Thursday, April 8, 2010

GALS! Gals The University_Chart 2

eh, badai” Mamirin berhenti “pantas saja ngga bisa liat” Ran semakin jauh “hei Kotobuki cepat kembali!!! Kita batalkan pertandingannya!! Sebentar lagi ada badai!!” teriak Mamirin, tapi Ran yang terlalu jauh ngga bisa denger “Mami” Yuuya datang “cepat kita kembali ke tempat penyewaan dulu, badainya sudah mulai” Yuuya menarik Mamirin “e.. tapi”.

“aduh kabutnya menghalangi pandangan” Ran berhenti dan menoleh “wah, Mamirin sudah kalah, rasakan itu” angin semakin kencang dengan salju yang turun “apa ini badai?” Ran berusaha melepas papan Skinya “aduh begini jauh, gimana naiknya” salju di tanah sudah tebal.

“Kotobuki masih ada diluar” kata Mamirin

“apa?” semua panik

“dia ngga dengar pengumuman”

“tapi harusnya dia sudah menyadari kalau angin dan saljunya lebat kan, dia pasti sedag menuju kesini” kata Yuuya

“kita jemput Ran” kata Tatsuki

“kalian tidak boleh kemana-mana, diluar badai semakin hebat” kata polisi penjaga

“tapi masih ada orang diluar” kata Yuuya

“kami harus mencarinya” kata Tatsuki juga

“dalam keadaan begini susah untuk melakukan pencarian, bootpun bisa terbang terbawa angin”

“sial” Tatsuki kesal

Grek! Pintu terbuka, angin kencang masuk, mereka menutup pintu “eh?! Otohata, Otohata ngga ada” kata Aya

“apa?” Yuuya menoleh

dia mau menyelamatkan Ran?” ucap Tatsuki

“ya sudah, aku akan panggil kelompok pencari, kalian diam saja disini” orang itu menghubungi.

Ran susah melihat, pandangannya kabur karena angin kencang, tapi dia ngga menyerah, terus berjalan “cih.. kenapa jadi begini?” Ran membuang papan skinya. Salju semakin tebal, Ran juga capek jalan menanjak apalagi dengan diatas salju tebal, butuh tenaga ekstra “hosh! hosh!”.

“Ran!!!” teriak Rei di tengah badai salju “eh?” Rei melihat sesuatu di bawah bukit, dia akhirnya mendekatinya.

“harusnya penyewaannya di atas sana kan” Ran beranjak setelah istirahat sebentar. Dung!! Terdengar bunyi keras dari bukit di belakang Ran “heh?!” salju longsor dan turun menuju tempat Ran berjalan. Bruuk!! Salju menindih Ran hingga dia jatuh.

Ran!! Apa itu kau?!” Rei mendekat dan menggali salju, akhirnya ketemu “Ran!” Ran masih setengah sadar, dia memang gadis yang kuat

“Rei..?” Rei membantu Ran berdiri dengan merangkulnya

“apa kau masih kuat?”

“tentu saja, kenapa kau disini?”

aku? tentu saja menolongmu, kenapa masih tanya hal itu? Bertahanlah tim SAR akan segera mencari kita”

“mereka akan mencariku kenapa kau kesini? kau itu kan lemah, kena hujan saja langsung pusing” *info, di manga Rei pernah bilang kalau dia ngga suka hujan karena selalu bikin kepalanya pusing*

“mana bisa aku tinggal diam saat tahu kau ada di tengah badai”

“heeh..” Ran menarik nafas dibantu Rei berjalan, mereka sangat dekat “tapi Tatsukichi saja ngga datang, kau tahu ngga sih apa yang bisa mereka pikirkan”

aku ngga mikir apa-apa waktu dengar kamu terjebak badai, sudahlah... itu urusan nanti”

