Wednesday, February 2, 2011

Shiki_Chapter # 6

PART VI

Haruki kelihatan sedih, Hime panik, Aki pun tak bisa berkomentar

“Yuki.. aku sedih, ternyata honey ngga mau manganggapku sebagai kakak”.

“eeh? apa?” Aki dan Hime melongo.

“aku senang sekali ketika pertama kali honey menyebutku senpai, baru pertama kalinya ada yang mau memanggilku seperti itu, aku merasa terharu, aku merasa honey begitu manis... dan begitu ingin jadi kakak untuk honey, tapi ada hal seperti ini honey malah ngga bilang padaku.. aku sangat kecewa, ternyata honey ngga mau menganggapku sebagai kakak” T^T

“Nishitama senpai...”

“huaaa” ToT Haruki menunduk dipundak Takashi “honey jahat..!!” hiks!

“e.. heeh.... nii-san hentikan”.

“eh” Haruki langsung berhenti menangis “apa? tadi aku dengar honey menyebutku.. nii-san?”.

“he..” Hime tersenyum.

“honey” Haruki memeluk Hime

“eeh??” Aki tambah bengong “apa-apan sih”.

Bulan Juni, udara semakin panas, para murid yang biasanya mengenakan Blazer saat musim semi dan musim dingin, di musim ini mereka hanya mengenakan kemejanya saja, saat ini sekolah telah menyelesaikan ujian midsemester pertama, kegemparan tentang Aki dan Hime mereda setelah pengakuan Haruki.

“senangnya jadi adik Haru no Oujisama, Hime semakin terkenal diantara murid-murid” kata Takashi.

“aku ngga mikirin hal itu, sekarang yang sedang aku pikirin hasil ujian kita gimana?”.

“perhatian semuanya....” kata ketua kelas, Kikumada Hio yang berdiri di depan.

“ada apa sih?” , “panas-panas begini juga” murid-murid duduk dengan malas dan berkipas-kipas.

“sekarang sudah saatnya festival olahraga musim panas” kata Hio.

“haaah.. malas ah, panas-panas begini disuruh olahraga” , “iya benar, kita ngga usah ikut juga ngga apa-apa kan” kata murid-murid ramai.

“tiap tahun juga acara seperti ini diadakan di setiap sekolah kan, dan diikuti oleh seluruh siswa, yang menentukan hal ini juga pastinya bukan pihak sekolah melainkan Ketua Dewan, dan pastinya juga sebagai murid Shiki, Shiki no Oujisama juga ikut” lanjut Hio.

“jadi... maksudmu Yuki no Oujisama yang membuat festival ini?!” tanya siswi-siswi.

“tentu saja”.

“wah, apa olahraganya?” , “apa Yuki no Oujisama juga ikut meskipun dia ketua dewan?” , “Shiki no Oujisama semua ikut kan” semua langsung bersemangat.

“tenang dulu, jenis olahraganya sudah ditentukan oleh Shiki no Oujisama, dan bagi juara di tiap cabang olahraga ketua dewan akan mengabulkan apapun permintaan pemenang sebagai hadiah”.

“kyaaa!! >,< bisa minta apapun” , “bisa minta kencan bareng ngga?” , “kencan dengan Shiki no Oujisama!!”.

“Kikumada, apa saja olahraganya?!” tanya siswa-siswa semangat.

“dari cabang pertandingan bola, ada basket, lalu dari cabang atletik ada lari berpasangan”.

“wah cuma sedikit ya pertandingannya?”.

“pertandingan berlangsung selama tiga hari, mulai dari babak penyisihan, delapan besar terus terakhir babak final”.

“e.... maksudmu... kita berlari... melawan perwakilan setiap kelas dari setiap babak gitu?” , “selama tiga hari? berlari ditengah panas matahari musim panas kayak gini?” , “e... kayaknya aku ngga perlu sesemangat itu deh demi berjabatan tangan dengan Yuki no Oujisama” , “iya, bayangin saja babak penyisihan itu kita ada lima kelas di tingkat satu, lima kelas tingkat dua, belum lagi kelas tiga” , “aku ngga bisa ngebayangin deh” murid Shiki yang kebanyakan orang mampu itu tentu saja malas untuk berpanas-panasan.

“hee.. kalian ini apa-apaan sih, tadi begitu mendengar tentang Shiki no Oujisama semangat banget” kata Hio “jadi ngga ada yang mau ikut nih?”.

“aku mau!!” Takashi berdiri.

“eh? Inoe?”.

“aku mau ikut lomba lari, aku juga dulu ikut klub atletik kok”.

“baguslah, terus pasangannya, siapa yang mau ikut?”.

