Thursday, April 8, 2010

GALS! Gals The University_Chart 1

Buat para penggemar Gals! Karya Mihona Fuji sensei. Sebagai preview nama-nama tokoh dalam Gals! Ada Kotobuki Ran, Otohata Rei, Yamazaki Miyu, Kotobuki Yamato, Hoshino Aya, Asou Yuuya, Kotobuki Sayo, Kuroi Tatsuki.

Gals! Season 1 berakhir saat kelulusan Ran dkk dan pernikahan Miyu dan Yamato. Satu setengah tahun berlalu sesudah itu, Rei dan Aya kuliah di Universitas Tokyo, begitu juga Yuuya. Sedangkan Miyu dan Yamato punya seorang bayi namanya Kotobuki Souta. Tatsukichi pacar Ran mewarisi kedai mie ramen keluarganya dibantu adik laki-lakinya. Sayo adik Ran sudah kelas 1 SMU bersama pacarnya Masato di SMU Hounan sekolah Ran dulu. Diantara orang-orang yang punya masa depan itu cuma satu yang hidupnya entah gimana nasibnya, Ran jadi ketua Gals di kawasan Shibuya, masih sibuk berperang dengan genk Ganguro, Gals kulit hitam, perseteruan dengan Honda Mami pun ngga selesai-selesai, dia ngga kuliah ngga juga kerja, Cuma nyusahin orang saja.

“gimana kalo kita cari aksesoris di Shibuya untuk festival budaya nanti?!” teriak Ran mengomando

“iya!!” jawab para pengikutnya yang kebanyakkan anak-anak SMU

“ayo kita meluncur kesana!!!”

“wah.. Ran masih tetap saja seperti dulu ya, bebas” kata Aya

“Ayappe!!” Ran berlari memeluk Aya “kangen.. > <”

“aku juga”

“kalian ini.. kenapa mengurung Aya sih” Ran mengomeli Rei dan Yuuya yang datang bersama Aya

“itu karena universitas Tokyo sangat ketat kan, jadi aku harus banyak belajar” kata Aya

“gimana kalo sekarang kita pergi makan, itung-itung reuni, no.2 kau traktir ya”

hee?? aku?” kata Yuuya, yang dari dulu dipanggil no.2

“apa kau ngga mau?”

“ah.. mau.. kok, untuk Ran apa saja pasti mau”

“kalian, maaf ya, aku mau reuni dengan sahabat-sahabatku, kita lanjutkan besok saja ya” ucap Ran pada anak buahnya

“iya!!” mereka pergi.

Di salah satu kafe mereka duduk berempat

“kau ini bisa ngga sih melakukan hal yang lebih berguna ketimbang wara wiri ngga jelas kaya gitu” kata Rei

“ah Reipyon ini, selalu saja mengkhawatirkanku”

“bukannya khawatir, kau ini yang ngga peduli dengan masa depanmu sendiri, ngga mungkin kan main-main terur seumur hidup” gaya Rei ngga berubah, tetep cuek dan sarkastik

“ah malas ah ngomong sama Rei, no.2 gimana hubunganmu dengan Mamirin? Ngomong-ngomong kok dia ngga nempel sama kamu?”

“apa kau menanyakanku Kotobuki?”

“waaa!!!” Ran melonjak karena Mamirin tiba-tiba muncul

“kenapa kau ada disini?” tanya Ran

kenapa? memangnya aku harus ijin kau dulu sebelum kesini, lagipula disini kan ada pacarku” kata Mamirin

“ciih, gayamu sok imut”

“apa kau bilang?! Kau ini ya, kalo ngomong selalu nyolot”

“apa? kau mau berkelahi?” Ran menantang

“ayo, siapa takut”

“sudah” Yuuya memegangi Mamirin

“Ran hentikan” Rei memegangi Ran “Yuuya, bawa dia pergi” lalu Yuuya dan Mamirin pergi

“ciih, dasar sial, lagi kumpul-kumpul malah ketemu dia”

“kau sendiri yang ngga bisa jaga emosi”

“apa kau bilang” Ran dan Rei berhadapan

“kau ini sudah tua, ubah sikapmu itu” Rei menunjuk-nunjuk dahi Ran

“apaan sih”

“he.. dasar ngga pernah berubah”

“eh?” Aya tertegun melihat senyum Rei

“kau itu yang ngga berubah, selalu jutek sama orang-orang”

“yang penting aku ngga ngerepotin orang kayak kamu”

“uuh” Ran duduk, trrr!! Ponsel Ran bergetar “halo”

“Ran kok emosi gitu” kata seberang telpon

“Tatsukichi?”