“kita kan sepakat ngga bikin mereka cemas akan hal itu” *di manga sebelumnya, sebenarnya Ran tahu gimana perasaan Rei dan perasaannya, tapi mereka masing-masing sudah punya pasangan, apalagi Aya adalah sahabat Ran, jadi Ran lebih memilih untuk diam*

aku bisa saja mengabaikan perasaanku tapi aku ngga bisa ngga perduli padamu, dengar itu”

itu bikin aku tambah susah, tahu ngga sih” gumam Ran, mereka terus naik “haah!! aku capek, berhenti dulu”

“berhentinya kalau kau sudah aman, liat-liat tempat dong kalau mau santai”

“cerewet, kakiku yang merasakan, kalau capek ya capek”

tapi kalau lagi tour Shibuya bukannya kau semangat banget, apa kau mau bermanja-manja padaku?”

“ciih, yang benar saja Ran melepas tangannya yang dirangkulkan ke pundak Rei tadi.

“sini kubantu” Rei memegang lengan Ran, tapi keburu Ran ambruk “Ran!”

“aku benar-benar ngga kuat” ucap Ran lemas sambil terpejam

‘bertahanlah” Rei memeluknya, lalu menggendongnya di punggung. Jalanan menanjak, salju yang diinjak tebal, membawa Ran pula, benar-benar perjuangan bagi Rei

“kenapa masih belum berangkat” ucap Tatsuki kesal pada petugas

“badai masih kencang, itu berbahaya”

“lalu gimana dengan mereka yang diluar, apa itu juga ngga berbahaya bagi mereka?!”

“Tatsukichi, tenang dulu” Yuuya menenangkan Tatsuki

baiklah, ayo berangkat sekarang” para petugas tim SAR berangkat.

Bruukk! Rei terjatuh, begitu juga Ran yang digendongnya “maaf, kau baik-baik saja? Ran?” tapi Ran ngga menjawab “Ran, dengar ngga, ayo bicara, jangan pingsan dulu, kau ngga boleh diam, ayo bicara, biasanya kau ngga pernah diam kan” Rei panik mengguncang-ngguncang tubuh Ran

“apa sih, berisik, aku capek” ucap Ran

he..” Rei tersenyum, lalu memeluknya

“itu mereka” tim SAR datang. Karena badai masih berlanjut Ran diistirahatkan di tempat penyewaan.

“aku baik-baik saja, tapi aku capek” kata Ran dengan senyum

Rei juga beristirahat dengan minum minuman hangat di kamar yang sama dengan Ran karena disana ngga ada banyak kamar, dan lagi para pengunjung masih disana untuk menunggu badai. Di kamar itu juga ada yang lain, Aya duduk di samping Rei untuk membantunya. Malamnya badai berlalu.

“Ran bisa bergerak? Kita akan kembali ke villa” kata Aya

tentu saja, kau ngga usah khawatir, aku ini kan kuat, tadi Cuma capek aja”. Mereka sampai di villa dan istirahat di kamar masing-masing

“Kotobuki, maaf, gara-gara aku menantangmu bertanding kau jadi kejebak badai” kata Mamirin

“iih.. kau ini, apa-apaan sih, kayak bukan Honda Mami aja”

“aku ini benar-benar merasa bersalah, tahu ngga sih”

“iya,iya, makasih, aku baik-baik aja kok, tapi aku menang ya, perjanjian kita jangan lupa”

“enak aja, pertandingannya kan batal, jadi hal itu juga ngga berlaku” Mamirin pergi

“ciih, dasar nenek sihir”

Akhirnya mereka kembali ke Tokyo. Dan merayakan tahun baru di Tokyo. Masih musim dingin, “Ran, bulan depan ada pendaftaran baru sekolah kepolisian, Ran mau ya ikut daftar” rayu papa Ran

“ayah, masih mengharapkan Ran ya” Yamato sedang main ke rumah.

“akan kupikirkan, aku pergi dulu” Ran keluar

“eh? jadi itu berarti Ran mau ya? iya kan ma? Kalian dengar kan?” papa terlihat terharu hingga berderai air mata.