“Hime ikut ya?” kata Takashi.

“eh?” Hime dan Ami menoleh.

“ayo ikut saja, kita dulu sama di klub atletik kan”.

“Tsukino, kau mau?”.

“e... “ Hime menoleh melihat Takashi memohon padanya “iya, boleh sih”.

“bagus! sudah ditentukan, yang ikut Tsukino dan Inoe, kalau soal basket aku sudah dapat pemainnya, pertandingannya minggu depan, jadi Tsukino dan Inoe kalian berusahalah dengan baik”.

“baik!” jawab Takashi semangat.

Hari-hari latihan dimulai, setelah selesai pelajaran sebelum pulang sekolah didampingi Hio, Hime dan Takashi berlatih di lapangan atletik bersama pasangan peserta lainnya, pemanasan dimulai dengan peregangan dan berlari menyusuri lapangan.

“nanti kalian akan berlari sejauh 200 meter saja, tapi kaki kalian diikat jadi kalian harus berlatih untuk menyamakan langkah kaki biar ngga berantakan saat berlari” Hio menjelaskan sambil mengikat kaki kiri Hime dengan kaki kanan Takashi.

“mulai!” aba-aba Hio.

Brukk!! Baru melangkah sekali sudah ambruk karena gerakan kaki berlawanan.

“kan sudah kubilang kalian harus menyamakan langkah”.

“semangat Hime” Ami juga ada disana, berdiri di tepi lapangan.

“gimana kalau kita hitung saja, dengan hitungan satu untuk kaki yang diikat dan dua untuk kaki yang ngga diikat?” kata Hime.

“benar, begitu saja”.

“siap... mulai!”.

“Dua! Satu! Dua! Satu!” Drap! Drap! Langkah mereka seirama.

“waa...!!” gubrak! Hime jatuh karena Takashi yang laki-laki jelas langkahnya lebih panjang dan lama-lama menyeret kaki Hime.

“maaf, Hime ngga apa-apa?”.

“aku baik-baik saja kok, ayo mulai dari awal lagi”

“minum dulu nih” Ami menyerahkan dua botol.

“terimakasih Ami-chan”.

“baiklah ayo mulai lagi, siap... mulai” komando Hio.

“Dua! Satu!” Drap! Drap! Drap! Drap!.

“sepertinya ada yang janggal ya” kata Ami sambil mengamati Hime dan Takashi yang sedang berlari sambil sesekali Hime terhenti karena langkahnya terseret kaki Takashi.

“memangnya apa?” tanya Hio.

“mereka harusnya berpegangan agar Taka bisa membawa tubuh Hime saat kakinya yang lebih panjang menyeret Hime, seperti ini” Ami mempraktekan dengan merangkul pinggang Hio “lalu tangan Taka diletakkan di pundak Hime” Ami mengambil tangan Hio dan meletakkannya dipundaknya.

“eh -////- ya.. mungkin begitu juga bagus” wajah Hio memerah

“ya biasanya juga begitu sih aku lihat di acara tivi juga” Ami manggut-manggut sendiri lalu menoleh “ah maaf! sudah sembarangan” Ami langsung melepas tangannya.

“ngga apa-apa kok” -////- Hio berpaling.

“kalian perhatiin ngga sih?” Hime dan Takashi tiba-tiba di hadapan mereka.

“eh?! apa?” tanya Ami dan Hio serentak.

“gerakan kami tadi gimana?”.

“oh.. soal itu kami punya ide, kalian harus berpelukan”.

“hah??”.

“maksudnya... saling berangkulan agar gerakan jadi lebih mudah diseimbangkan, sini” Hio merangkulkan tangan Hime ke pinggang Takashi lalu tangan Takashi diletakkan di pundak Hime.

“e.... apa ngga apa-apa?” -////- muka Takashi memerah.

“kita coba saja” kata Hime enteng.

“siap... mulai!!” Drap! Drap! Drap! Gerakan sudah seimbang dan Hime tidak kesulitan lagi “bagus!” teriak Hio dari ujung.

“wah.. honey mesra sekali”.

“nii-san”

“e... kami cuma sedang latihan kok” Takashi melepas tangannya.

“selamat berjuang ya” ucap Yuki dan Natsuki pun tersenyum.

“terimakasih”.

“aku akan mendukung honey..”.

“selamat berjuang ya” ucap Yuki yang datang juga.

Natsuki cuma tersenyum tapi senyumannya seolah mengatakan bahwa dia juga memberikan dukungan pada Hime.

“terimakasih semuanya” Hime membungkuk, lalu dia menoleh ke kanan dan kiri “Aki.... dimana? apa sedang berlatih basket?” tanya Hime.