“sudah seminggu ngga ketemu, aku kangen..”

“kau itu sibuk terus sih”

“maaf minta ramennya” kata pembeli

“tuh ada yang beli, pergi sana” trek! Ran menutup telpon

“Ran kenapa begitu? Kuroi kan kangen sama Ran” kata Aya

“tapi aku ngga kangen” Ran duduk sambil melihat ponselnya

kalo ngga kangen kok melihat ponsel terus” goda Aya.

Saat sedang jalan-jalan di Shibuya ada sekelompok berandal menjahati dua orang siswi anak buah Ran yang terpisah dari rombongan “tolong!”

“ada apa?” tanya Ran

“tadi waktu mau ke toilet kami dicegat dan tas kami dirampas”

“apa? berani sekali mereka mencelakai anak buahku” Ran emosi “telpon kakakku” Ran memberikan poselnya pada mereka lalu dia berlari mengejar penjahat itu “sial, mereka berpencar” tapi Ran mengejar penjahat yang membawa tas rampasan itu, orang itu masuk ke sebuah tempat karaoke

“tunggu” bodyguard penjaga karaoke mencegah Ran

“aku harus masuk, ada penjahat di dalam”

“apa? jangan sembarangan, kau ngga bisa masuk seenaknya, ini khusus tamu laki-laki”

“tapi..”

“aku polisi!” Yamato datang sambil menunjukkan identitasnya “aku harus menangkap seseorang yang bersembunyi di dalam”

“e.. si.. silahkan”

“Ran kau tunggu disini saja” Yamato masuk “kemana orang yang baru saja masuk tadi” Yamato bertanya pada penjaga kasir

“sial! Kenapa aku Cuma bisa diam saja, kalau saja aku punya wewenang, aku pasti bisa masuk meski aku bukan laki-laki” pikir Ran

Yamato keluar dan menangkap pelaku yang membawa tas rampasan itu, mobil polisi datang membawa pelaku, Ran Cuma bisa melihat dengan perasaan kesal pada diri sendiri

“syukurlah Ran baik-baik saja” kata Aya, yang lagi berada di apartemen Miyu.

“memang lebih baik diserahkan saja sama polisi, karena polisi lebih berwenang” kata Miyu sambil menggendong si kecil Souta

“tapi aku kesal ngga bisa apa-apa” Ran merengut

“ea..ea...” bayi Miyu menangis “sayang kenapa” ucap Miyu

“Souta nangis ya” Aya juga perhatian lalu menghibur Souta dengan menggendongnya, Souta langsung diam

“sepertinya Aya sudah bisa merawat bayi, itu tandanya Aya sudah siap jadi ibu, apa Otohata sudah melamar Aya?”

“eh” Ran baru ngeh

“kami kan harus kuliah dulu, Otohata ngga mungkin mikirin hal itu” kata Aya tersipu

“menikah...?” gumam Ran “ubah sikapmu itu, masa mau main-main terus, kau ini kan sudah tua” teringat kata-kata Rei kemarin “( suatu saat seseorang pasti akan menikah, Aya dan Rei? Ciih, aku ngga pernah terpikirkan hal itu )”.

Lain waktu, Tatsuki datang ke Shibuya tempat nongkrong Ran, “aku kangen > <>

“jangan berisik.. kau ini sudah berapa lama ngga kesini, kenapa ngga pidah saja ke Tokyo sih”

“sudah kubilang kan Machida itu di Tokyo T-T”, mereka jalan-jalan lalu di tivi wall ada iklan perhiasan pernikahan merk ternama “Ran lihat itu, cincinnya bagus ya, Ran mau ngga?”