Ran bertemu Tatsuki “hari ini aku mau main ke rumah Ran, aku ingin bertemu orang tua Ran, agar lebih dekat dengan mereka, jadi saat menikah nanti ngga kaku lagi, mereka juga pasti ingin bisa lebih dekat dengan calon menantu”

kau ini ngomong apa sih, tiba-tiba datang minta di jemput”

aku ingin hubungan kita ngga Cuma sekedar pacaran Ran, ngerti kan? Kita sudah dewasa, sudah saatnya mikirin masa depan” mereka berjalan di taman, dengan pakaian musim dingin “Ran tahu kan artinya menikah? Hidup bersama selamanya” Tatsuki menoleh pada Ran yang dari tadi diam

“( sial, belakangan ini semua orang ngomongin hal itu, bikin aku ngga bisa tenang )” Ran bicara dalam hati

“aku ingin hidup bersama Ran selamanya, apa Ran ingin hidup bersamaku?” Tatsuki berhenti dan berdiri di hadapan Ran

“eh?” Ran Cuma melongo, lalu Tatsuki menggenggam tangan Ran

“kalau Ran menjawab iya, aku akan langsung beli cincin untuk Ran”

e...” Ran shock, dia berpaling “( apa hidup harus berakhir begini? )”

“aku akan beri waktu pada Ran untuk memikirkannya” mereka sampai di depan rumah Ran.

“aku pulang” Ran masuk “eh? ada orang ya?” di ruang tamu ternyata ada Rei dan Aya “eh?!!” Ran bertatapan dengan Rei dengan rasa kaget, padahal Rei santai saja sambil minum dengan Yamato, “( kenapa dia harus muncul disaat aku bimbang )” Ran pergi

“eh Ran” Aya mengikuti Ran, mereka ke dapur “mau bikin minuman buat Kuroi ya” Ran hanya duduk di dapur “Ran, gimana menurut Ran kalau seandainya aku dan Rei menikah?”

eh!?” Ran langsung menoleh “e.. bagus sih, tapi bukannya kamu bilang Rei mau nunggu sampai lulus dulu?”

“iya, tapi kalau bertunangan dulu kan bisa, dengan begitu kami sudah saling terikat, dan jika lulus nanti bisa langsung menikah, setelah bertunangan juga aku bisa tinggal dengan Rei”

“emm.. sepertinya Aya sudah mantap ya, sekarang juga bisa menyebut nama Rei, kau senang kan, kau pasti sangat mencintainya, iya kan” Ran menggodanya

“tapi menikah itu butuh dua orang yang saling mencintai Ran”

“em? Bukannya kalian juga sudah begitu”

aku masih belum tahu gimana perasaan Rei yang sebenarnya”

“kau ini bicara apa sih, kalian kan udah pacaran dua tahun lebih”

“kalian sedang apa?” Rei datang

“aku mau bawa ini ke depan” Aya pergi membawa minuman

“kalian berdua akan menikah?” tanya Ran

“em? Apa Aya bilang begitu?”

“belum, hanya bilang dia ingin menikah denganmu, kalau kalian menikah dia pasti akan sangat bahagia, kalian bisa hidup bahagia bersama, akhir-akhir ini banyak sekali kudengar tentang pernikahan, sepertinya bagus juga, iya kan”

“he.. mungkin” Rei mengambil minuman di dalam kulkas “kau dan Kuroi juga?”

“aku liat kalian dulu, kalau kehidupan kalian lancar berarti menikah itu bukan suatu hal yang mengerikan, karena aku tadinya takut, kalau menikah nanti aku jadi ngga bisa lagi nongkrong di Shibuya”

he kau ini bodoh, dari dulu tetap saja bodoh, nih” Rei memberikan minuman pada Ran, Aya mendengarkan mereka di balik tembok.

Ran, Aya dan Miyu menghadiri acara pernikahan teman genk mereka waktu SMA “kau ini kenapa cepat banget menikah” kata Ran

“maaf, sudah ngga bisa main-main lagi ke Shibuya”

“menikah itu rasanya bahagia loh, Miyu dan Yamato juga”

“nah jadi kapan giliran Aya dan Ran?”

