Aki shock banget waktu dengar hari ini, tanggal 23 September, Hime ulang tahun, dan tiba-tiba Haruki dan yang lainnya muncul dengan bilang kalau hari itu juga Aki ulang tahun.
“hari ini hari ulang tahun Aki, mana mungkin kami membiarkan Aki menikmatinya sendiri” kata Haruki.
“ha.. hari.. ulang tahun?” gantian Hime yang shock, stadium 4.
“jadi... hari ulang tahun Hime-sama dan dia..?” Susuki juga shock, Aki dan Hime berpandangan.
“Aki no Oujisama dan Hime?” Ami dan Takashi ikutan shock. Mari kita shock sama-sama...agagagag.
“wah... jadi Hime dan Aki ulang tahun dihari yang sama ya” kata papa.
“kalau begitu kita juga harus mendoakan Aki” kata kakek.
“benar ayo kita berdoa untuk Aki” kata bibi dan paman juga.
“...senangnya” Susuki memandang sendu.
“jadi honey juga ulang tahun ya”.
“selamat ulang tahun” ucap Yuki.
“e.. terimakasih”.
“selamat ulang tahun” begitu juga Natsuki
“he ^ ^ terimakasih”.
“Hime” Ami memeluk Hime.
“selamat ulang tahun”.
“he ^ ^”
Takashi berdiri saja
“Taka.. kamu ngga ngucapin sama Hime”.
“ eh.. he tanjoubi omedetou”.
“arigatou... minna” Hime memandang Aki “he.. ^ ^” mereka pun senyum.
“kalau begitu mari kita rayakan ini di hotel Endou Group di Kyoto dengan pesta yang meriah!!” Haruki bersorak.
“tunggu..” ucap Hime “kami akan merayakannya nanti malam”.
“eeh? sudah ada rencana ya”.
“Nishitama nii-san juga ikut ya, semuanya juga”.
“he ^ ^ tentu saja”.
-di halaman rumah kakek-
Sudah ditata meja-meja dan kursi, dihalaman juga terdapat kolam ikan koi dan pohon bambu jepang lengkap dengan Shishiodoshi, yaitu hiasan taman berupa potongan bambu yang dialiri air dan kalau airnya penuh bambunya akan jatuh menyentuh batu sehingga menimbulkan bunyi yang khas.
Para penduduk sekitar yang kebanyakkan orang tua dan lanjut usia juga datang ketika menjelang malam sambil membawa makanan dan sake.
“jadi setiap tahun dirayakan bersamaan dengan festival tsukimi” kata Yuki.
“hm”.
“ramai ya” kata Haruki.
“mari ucapkan selamat ulang tahun untuk cucu kepala desa” kata orang-orang tua itu.
“arigatou gozaimasu” Hime membungkuk.
“honey sangat dicintai semua orang ya”.
“Taka.. kenapa dari tadi diam saja?” tanya Ami.
“ah.. ini pertama kalinya merayakan hari ulang tahun Hime kan... jadi..”.
“iya, soalnya tiap tahun Hime kan merayakannya di Kyoto”.
“mereka tampan-tampan ya.. seperti pangeran saja” kata bibi yang duduk dengan Ami dan Takashi.
“mereka memang pangeran bi” kata Ami.
“eh?”.
“pangeran SMU Shiki, Shiki no Oujisama”.
“wah.. pantas saja ya”.
“apa? jadi mereka putra pemilik sekolah?” tanya papa.
“ini.. Tsukimi Udon” Hime dan Susuki membawakan nampan berisi mangkuk-mangkuk mie Udon.
Tsukimi Udon adalah hidangan berupa mie udon yang dihiasi telur mentah diatasnya hingga bentuknya seperti bulan purnama, makanya dinamakan Tsukimi Udon, mie ini khusus dihidangkan saat festival Tsukimi.
“bukankah disaat festival seperti ini sering dibacakan puisi?” kata Yuki.
“iya..”.
“ah seperti Matsuo Basho?” kata Aki.
“kau tahu?” tanya Hime.
“tentu saja, Matsuo Basho penyair Haiku itu kan”
Haiku adalah puisi tradisional yang baitnya terdiri dari tiga baris, karya-karya Matsuo Bashou juga sudah digunakan sebagai bahan pelajaran bahasa Jepang disekolah-sekolah.
“*angin musim gugur berhembus.. masih hijau... kastanye mengupas*” Aki membacakan puisi.
“wah.. Aki bisa ya, aku ngga nyangka” kata Haruki.
Bulan purnama bersinar di langit yang bersih, tak ada awan sedikitpun, karena masih awal musim jadi angin musim gugur belum bertiup kencang dan membawa awan yang bisa menutupi langit. Hiasan rumput susuki di letakkan di meja, semua mengobrol dengan akrab. Hingga akhirnya perayaan selesai dan semua istirahat dikamar yang sudah disiapkan.