“apa sih” Ran menengok bete sambil mengunyah humbergernya

“cincin.. Ran tahu maksudku kan? Pernikahan”

“eh?” Ran berhenti mengunyah “ciih, kau harus bertapa dulu selama 100 tahun untuk dapat menikah denganku”

“Ran” Tatsuki memegang tangan Ran “aku serius” dia menatap tajam pada Ran, membuat Ran jadi ngga enak hati “agar kita ngga terpisah jauh lagi”

“e... ah.. aku ngga mau pindah dari Tokyo, masa aku disuruh mengurus kedai di kota sejauh itu”

“sudah kubilang Machida itu di Tokyo.. T-T”

“Ran”

“wah Ayappe” sapa Tatsuki “tumben ngga sibuk belajar? Otocchi mana?”

“Otohata sedang sibuk dengan ujiannya, ini aku mau kesana mengantarkan makanan, kalian mau ikut?”

“wah.. calon istri yang baik, Ayappe pintar memasak ya, Otocchi pasti bahagia punya istri seperti Ayappe”

“jangan bilang begitu, itu kan belum pasti” lagi-lagi Aya tersipu

Ran dan Tatsuki ikut Aya ke mansion kecil Rei

wah Otocchi tinggal di mansion ya” mereka masuk

“eh? kalian” Rei terlihat sibuk dengan buku-bukunya

“maaf mengganggu” ucap Ran dan Tatsuki, sedangkan Aya menyiapkan makanan, Ran melihatnya.

“Aya sudah hafal letak benda rumah ini ya? sepertinya sering kesini ya?” goda Ran

“e.. ngga kok, Cuma piring saja, kan pasti ada di dapur”, Rei melihat Ran yang sedang mengoda Aya

“punya calon istri kayak Aya, Otocchi beruntung banget ya” kata Tatsuki

“eh? apa maksudmu?” kata Rei dengan gaya cueknya

“ya, kalian nanti pasti akan menikah kan, aku dan Ran juga, iya kan Ran” Tatsuki merangkul Ran

“iih.. siapa yang mau menikah denganmu, nanti aku disuruh jaga kedai, jadi ngga bisa main lagi ke Shibuya” Ran mendorong Tatsuki

menikah ya?” ucap Rei, “eh?” semua menoleh, Rei menatap Ran “apa kau sudah siap? Kau tahu apa artinya itu kan?” Aya lagi-lagi melihat sesuatu yang berbeda dalam tatapan Rei.

“e.. tapi.. kuliah di universitas kedokteran seperti Universitas Tokyo butuh waktu yang lama, sepertinya hal semacam itu masih jauh dari pikiran” kata Aya.

Ran dan Tatsuki pulang lebih dulu, lalu Rei mengantar Aya “e... boleh aku minta cium?” tanya Aya dengan menunduk dan wajah memerah, lalu Rei memegang pipi Aya “eh?!” dan mengangkat wajah Aya, mereka bertatapan “( serius? Dia mau melakukannya? )” Rei semakin mendekat, mata Aya terpejam “( padahal dia ngga pernah melakukannya, iya, dia ngga pernah melakukannya jika bukan karena keinginanku, dulu juga di depan pohon natal waktu itu )”. *info, kejadian itu terdapat di manga Gals! Tapi ngga dikasih liat juga apa benar mereka ciuman atau ngga* “uuh” Aya menunduk sebelum dicium

“kenapa? bukankah kau minta kucium?”

“kenapa? kenapa Otohata ngga pernah melakukannya atas keinginan Otohata sendiri? Selalu saja aku yang memulai, aku ingin melihat perasaan Otohata padaku”

“perasaan? Kenapa tiba-tiba ngomongin hal bodoh macam itu”

“eh?! hal bodoh? Jadi bagi Otohata perasaan itu merupakan hal yang bodoh? Jadi selama ini Otohata pacaran denganku bukan karena perasaan?” mata Aya berair “heh” Aya berpaling dan pergi masuk ke stasiun.