Pulangnya Miyu dijemput Yamato, Ran pulang bareng Aya “Ran besok datang ya, aku akan merayakan perrtunangan dengar Rei”

“apa dia sudah setuju?”

“em, kami Cuma mengundang teman-teman dekat, nanti Ran dan Kuroi datang ya, Miyu biar aku yang urus, Ran kasih tahu saja Kuroi untuk datang”

“baiklah”

kalau gitu besok kumpul di apartemen Rei ya, daa..” Aya pergi, lalu ke apartemen Rei

“kau sudah pulang, maaf ngga bisa jemput”

“em, ngga apa-apa, Rei ada yang ingin kutanyakan, tapi Rei harus menjawabku dengan jujur”

“apa?”

“apa Rei menyukaiku?”

“eh? soal ini lagi”

“kejadian waktu di Hokkaido membuatku yakin, kalau perasaan Rei ada untuk Ran, perasaan yang Rei bilang Cuma omong kosong, apa aku salah?”

“kau ingin aku menjawab apa? iya atau tidak”

“he.. pertanyaan begini pun Rei masih meminta persetujuanku?”

“jangan membahas hal yang ngga nyata, aku ngga suka itu”

“kalau kalian berani kalian bisa membuat ini jadi kenyataan, apa yang kalian takutkan?”.

Esok sorenya, kira-kira jam 6 petang, Ran dan Tatsuki bersama menuju apartemen Rei “kami datang!!!” Ran masuk “loh, sepi” Cuma ada Aya dan Rei

“memangnya harus ada berapa orang dirumah ini?” tanya Rei bete

“ini pesta perayaan pertunangan kalian kan, apa belum pada dateng ya”

“pesta?” Rei bingung sendiri, Aya berdiri dan mendekati Ran

“apa kau sesenang itu Ran?” tanya Aya dengan ekspresi dingin

“tentu saja, ini kan perayaan pertunangan temanku, kau kan sahabatku”

“apa kau senang jika aku menikah dengan Rei?”

“Aya, apa yang kau bicarakan” ucap Rei

“kalian kan saling mencintai, kalau kalian bahagia, aku juga pasti bahagia”

Plak! Aya menampar Ran “katakan dengan jujur Ran, jangan menipu perasaanmu lagi”

“Hoshino cukup!” bentak Rei

Rei juga, jangan pikir kalian bisa mempermainkan perasaan orang, kalian pikir bisa membuat orang lain bahagia dengan pengorbanan kalian itu, Ran apa kau pikir aku akan bahagia jika bisa hidup bersama Rei? Sementara aku tahu kalau Rei ngga bahagia hidup bersamaku, aku tahu.. Rei menyukai Ran dari dulu, kalian mau main-main dengan masa depan kalian sendiri, apa kalian ngga menyesal jika hal itu benar-benar terjadi”

Aya!” bentak Ran “jangan bodoh kau”

“benar kan Rei?” Aya menoleh pada Rei

“sudah cukup, aku ngga suka ini” Ran mau keluar tapi Tatsuki memeganginya

“he..” dia tersenyum “Ran katakan sejujurnya tentang perasaanmu”

“jangan ikut-ikutan bicara bodoh, ayo pergi” Ran malah menarik Tatsuki, tapi Tatsuki tidak menurut seperti biasanya, dia melepaskan tangan Ran “kalian harus menyelesaikannya” dia keluar, Aya juga keluar. Dikamar itu hanya ada Ran dan Rei, Rei mendekati Ran.

aku menyukaimu” kata Rei sambil berdiri di depan Ran

“jangan bodoh dan termakan omongan mereka”

“mereka sudah tahu, aku juga ngga bisa menutupinya lagi”

“apa yang harus kulakukan?”

