Hari berikutnya adalah pelajaran olahraga, semua murid masuk ke gedung olahraga, Mei mengikat rambutnya ke atas.
“baiklah anak-anak, sekarang kita akan melatih teknik dasar olahraga basket, yaitu shooting, sebelumnya bapak ingin mencoba apa ada yang bisa?” Pak guru sedang melatih siswi-siswi terlebih dahulu.
“kau..siswi baru?” tanya pak guru pada Mei
“iya”
“kalau begitu cobalah” pak guru memberikan bola basket pada Mei
Sruk! Sruk! satu persatu Mei memasukkan bola ke dalam ring, dan sepuluh bola berhasil dijaringkan tanpa ada yang meleset “waah..dia jago ya” kata teman sekelas Mei.
“kyaa!! Kerennya Nishimoto-sama” ada murid dari kelas lain yang juga sedang berolahraga di gedung itu
“Nishimoto-sama?” tanya Mei pada teman-teman yang berdiri disampingnya
“oh..mereka itu penggemar fanatiknya Nishimoto” , “iya, Nishimoto itu tampan dan keren sih, jadi diidolakan semua siswi SMU Seishin” jelas teman-teman.
Sama adalah panggilan hormat, biasanya dipakai untuk memanggil orang yang dipertuan atau majikan atau orang yang sangat dihormati.
“gadis itu pintar olahraga ya, dia juga tinggi sekali, menarik ya” kata Takuto yang berdiri bersama Hiru, tapi Hiru tidak memperhatikan dia bicara, “oh..begitu ya” senyum licik Takuto mengembang.
“Nishimoto terlihat keren dengan seragam olahraga” Mei datang mendekat setelah selesai mendapat giliran shooting bola
“e....” -///- Hiru tidak bisa berkata-kata
“waah..serangan langsung” bisik Takuto
“urusai, dia memang selalu begitu”
“kenapa? Tidak apa-apa kan, habis Nishimoto kan memang keren, penggemarnya juga banyak” kata Mei yang berdiri di depan Hiru
“iya dia memang favorit di kalangan gadis-gadis” kata teman-teman laki-laki sekelas Hiru
“wah..benar kan” kata Mei, “sudahlah itu tidak benar” Hiru menutupi rasa malunya
“Kurisaki itu..jujur sekali ya..” , “dia tidak segan sama sekali” kata teman-teman perempuan, “iya, padahalkan kita yang satu kelas sejak kelas satu saja tidak berani berbicara langsung pada Nishimoto” , “habisnya dengan melihat Nishimoto saja, kita sudah tidak sanggup berbicara” , “silau banget..” kata siswi-siswi teman sekelas Hiru itu.
“apa itu murid baru?” kata salah satu siswi penggemar fanatik Hiru “berani sekali dia menggoda Nishimoto-sama” , “iya, anak baru sudah berani macam-macam sepertinya harus diberi pelajaran tambahan”.
Pelajaran olahraga selesai, pak guru meninggalkan gedung “hei kau! Murid baru”
“eh” Mei menoleh tiga orang siswi dengan tampang sangarnya menantang Mei, yang lain menoleh, yang hendak pergi terhenti dan melihat dari jauh
“hei lihat itu” , “apa yang akan mereka lakukan” kata teman-teman Mei
“murid baru sudah berani menggoda nishimoto-sama, apa kau tidak malu?” , “kau tidak tahu betapa berharganya Nishimoto sama dimata kami” , “iya, jadi jangan sembarangan bicara” kata mereka bertiga
“eh? Kenapa? Memang benar kan apa yang aku katakan” Mei mendekat
“e..dia tinggi sekali” bisik trio itu
“hei..mereka kenapa?” ucap Takuto yang hampir keluar “sepertinya kudengar mereka menyebut namamu, mereka itu kan trio penggemar fanatikmu, apa Kurisaki tidak apa-apa” kata Takuto lagi
“eh?” Hiru memperhatikan
“aku mengatakan yang sebenarnya, memangnya kenapa? ” Mei bicara dengan nada tegasnya “apa..kalian tidak pernah mengatakan itu pada Nishimoto?” tanya Mei membungkuk memandang mereka dari dekat
“itu..karena..” mereka terbata
“bukankah kalian mengidolakan Nishimoto, jadi katakan saja di depannya kalau dia itu tampan, dan kalian mengaguminya, bukankah lebih menyenangkan dapat mengatakan apa yang kalian rasakan tanpa perlu memendamnya?” kata Mei
“eh, apa maksudmu? apa kau benar-benar menyukai Nishimoto sama?”