“ngga, tadi ada kok, kemana ya?” Haruki menoleh kanan kiri.

“kita selesai, besok latihan lagi” kata Hio menghampiri.

“aku ke ruang ganti dulu kalian tunggu di depan gerbang saja, sampai jumpa semuanya” Hime melambai pada Haruki dan yang lainnya.

“daa honey..”.

-diwastafel dekat lapangan-

“aduh perih” Hime membasuh kakinya dengan sapu tangan.

“ngga cukup kalau ngga diobati kan” kata Aki yang tiba-tiba muncul dibelakang Hime “sini” Aki menarik tangan Hime dan duduk di kursi yang ada setiap pinggir lapangan “naikkan kakimu” perintah Aki, Hime menurut saja “tahan ya, ini agak sedikit perih” dia mengobati kaki Hime sambil sesekali ditiup agar tidak perih “saat latihan tadi kenapa jatuh terus sih, banyak sekali lukanya” kata Aki.

“kan cuma lecet”.

“jangan menggampangkan begitu dong, namanya luka ya tetap saja sakit, kau ini kan cewek” Hime memandangi Aki, lalu tiba-tiba Aki menoleh pada Hime.

“e.. apa sudah selesai?”.

“iya, apa besok masih latihan?”.

“tentu saja”.

“berlari seperti itu apa ngga apa-apa?”.

“kan untuk mengikuti lomba, lagian siapa yang bikin lomba, kalian juga kan”.

“bukan itu... tapi cara kalian berlari, kau dan anak itu...”.

“oh.. berpegangan itu? Taka kan teman yang sudah akrab sejak SMP, jadi biasa saja”.

“kalian sudah akrab sejak lama kan, apa... ngga ada perasaan sesuatu.. apalagi kalau berdekatan seperti itu”.

“eh.. ngga ada, biasa saja kok.. karena sudah terbiasa bersama, memangnya kenapa?”.

“ngga.. ngga apa-apa”.

“Hime lama banget” Takashi menyusul “eh?!” dia berhenti saat melihat Hime duduk berdua dengan Aki.

“Aki ikut basket kan, untung ya ngga ikut lari berpasangan”.

“eh?” Takashi dan Aki sama-sama kaget.

“karena semua penggemarmu bisa berontak dan mengacaukan perlombaan ha.ha”.

“heeh.. aku kira kenapa” kata Aki dan Takashi dalam hati.

Hari-hari berikutnya masih latihan di lapangan.

“kalau dilihat sebagai pasangan, Hime dan Taka ngga cocok ya” kata Ami melihat Hime dan Takashi yang masih berangkulan karena masih latihan.

“jahatnya...” ucap Takashi.

“habis Hime terlalu manis buat Taka”.

“apa benar aku manis?” Hime bergaya sok imut.

“iya.. manis banget..” kata Ami ikut-ikutan bergaya sok imut.

“Kawashima juga manis” kata Hio.

“eh?” mereka jadi diam menoleh pada Hio.

“e... ya dibanding anak-anak di kelas, mereka kan sudah dewasa-dewasa dandanannya” sambung Hio.

“bukannya cowok suka dengan cewek yang berdandan ya? kan kelihatan lebih cantik” kata Ami santai tanpa menanggapi omongan Hio dengan gugup.

“tapi.. menurutku lebih baik yang tampil apa adanya seperti Kawashima dan Tsukino tentunya..” kata Hio malu-malu.

“hee.. Kikumada suka sama Ami ya?” kata Hime terus terang.

“kenapa Hime berkata begitu, kita biasa saja kan? iya kan? biasa saja kok, aku ambil minum untuk kalian” Ami pergi.

“sepertinya Ami malu.. ketua kelas semangat ya” goda Hime.

“e... kau ini.. itu kan...”.

“Kikumada kan baru kenal Ami-chan beberapa bulan” kata Takashi.

“aduh.. Taka ini ngga peka, meski baru kenal sehari kalau suka ya suka, meski sudah kenal lama kalau ngga ada perasaan suka ya biasa-biasa saja ( eh? apa itu yang dipikirkan Aki ya? tadi sore saat Aki bertanya seperti itu apa dia berpikir mungkin aku ada perasaan lain terhadap Taka karena kami sudah lama berteman... apa.. dia khawatir jika aku punya perasaan lain terhadap Taka? aah ngga mungkin.. mana mungkin dia... cemburu? haaa?? cemburu itu kan kalau dia suka... sama... aku? haah ngga mungkin, sepertinya kalau pemikiran ini dilanjutkan bisa kacau dan ngga bener, lebih baik lupakan saja )” Hime tenggelam dalam pemikirannya.