“percaya pada mereka, mereka memberikan kita kesempatan untuk mempebaikinya, semua yang sempat berantakan karena keegoisan kita yang ingin mereka bahagia”

“bukan, akulah yang egois, kau selalu ngga bisa bersikap dengan baik pada Aya karena kau ngga bisa mengakui perasaan yang ngga kau miliki, aku memaksamu untuk melakukan itu” Ran berpaling, Sret! Rei memeluknya

“aku akan menyesal jika harus hidup dengan orang lain, kau tahu itu kan”

“maaf” Ran memejamkan mata dalam pelukan Rei.

Aya dan Tatsuki melihat bayangan mereka yang berpelukan lewat kaca tirai jendela “aku ngga pernah memeluk Ran dengan hangat seperti itu” ada titik air mata di ujung mata Tatsuki

“aku juga, ngga pernah dipeluk sehangat itu, hiks!” Aya menangis

“Aya ngga apa-apa? Aya sangat mencintai Otocchi kan”

“em” Aya mengangguk “tapi aku lebih menyanyangi mereka berdua”.

Di kafe tempat mereka kumpul seperti biasa, sekarang ada Miyu, Yamato, Yuuya, Mamirin, Aya, Tatstuki dan Rei.

oh.. jadi begitu ya akhirnya, aku memang sempat merasakannya sih, tapi Ran itu sangat keras, jika dia sudah memutuskan untuk begitu ya itulah yang akan terjadi” kata Miyu, sedangkan Yamato dan Tatsuki sedang sama Rei ngambil pesenan

“aku juga sih, sudah tahu, saat dulu Aya tanya tentang Ran dan Rei, mereka memang ngga memperlihatkannya sih, pandai menutupi, kalau soal pengakuan, sebenarnya.. aku juga dulu sukanya sama Ran”

“apa kau bilang?” Mamirin melotot

“tapi kan sekarang sudah ada Mamirin”

“cih, kenapa semua cowok naksir sama dia sih” ucap Mamirin

“tapi Aya baik-baik aja kan” tanya Yuuya sama Aya

“em, aku senang mereka sudah jujur sama kita”

“tapi Ran mana sih, kok ngga dateng-dateng” kata Tatsuki

“kalian ngga denger ya” kata Yamato

“apaan?”

“Ran kan mau masuk sekolah kepolisian, dia sedang ikut pendaftaran pagi tadi” kata Yamato

“apa?!” , “bukannya dia paling ngga suka kalau ngga boleh dandan, polisi itu kan ngga boleh pakai make up”

“iya, tapi sepertinya, daripada ngga berdandan Ran lebih ngga suka lagi kalau merasa kalah” kata Miyu, sambil menggendong Souta

“maksudnya?”

“gara-gara kasus penjambretan waktu yang lalu itu, Ran merasa kalah dan kesal ngga bisa menangkap penjahat karena ngga punya wewenang menggeledah, jadi dia ingin punya wewenang dan bisa menangkap penjahat dengan bebas” jelas Miyu lagi

“terus gimana dengan Otocchi?” tanya Tatsuki

“kami, sepakat untuk menundanya sampai aku selesai pelatihan di asrama polisi dua tahu ke depan” Ran tiba-tiba duduk

“wah.. kasihan Otocchi..” kata Tatsuki sedih

“itu kan ngga ada bedanya dengan ngga pacaran” kata Yuuya

“bukannya sudah terbiasa” kata Aya “selama ini kan mereka berpacaran dari hati ke hati” kata Aya sambil tersenyum

“apa maksudnya itu? Kau ngga bermaksud mengataiku selingkuh dengan Rei kan” Ran cemberut

“ngga kok.. ha.ha” mereka tertawa.

Dan Ran harus mengikuti pendidikan calon polisi di asrama, Rei melanjutkan hidup tanpa pacar meskipun dia jadi rebutan cewek-cewek sekampus.

Gimana? Kalian suka jika Ending Gals! Jadi seperti ini? Aku suka banget sama Ran...

No comments:

Post a Comment