“iya, aku menyukai Nishimoto” jawab Mei tanpa ragu, tuing! - -* Hiru mendengarnya
“wah tembakan langsung jarak jauh ya” kata Takuto
“dia memang suka begitu, selalu berkata begitu saja, dia tidak serius” kata Hiru
“jadi selama ini kalian selalu berbuat begini pada orang-orang yang menyukai Nishimoto?” kata Mei
“e...kami harus memastikan kalau Nishimoto-sama bersama orang yang pantas apa” jawab mereka
“jangan-jangan kalian takut jika ada yang memilikinya? Dan kalian jadi tidak bisa merasakan suka pada Nishimoto lagi?” kata Mei santai
“eh?!” mereka diam
“kalian salah, rasa suka itu kan bisa dimiliki siapa saja, dan diberikan pada siapa saja, seperti rasa suka terhadap idola, seperti kalian yang mengidolakan Nishimoto, dan rasa suka itu juga bisa diwujudkan dengan apa saja, seperti dukungan dan semangat yang kalian berikan agar Nishimoto menjadi ketua OSIS, kalau kalian seperti ini artinya kalian tidak memikirkan Nishimoto, kalian tidak perduli dengan Nishimoto”
“apa? Itu tidak benar kami sangat perduli dan mau melakukan apa saja untuk Nishimoto-sama” jawab mereka
“kalau begitu apa kalian tahu bagaimana perasaannya?” kata Mei
“eh?”
“dia sedih melihat kalian bertengkar karena dia, dia menyukai kalian karena kalian adalah semangat baginya”
“eh benarkah?”
“kalian tidak mau kan kalau kalian membuat sedih Nishimoto?” tanya Mei
“tentu saja!”
“kalau begitu kita berteman ^ ^” Mei mengulurkan tangan,
“eh?” Mereka bertiga berpandangan “baiklah” mereka berjabat tangan
“eh?!” Hiru terkejut
“dia memiliki kepribadian yang kuat ya, kalau saja dia benar-benar suka padaku” kata Takuto sambil melirik Hiru
“-///-*” Hiru hanya diam digoda Takuto
“selama ini kulihat kau tidak pernah memperhatikan gadis, tapi terhadap Kurisaki..”
Plek! “urusai!” Hiru memukulkan handuk ke wajah Takuto lalu pergi
“hei! Kau ini..bisa tidak sih tidak memukul wajahku yang tampan ini, oi..! Hiru!”
