenapa sih? kan sudah kubilang, aku baik-baik saja, aku bisa bangun kok, lihatlah... akh!”
“eh!..” Hime segera memegangi lengan Aki, mereka berpandangan.
“eh?!” Aki menatap mata Hime yang berair.
Hime memandangi Aki.
“kenapa sih teriak-teriak” Haruki masuk dan melihat mereka, Hime langsung berdiri, Aki pun berpaling. Yuki dan Natsuki pun masuk juga ada Murasaki
“eh? Murasaki senpai..” ucap Hime, Aki menoleh.
“siapa yang menyuruhnya masuk? Yuki.. usir dia” kata Aki dingin.
“eh?!” Murasaki terkejut.
Hime pun menoleh.
“jangan, Aki no Oujisama.. maafkan aku.. aku ngga sengaja melakukan itu, itu semua karena gadis ini” kata Murasaki menunjuk Hime.
“kau ini ngga sadar juga ya, aku ini terluka karena kau, Yuki.. sebagai salah satu dewan Shiki, aku memerintahkan pada pihak sekolah untuk memecat dia”.
“ngga bisa, aku mohon.. Aki no Oujisama jangan lakukan itu padaku, aku ngga mau pergi ke sekolah lain, ijinkan aku tetap bersama Shiki no Oujisama, maafkan aku karena telah membuatmu terluka.
“senpai..” Hime melihat kasihan “Aki.. kau ngga bisa melakukan itu begitu saja kan, jangan menggunakan kekuasaan untuk alasan pribadi dong”
“kau... dia itu kan mau mencelakakanmu kenapa kau masih mau membantunya”
“tapi aku kan baik-baik saja, aku tahu kau marah karena kau jadi terluka begini tapi mengelurakan senpai dari sekolah itu sangat keterlaluan, jangan kekanak-kekanakkan dan segera cabut kata-katamu tadi”
“kau....” Aki berpaling “aku melakukan itu bukan untukku sendiri, apanya yang kekanak-kanakkan, dasar cewek ini...” wajah Aki kesal “heh! Tapi asal kau ingat, perbuatanmu itu sudah melebihi keterlaluan, hal yang terjadi tahun lalu itu juga ngga bisa dimaafkan, kau mengerti” Aki cuma melirik.
“maafkan aku Aki no Oujisama, aku janji ngga akan ada hal seperti ini lagi, maafkan aku Tsukino... selama aku masih bisa melihat Aki no Oujisama aku terima jika kau bersamanya”.
“hee??!” Hime melongo.
“e...” -////- Aki memerah.
-Akhir bulan April-
“bunga-bunga sakura semakin indah, aku ingin sekali pergi melihat hanami..” kata Hime di taman Shiki bersama Ami.
“disini juga ada pohon sakura kan”.
“kemarin waktu shubun no hi pertama aku ngga bisa merayakannya karena hari kelulusan, di Kyoto pasti ramai”.
Shubun no hi adalah hari equinox dimana saat itu matahari tepat melintasi ekuator, sehingga lamanya siang hari sama dengan malam hari, jadi langit pada jam 7 malam sama seperti jam 4 sore, dan hari equinox itu dijadikan hari libur nasional karena hanya terjadi dua kali dalam setahun.
Satu minggu selama shubun no hi yaitu 3 hari sebelum dan 3 hari sesudah hari equinox, masyarakat Jepang biasanya melakukan higan yaitu berziarah ke makam nenek moyang.
“oh ya Hime kan cuma kesana saat shubun no hi kedua”.
Shubun no hi pertama terjadi saat musim semi tanggal 20 Maret, dan shubun no hi kedua terjadi saat musim gugur tanggal 23 September.
“iya, aku cuma ke Kyoto saat shubun no hi kedua”.
“Hime! Ami chan!” Takashi berlari ke arah mereka.
“ada apa?” tanya Ami.
“lihat ini”.
“surat undangan?”.
“iya, pesta ulang tahun Haru no Oujisama, semua murid Shiki di undang ini punya Ami chan”.
“wah... terimakasih Taka, lalu.. Hime..?”.
“eh? bukannya sudah dapat? tadi ketua kelas ngga menitipkan punya Hime”.
“masa sih Hime belum dapat? apa.. Haru no Oujisama mau mengundang secara khusus? memberikannya langsung pada Hime?”.
“eh? ngga mungkin.. dia kan sibuk, aku kan sudah bilang hal yang dikatakannya itu cuma bercanda”.
“aku serius honey..” tiba-tiba wajah Haruki di samping Hime.
“hee?!”.
“ini.. aku berikan langsung khusus untuk honey ^ ^”.
“e.. terima.. kasih”.
“ngga usah malu-malu honey” Haruki merangkul Hime.
“heeh..” Hime hanya menarik nafas, dia tidak lagi menolak Haruki mati-matian karena sudah tahu sifat Haruki.
“jangan lupa datang ya ke rumah sederhanaku, daa honey” lalu Haruki pergi.
No comments:
Post a Comment