“apa Hime ngga sadar dengan ucapannya sendiri ya? Kalau begitu kan bisa juga terjadi pada kami, apa perasaanku masih ngga terlihat ya” Takashi juga melamun.

“hei.. kalian dengar ngga sih?”.

“apa?” sahut Hime dan Takashi.

“sudah sore, latihannya selesai dulu, bersiaplah untuk lomba senin besok” kata Hio.

“ya sudah kalau begitu, Kikumada tolong antar Ami pulang ya, aku mau pergi sama Taka”.

“eh? kemana?” tanya Takashi bodoh, Hime melotot padanya.

“daa..” Hime pergi begitu saja.

“hee.. mereka mau kemana?” Ami kebingungan.

“katanya ada urusan, jadi Tsukino menyuruhku mengantarmu” kata Hio malu-malu.

“eh???” Ami melongo “e.. iya, baiklah”.

Hime dan Takashi pulang berdua “rasanya agak sepi kalau cuma berdua” kata Hime.

“soal yang Hime katakan pada Kikumada tadi.. gimana kalau orang yang sudah lama kenal seperti kita?” tanya Takashi.

“eh? oh.. soal Kikumada yang menyukai Ami, aku suka Taka kok”.

“eh?!” Takashi refleks menoleh “ah tapi kalau rasa suka pasti ngga segampang itu diucapkan.. yang Hime maksud pasti rasa suka sebagai teman”.

“Taka dan Ami adalah teman yang menyenangkan, dan kalau bersama kalian selalu merasa senang, kau sendiri gimana?”.

“iya, aku juga... ( suka sama Hime )”.


Saatnya hari perlombaan, di lapangan atletik lima pasangan dari tiap kelas bertanding. Drap! Drap! Drap! Drap! Gubrak! Bruukk! Masing-masing ada yang jatuh dan gugur di tengah jalan, Haruki juga ikut lomba lari berpasangan.

“kyaa!! Haru no Oujisama!!” >.< penonton semangat melihat Haruki.

Bruukk! “aduh kalah” Haruki dan pasangannya jatuh.

“yeaahh!!” Hime dan Takashi lolos, lalu melawan juara dari grup lain untuk maju ke babak delapan final.

Ngik! Ngik! kumbang musim panas berderik dari pepohonan, semakin siang semakin sedikit yang nonton.

“kita lihat basket saja, disini panas” , “iya, lagipula Haru no Oujisama juga sudah ngga main lagi, dan sebentar lagi pertandingan Aki no Oujisama”.

“masih satu kali pertandingan ya, cepat dong, sudah panas nih” peserta sudah tidak sabar.

“honey.. semangat!!” Haruki mendukung dari tepi lapangan.

“wah, meskipun panas tapi Haru no Oujisama tetap mendukung dia ya” , “senangnya, diperhatiin Shiki no Oujisama” kata peserta yang lain, mereka berdiri berderet menunggu aba-aba wasit “kau kan dekat dengan Shiki no Oujisama, kenapa masih ingin ikut perlombaan ini, kalau hanya bertemu dengan Shiki no Oujisama kan kau sudah sering” kata seseorang di sebelah Hime.

“acara ini kan dibuat untuk semua murid, jadi aku juga ingin merasakan perjuangan menjadi murid SMU Shiki, bukan untuk hadiah tapi kenangannya kan ^ ^” Hime tersenyum.

“kau ini... baik juga ya” yang lain juga jadi lebih mengenal Hime.

“bersedia.. siap... mulai!” Drap! Drap! Drap! Mereka bersemangat.

“yeah!” Hime dan Takashi bersorak.

“honey pasti kepanasan, ini” Haruki menyerahkan minuman kaleng, Ami memberikan air mineral pada Takashi.

“terimakasih” ucap Hime dan Takashi.

“Kikumada.. gimana basketnya?” tanya Takashi saat melihat Hio datang ke lapangan atletik.

“kami kalah, lawannya kelas Aki no Oujisama sih”.

“eh? Aki? yaah.. jadi ngga bisa nonton pertandingannya, kenapa tadi aku semangat banget bilang ikut lomba ini untuk kenangan, sekarang aku menyesal... apa besok bisa nonton pertandingan Aki ya?”.

“maaf ya, aku kalah” kata Hio pada Ami.

“ngga apa-apa, apa boleh buat kan kalau lawannya Aki no Oujisama”.

“wah... setelah kalian pulang berdua sore itu.. sekarang jadi tambah akrab ya” goda Hime.

“Hime juga pulang berdua dengan Taka kan”.

“itu kan beda....” Hime masih menggoda, sedangkan Takashi menatapnya.

No comments:

Post a Comment