Waktu istirahat “waah..Kurisaki hebat loh tadi” , “kata-katamu seperti mengerti benar perasaan seorang idola” kata teman-teman perempuan mendatangi meja Mei
“he..biasa saja” jawab Mei
“awalnya kami kaget karena mereka itu fanatik sekali terhadap Nishimoto, kami kira mereka mau ngapain” , “tapi begitu Kurisaki mendekat mereka langsung menciut habis Kurisaki itu tinggi banget, jadi mereka sudah takut lebih dulu” , “iya ngomong-ngomong berapa tinggi badanmu?” kata mereka satu persatu
“aku? 175 cm” jawab Mei
“wah....itu kriteria seorang model kan, kenapa tidak jadi model saja”
“eh?” Mei memandang mereka
“Kurisaki tahu Kurippe? Model yang sering muncul di iklan dan tampil di majalah remaja eksklusif Fashion” , “iya, idola remaja masa kini, masih 17 tahun tapi sudah jadi model kelas Georgous di Kirara Japan Model Management” , “gaya pakaian dan model rambutnya menjadi trend setter para remaja” kata mereka dengan penuh semangat
“apa itu kelas Georgous?” tanya Takuto yang tiba-tiba bergabung
“di Kirara Japan Model Management terdapat tiga kelas yang membedakan para modelnya berdasarkan tingkat profesional mereka” , “kelas Beautiful adalah kelas untuk para model yang baru masuk di dunia modelling, lalu kelas Goergous adalah kelas untuk model-model yang sudah membawakan pakaian brand tertentu dan memiliki kontrak ekslusif dengan majalah terkenal, kemudian kelas Outgragous adalah kelas untuk para model yang sudah go internasional dan berkarir di luar negri” jelas teman-teman Mei
“kalian sangat mengerti tentang hal itu ya” kata Mei
“tentu saja karena kami mengidolakan Kurippe”.
Di kantin Mei duduk bersama Hiru dan Takuto “memang belakangan ini siswi SMU gempar dengan gaya dan popularitas Kurippe, seperti passion, kau tahu?” kata Takuto
“kenapa sih meributkan model, mereka jadi model kan hanya karena ingin terkenal atau karena uang, pekerjaan yang hanya mengandalkan wajah” kata Hiru dingin
“eh?” Mei menoleh heran mendengar Hiru “Hiru, kau ini tumben ya cerewet ha.ha.” Takuto merangkul Hiru
“kenapa? Nishimoto berpendapat seperti itu?” tanya Mei
“eh..tidak..aku hanya benci itu saja”
“mungkin Nishimoto tidak begitu mengerti sebenarnya model itu seperti apa, mereka tidak dipilih hanya karena wajah mereka, modelling adalah seni dan keindahan fashion, banyak model-model top internasional yang berkulit hitam kan, itu namanya bakat kan, seperti Nishimoto yang mampu memikat hati orang-orang yang di sekeliling Nishimoto meski Nishimoto tidak melakukan apa-apa, karena Nishimoto juga memiliki bakat untuk memikat seluruh orang sejepang”
“tidak tahu model itu seperti apa? Mereka hanyalah orang-orang yang ingin tenar, sampai-sampai meninggalkan orang-orang yang seharusnya bersama mereka” Hiru tampak kesal
“eh? kenapa? Nishimoto berpendapat seperti itu?”
Hiru cuma diam
“kurasa tiap orang memiliki tujuan mereka masing-masing tapi tidak selalu hanya ketenaran dan uang, mungkin.... mereka mencari sebuah kebanggaan” jawab Mei
“eh?” Hiru menoleh
“melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan orang lain, mendapatkan kesempatan yang tidak semua orang bisa mendapatkannya” Hiru mendengarkan Mei “ya, kepuasan karena melakukan sesuatu hingga kepuncaknya, itulah prestasi”
“tapi kenapa harus meninggalkan orang-orang yang harusnya bersama mereka” gumam Hiru
“Kurisaki, kau tahu banyak tentang model ya” kata Takuto
“eh” Mei menoleh pada Takuto
“apa kau juga tertarik ingin jadi model? Lagipula kau itu tinggi, jadi cocok kalau jadi model” kata Takuto lagi
Srek! Hiru beranjak “Nishimoto” panggil Mei, “aku mau ke ruang OSIS” Hiru pergi
“sepertinya Nishimoto tidak suka membicarakan entertainment ya, memang tidak cocok sih untuk tipe orang seperti Nishimoto kalau harus membicarakan tentang keartisan, hal seperti itu hanya dibicarakan oleh perempuan dan sepertinya Nishimoto tidak begitu familiar dengan perempuan kan” kata Mei
“eh? (dia...mampu memahami Hiru yang baru ditemuinya..hebat..apa dia bisa melihat sifat asli Hiru yang tidak bisa dilihat gadis-gadis lain selama ini..yaah..karena selama ini hanya Kurisaki yang berani mendekati Hiru..sepertinya dia sudah terbiasa dengan silau ketampanan pria-pria seperti Hiru)” pikir Takuto
“Edo?”