“perasaan yang kulihat di matanya waktu memandang Ran, kenapa dia mengatakan padaku itu hanya hal bodoh, sesuatu yang ngga pernah dia berikan padaku, perasaannya, aku pernah mengira Otohata menyukai Ran dulu, aku selalu takut untuk mengetahui hal yang sebenarnya jadi ngga pernah menanyakan itu lagi pada Otohata, jika kutanyakan apa yang akan dia jawab?” Aya tenggelam dalam pemikirannya.

Di rumah Ran, Sayo sedang nonton video detektif favoritnya, ibu duduk di sofa dan ayah berbaring dipangkuan ibu, Yamato dan Miyu yang sedang menginap duduk sambil bermain-main dengan anak mereka.

apa kau sudah siap? Kau tahu artinya itu kan?” Ran teringat kata-kata Rei saat melihat orang tuanya dan kakaknya itu “menikah itu artinya hidup bersama selamanya”

“Ran bisa bantu Miyu bikin susu ngga” Ran dan Miyu ke belakang

“Miyu, kenapa kau mau menikah dengan kakak?” tanya Ran

“eh? kok Ran tiba-tiba nanya begitu?”

“ngga apa-apa, jawab saja”

“he.. tentu saja karena aku mencintai Yamato, jadi aku ingin bersama Yamato selamanya”

“kalau orang yang ngga saling mencintai, apa bisa hidup bersama?”

“eh? mana mungkin kan? Kita ingin hidup bersama karena kita saling mencintai, kalau ngga saling mencintai gimana bisa hidup bersama, perasaan pun jadi tersiksa kan, kalau masih dalam tahap pacaran sih ngga saling suka juga bisa bersama, tapi menikah itu kan untuk seumur hidup” Ran mendengar ucapan Miyu sambil pikirannya melayang, “ngga seperti Ran yang biasanya, apa Ran sedang memikirkan tentang pernikahan?”

“eh? aku? dengan siapa?”

“tentu saja Tatsukichi kan, pacar Ran kan dia”

“mm..” Ran menggeleng “aku Cuma ingin tahu saja”

Tiba saat musim salju, “hei ayo kita sambut tahun baru di villaku di Hokkaido” kata Yuuya

“wah asik!!” Ran semangat

“jadi semua bisa ikut kan?”

“tapi sayang Miyu ngga bisa ikut ya, bayinya masih kecil sih” kata Aya.

Akhirnya mereka pergi ke Hokkaido berenam, Ran, Aya, Mamirin, Yuuya, Tatsuki dan Rei, sampai di villa mereka menghangatkan diri di perapian

“besok kita main ski” kata Yuuya

“aku mau main snowboard!” Ran semangat

“gimana kalau kita bertanding” kata Mamirin “yang kalah harus jadi pembantu yang menang selama liburan ini”

“ok, siapa takut” mereka tersenyum menantang

“heeh.. kalian ini” Yuuya Cuma geleng-geleng kepala.

Di tempat main ski, yang ngga jauh dari villa, banyak sekali pengunjung “kita pemanasan dulu dengan main-main sendiri” kata Mamirin. Semua berpasangan main dengan pasangan masing-masing

ayo kita keatas Ran” mereka pergi ke bukit dan meluncur dengan snowboard, Rei dan Aya bermain Ski, Yuuya dan Mamirin menggunakan snowboard. Awan diujung mulai mendung, “peringatan akan terjadi badai salju” berita di tivi tempat penyewaan papan ski.

“Kotobuki ayo kita mulai pertandingannya, siapa yang bisa mencapai daerah yang lebih jauh, dialah yang menang”

“ok, ayo” mereka bersiap memakai papan ski bukan snowboard

“ayo semangat Ran!!” Tatsuki menyemangati Ran, mereka bertanding meluncur semakin jauh di jalur yang naik turun dan meliuk-liuk, Mamirin tertinggal di belakang Ran

“sial aku ngga boleh kalah, aku ngga mau jadi pembantu si Kotobuki”

“kau akan memakan omonganmu sendiri, bersiaplah jadi pembantuku Mamirin” Ran semakin kencang, angin bertiup dan semakin kencang, membuat pandangan kabur.

“pengumuman pada seluruh pengunjung, harap segera menghentikan aktivitas karena sebentar lagi akan datang badai salju, sekali lagi...” pengumuman dari pengeras suara.

No comments:

Post a Comment