“tiba-tiba rumah jadi penuh, gara-gara kalian” kata Aki.
“kenapa Aki cerewet, salah Aki sendiri kan kabur begini”.
“siapa yang kabur”.
“sudah, ayo kita istirahat” kata Yuki, mereka bertiga dengan Natsuki masuk ke kamar.
“aku juga ingin tidur sama Shiki no Oujisama...” kata Takashi.
“kau denganku saja, kamar itu sudah penuh” kata paman.
“ah.. ngga mau...” T-T Takashi ditarik paman.
“Ami tidur dikamarku saja”.
“aku tidur dulu ya”.
“Aki..” panggil Hime.
Mereka duduk diteras dalam rumah sambil memandang bulan “apa kau tahu kenapa diadakan festival Tsukimi?” tanya Hime.
“ngga”.
“Tsukimi dulu dilakukan untuk memperingati Dewa Bulan, Tsukiyomi no Kami yang merupakan adik Dewa Matahari, Amaterasu Omikami, mereka berdua lahir dari sepasang mata Izanagi, Dewa dari segala dewa”.
“mmm... jadi ada ceritanya ya”.
“hm.. saat itu aku lahir... makanya.. aku dinamai.. Hime, karena nama keluargaku yang berarti Bulan, mungkin mereka berharap aku akan jadi putri yang secantik bulan purnama itu.. he..”.
“cantik”.
“eh?”
“kau seperti purnama itu”.
“eh?!” mereka bertatapan, mata Aki lembut memandang Hime, selembut angin yang berhembus malam itu, lalu Hime teringat saat mereka berpelukan.
deg.deg.deg.deg jantung Hime berdebar kencang.
“matamu bulat kayak bulan purnama” ucap Aki
“haaa??” Huuf, Hime menarik nafas dan menunduk
Tep! Aki memegang tangan Hime, sekali lagi mereka berpandangan, Aki mendekatkan wajahnya.
“e..” -////- Hime terpejam.
“haa... jadi Aki mau diam-diam ya” Haruki muncul dengan yang lain.
“eh?!” mereka segera menjauh,
“honey...”
“.ha.ha.” mereka tertawa. Ami, Takashi dan yang lain pun datang.
“bodoh! kalian jadi membangunkan semua orang” kata Aki.
Takashi melihat mereka “Taka..” Ami menepuk pundaknya “sejak saat itu kau selalu diam, kenapa?”.
“ah.. Ami-chan, ngga ada apa-apa kok”.
“kau menyukai Hime kan”.
“eh!!”.
“karena itu kau sedih ngelihat Hime sama Aki no Oujisama..”.
“Ami-chan ^ ^ aku senang karena Hime berpacaran dengan Aki no Oujisama, kalau aku sedih itu karena dia jadi sering sama mereka kan, dan kita jadi kesepian”.
“bodoh, ngga perlu kau tutupi lagi” Ami pergi.
Saat mengantar kepulangan Hime, “aku juga patah hati” Susuki tiba-tiba disamping Takashi,
“eh? kau.. siapa?”.
“padahal aku kira aku punya ikatan batin dengan Hime-sama karena nama kami, tapi ternyata ada pangeran yang memiliki ikatan yang lebih kuat”.
“e.. -_-* orang aneh” Takashi pergi.
Bulan November adalah bulan perayaan Festival kebudayaan atau disebut bunkasai, dan di bulan ini adalah akhir musim gugur. Sekolah sangat ramai dengan persiapan bunkasai, begitu juga guru-gurunya, saling bekerja sama membuat hiasan di kelas masing-masing, ada yang bikin pakaian di ruang menjahit, ada yang memasak di ruang PKK, dan auditorium pun ramai dengan anak-anak yang tampil bernyanyi, main musik dan pentas drama, dalam sekejap sekolah disulap menjadi tempat hiburan, sekolahpun ramai dikunjungi orang-orang luar, biasanya kebanyakan dari keluarga murid.
Kelas Hime membuat maid cafe, dimana siswi-siswinya didandani dengan costum player pelayan cafe yang imut, mereka memakai pakaian dengan bahan berwarna merah, berhias renda putih, dan bandana dari renda yang sama.
“irasshaimase” Hime menyambut para tamu.
“hei katanya kelas Natsu no Oujisama dan Aki no Oujisama bikin pesta kostum, mereka pasti keren banget deh” kata siswi-siswi yang lewat di depan kelas Hime, mereka mau ke kelas Natsuki dan Aki.
“Hime.. kau juga mau lihat kan, gimana pun juga kau kan pacar Aki no Oujisama” kata Ami.
“e..”.
“biar kami yang jaga, Tsukino pergi saja”.
“..teman-teman.. terimakasih”.
Akhirnya Hime pergi ke kelas Aki.