“ah...ayo makan”
“apa tidak apa-apa membiarkan Nishimoto sendirian?”
“tidak apa-apa, dia memang butuh sedikit perbaikan emosi jika habis membicarakan tentang artis dan semacamnya ha.ha. ^ ^”.
Jam pelajaran habis, Mei langsung berkemas “Nishimoto, osakini” Hiru menoleh tapi Mei sudah menghilang.
Hari berikutnya begitu bel pulang berbunyi “jaa..^ ^ mata ashita” Mei langsung kabur.
“dia itu..kenapa sih? Selalu terburu-buru” kata Takuto “apa kau tidak penasaran, Hiru?”
“e.. -_-*” Hiru mengambil buku “waa!!” Takuto menutupi wajahnya
“kau kenapa?”
“kau pasti mau memukulkan buku itu ke wajah tampanku ini kan”
“siapa bilang?”
“eh, sungguh? Heeeh..” Takuto melepas tangannya
Plek! Baru Hiru memukulnya “e.. Hiru..!” .\_/.
Di lain hari, Mei sedang berjalan lewat belakang kelas, ada sekumpulan murid laki-laki yang sedang merokok “wah..ini ya murid pindahan itu” , “cantik, nanti malam kau tidak ada acara?” , “mau pergi dengan kami?” , “iya kami tunjukan Tokyo malam hari” empat orang dengan pakaian acak-acakan itu mendekat hendak menyentuh dagu Mei tapi Mei mengelak
“sok sekali padahal kau itu menggoda Nishimoto di depan semua orang tanpa malu” kata seorang dibelakang mereka
“oh..aku baru ingat..kau satu kelas denganku ya, Sakaki-kun” kata Mei dengan tenang
“makanya tidak usah pura-pura” tangan cowok yang lain hendak meraih tangan Mei
Tep! Tapi ada tangan yang dengan kokoh mencegahnya “Nishimoto?” ucap Mei
“sudah kuperingatkan kalian untuk tidak melanggar peraturan sekolah” kata Hiru
“heh! Jangan karena kau ketua OSIS lalu kami jadi takut padamu” mereka bersiap
“hei..hei..ini namanya pengeroyokkan” Takuto datang dari belakang “kalau kalian memang berani, satu lawan satu” kata Takuto
“diam! Kau ikut juga kami tidak takut”
“eh? Benarkah?” Takuto mendekat
“hya!” Mereka mulai menyerang
Bukk! Bukk! Pukulan dan tendangan melumpuhkan mereka dalam sekejap, Hiru mengarahkan tinju pada teman satu kelas itu tapi berhenti tepat di depan hidung siswa itu “e...” matanya terpejam takut
“ini peringatan kedua, jika kalian mengabaikan ucapanku untuk yang berikutnya, aku tidak akan ragu membuat kalian masuk rumah sakit”
“eh?!” mereka pun menyingkir
“kau tidak apa-apa?” tanya Hiru
“iya, terimakasih, tapi aku benar-benar kaget” kata Mei
“mereka memang sering buat masalah apalagi dengan orang-orang OSIS” kata Takuto
“bukan itu, aku kaget Nishimoto bisa bicara begitu dingin pada mereka, padahal biasanya wajah Nishimoto itu kan lembut dan pemalu” ucap Mei
“eh” -///- Hiru membenahi kacamatanya
“lembut?” Takuto heran “dia itu setiap hari juga selalu pasang tampang seram, cuma kau saja yang tahu kalau dia itu pemalu”
“urusai!” kata Hiru kesal.
No comments:
Post a Comment