Jreng! Aki memakai jas pinguin hitam, yaitu jas yang bagian belakangnya panjang sedangkan depannya hanya sebatas dada, kancing jas dan kemejanya dibiarkan terbuka begitu saja memperlihatkan bagian dadanya yang bidang, kelihatan kayak preman tampan yang seksi.
“hah??” deg.deg.deg.
“kyaa” >,< “kerennya Aki no Oujisama” semua mengerubungi Aki meskipun Aki berusaha menghindar, lalu Natsuki datang dengan kostum samurai dengan atasan putih dan bawahan merah dan rambut panjangnya diikat keatas
“kawaii...” siswa-siswa terpesona dengan tatapan penuh tanda cinta.
“hiih.. kenapa tiba-tiba aku merinding melihat mereka, mereka kayak dari dunia lain saja, heeh.. lebih baik aku ngga kesana sekarang” Hime berbalik dan pergi.
“eh” Aki melihat dari tempatnya berdiri.
bakal marah” Hime membayangkan reaksi siswi-siswi penggemar Aki dengan aura kegelapan menatap Hime.
“kau.. merebut pangeran kami...” mereka seperti zombie
“ah.. ngga mau, lebih baik aku jauh-jauh saat Aki dikelilingi mereka” Hime menuruni tangga.
“kenapa kabur?”.
“eh”.
Jreng! Aki sudah bersandar di tembok depan tangga
“eh?! ke.. kenapa ada disini”.
“sudah kubilang jangan membalikkan pertanyaan orang”.
“tapi... kau kan”.
“aku lewat tangga darurat, kau bukannya bertemu denganku tapi malah kabur”.
“eh.. itu kan...” Hime sudah di bawah tangga.
“mereka menyuruhku dandan seperti ini, tadinya kalau Natsu menolak bisa jadi alasan aku ngga memakainya”, Aki mendekat “tapi ternyata Natsu malah mau didandani begitu, jadi apa boleh buat” Aki berdiri di depan Hime.
“e...” Hime menunduk dengan wajah merah “dia depanku dengan pakaian seperti ini, aku harus gimana”.
“kamu ngga suka?”.
“eh” Hime menengadah.
“kalau aku berpakaian seperti ini di depan gadis-gadis itu?”.
“e... aku kan ngga punya hak untuk melarangmu, lagipula mereka penggemarmu jadi mereka pasti ingin berada dekat denganmu apalagi dengan kostum.. seperti itu, kau jadi dikelilingi gadis-gadis histeris itu mana mungkin aku mendekat”.
“eh, jadi kau diam saja aku dikelilingi gadis-gadis itu?”.
“eh.. itu”.
Brek! “eh?!” Aki memojokkan Hime ke tembok.
“bukankah kau punya hak untuk melarangku karena kau... pacarku”,
“eh..” -////-
“aku akan melakukan apapun yang kau katakan” Aki membelai pipi Hime.
“e...” Hime memejamkan mata “aku ngga sanggup memandangnya” Aki mendekatkan bibirnya.
“Aki no Oujisama..!!”.
“eh?” terdengar suara para penggemar yang mengejarnya.
“Aki no Oujisama” mereka melihat Aki sedang bersama Hime, mereka melongo.
“maaf, aku cuma ingin berdua dengan pacarku” Aki membawa Hime pergi.
“arrgghh!!! cewek itu sudah membawa pangeran kita..!!” , “kejamnya..!!!” , “kenapa harus Aki no Oujisama...!!!” ToT mereka menangis meraung-raung.
Hosh! Hosh! Aki dan Hime berhenti
“kayaknya mereka sudah ngga ngejar” kata Hime.
“haah! iya kalau gitu.. sudah ngga ada yang mengganggu, kita bisa melanjutkan yang tadi”.
“e...” -///-
“he” Aki memegang pipi Hime.
“Aki..! Honey..!”.
“e.. sial!” Haruki dan Yuki datang.
“kenapa kalian disini? bukankah festivalnya belum selesai” tanya Haruki.
“sudah jelas kan, apa yang ingin aku lakukan..” geram Aki
“ah.. jangan-jangan Aki membawa honey untuk berduaan ya”.
“ah.. ngga! kami cuma mau melihat-lihat! tadi kami kebetulan saja lewat sini.. ( memalukan sekali, didepan sakamoto senpai.. )”.
“ayo kita lihat cafe dikelas honey” Haruki membawa Hime.
“koitsu..” ucap Aki kesal.
“bersabarlah” kata Yuki sambil merangkul Aki.
Yuki
Bulan Desember, memasuki musim dingin. Angin mulai bertiup kencang, murid-murid mengenakan syal dan mantel saat berangkat sekolah.
-di salah satu cafe di pojok Ginza-
“sebentar lagi kelulusan Sakamoto senpai dan Nishitama nii-san, rasanya cepat banget deh” kata Hime.
“silahkan parfaitnya” Ami melayani mereka, kali ini dia kerja sambilan di kafe.
“dingin-dingin begini kenapa makan parfait ice cream” kata Aki.
“tapi enak banget, coba deh” Hime menyuapi Aki.
“hmm.. enak juga”.
“benar kan ^ ^”.
“wah romantisnya..” Ami melihat mereka.
“senangnya punya pacar yang tampan dan romantis begitu” kata teman kerja Ami.
-dikoridor-
Hime jalan sendirian.
Terdengar suara denting piano, saat Hime melewati ruang musik “eh?” Hime melihat kedalam, ada seorang perempuan sedang memainkan piano “cantik sekali...”, perempuan itu berambut panjang dan hitam, memakai gaun terusan putih lengan pendek berenda. Begitu selesai main perempuan itu menoleh.
“eh.. maaf, karena permainan pianonya sangat indah aku jadi keterusan”.
“he ^ ^ sudah lama tidak memainkan piano ini.. rasanya rindu sekali..” suaranya lembut dan bahasanya sopan.
“eh..”.
“aku dulu murid disini”.
“ah.. kalau begitu salam kenal, namaku Tsukino Hime”.
“nama yang indah”.
“e.. maaf.. aku harus pergi.. senang bertemu senpai”.
“eh.. ^ ^ aku juga senang bertemu denganmu”.
-di ruang dewan-
“tadi aku ketemu perempuan yang sangat cantik diruang musik” kata Hime yang sedang duduk di sofa, ada Natsuki juga.
“oh ya? bukannya sekolah sudah sepi? Apa kau melamun?” kata Aki sambil meminum teh yang dibuatkan Natsuki.
“ngga kok, perempuan itu memainkan piano, benar-benar cantik, permainan pianonya juga sangat indah, apa ada guru musik yang baru?” kata Hime.
“ngga ada guru yang seperti itu, apa.... jangan-jangan... Natsu... apa sekolah kita ada cerita misterinya?” Aki memegang pundak Natsuki.
“jangan bodoh dong, masa aku ketemu.... sama... hantu sih.... ah ngga mungkin.. ngga mungkin... Aki kenapa kau bilang begitu...” Hime menggeleng-gelengkan kepala sambil menutup mata.
“bercanda kok” ucap Aki, lalu ponsel Aki berbunyi dia mengambilnya dari saku celananya “kakak? Ada apa?”, begitu selesai menerima telpon Aki beranjak dari sofa “Hime, kau tunggu disini, aku akan segera kembali, Natsu jaga dia ya”.
Begitu Aki pergi suasana jadi sepi. Hime memandangi Natsuki.
“he ^ ^” seperti biasa Natsuki cuma tersenyum.
“ah.. Endou senpai kan ngga pernah ngomong, apa yang harus aku lakukan sekarang” kata Hime dalam hati.
“e... aku.... sebenarnya aku pingin banget ngobrol sama Endou senpai, suasana sepi bikin aku ngga betah, tapi.. Endou senpai.. kayaknya jarang banget ngobrol ya... jadi... apa... yang harus aku lakukan?” Hime menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
“he.. kau.. memang anak yang menyenangkan”.
“eh?”.
“aku pernah bertemu seseorang sepertimu, dia juga pernah ditindas, tapi tidak sepertimu yang mau melawan mereka, gadis itu justru lebih memikirkan kedudukanku, rasanya.. kalau gadis itu sepertimu sedikit saja.. pasti... dia bisa melewatinya”.
“eh? Endou senpai bicara? aku ngga salah dengar kan? dia mau bercerita panjang lebar padaku.. suaranya benar-benar lembut.. seperti alunan simphony.. eeh? tadi dia bilang tentang seorang gadis..? siapa?” pikir Hime “gadis?” ucap Hime mengulang.
“he..^ ^” Natsuki menjawab dengan senyum.
“haa.. dia cuma tersenyum.. kayaknya itu berarti kalau dia ngga mau ditanyai siapa gadis yang dia maksud.
Cekrek! Pintu dibuka dan Aki masuk dengan seorang perempuan yang ditemui Hime di ruang musik beberapa saat yang.
“he ^ ^ kita bertemu lagi” kata perempuan cantik yang bersama Aki.
“kalian sudah bertemu?” tanya Aki.
“e.. iya, tadi yang kuceritakan di ruang musik itu kan” ucap Hime lirih.
“oh... jadi yang kau temui Kirei, dia Hanamiya Kirei” kata Aki memperkenalkan.
“eh? Hanamiya-san?” Hime setengah kaget.
Perempuan cantik yang berdiri didepannya saat ini adalah Hanamiya Kirei yang pernah diceritakan Aki...
No comments:
Post a Comment