Thursday, April 15, 2010

Koi wa Idol_Seventh Feeling *My Broken Heart*

Di New York aktivitas para model sangat padat selain melakukan latihan mereka juga diharuskan fitnes dan pemotretan.

“masih tidak bisa dihubungi?” tanya Takuto di kantin

“mungkin sangat sibuk”

“tapi apa kesibukannya”.

Seminggu telah lewat. Pesawat mendarat di bandara internasional Narita

Jret! Jret! Blitz kamera terus memotret para model yang berjalan di terminal kepulangan “bagaimana kondisi di New York?” , “apa kalian cocok dengan para model dari New York” tanya para wartawan, Aya dan yang lainnya menjawab pertanyaan

“Kurippe, sebagai model profesional termuda apa ini merupakan hal yang berat, mengingat Kurippe saat ini juga masih sekolah”

“saya baik-baik saja”

“maaf permisi, Kurippe ayo” ajak Reiko.


“akhirnya kau kembali, kemana saja, bahkan ditelpon pun tidak bisa” kata Takuto

“maaf ^ ^ (karena ponselnya tidak ada jaringan kan)”

“hei, sepertinya kau jadi tambah tinggi ya?”

“eh”

“haa..benar-benar tidak adil, kau melebihi aku iya” Takuto berdiri berjejer dengan Mei

“aku naik 3 cm (karena fitness dan renang tiap jam -_-* kalau dilanjutkan mungkin akan jadi dua meter karena harus minum suplemen peninggi badan juga, benar-benar dunia yang mengerikan)”

Di halaman “maaf ya, Hiru jadi tidak bisa menghubungiku, Hiru pasti rindu padaku ya”

“e...” -////-

“kita jalan-jalan sebentar ya, sudah lama tidak kencan” Mei menggenggam tangan Hiru, begitu keluar gerbang “eh? (Moon-san?)”

konnchiwa

e..konnichiwa” Mei membungkuk tapi Hiru diam saja

“bisa bicara dengan Hiru sebentar”

“e..” Mei menoleh pada Hiru

“kami sibuk” Hiru hendak pergi tapi Mei mencegahnya

“aku akan tunggu halte ^ ^” lalu Mei pergi

“dia..gadis yang baik”

“ada apa?”

“besok, aku akan kembali ke Amerika, Hiru...aku ingin sekali bisa kembali bersamamu”

“jangan bercanda, anda hanya membuang-buang waktu anda dengan datang kesini”

“aku tahu, kesalahan itu tidak dapat dimaafkan tapi tak pernah sekalipun ibu melupakanmu, setiap hari ulang tahunmu aku selalu mengirimkan hadiah dan surat-surat, tapi aku tahu jika ayahmu tidak membiarkanmu untuk menerimanya, dia mengatakan padaku untuk tidak mengirimu hadiah tapi aku tidak bisa”

“ayah menghubungi?”

“iya, setiap akhir pekan aku menelpon, meski kadang tidak dijawab, meski tidak tersampaikan padamu tapi aku ingin mengungkapkan rasa sayangku padamu”

“jika kau menyayangiku kau tidak akan meninggalkanku”

“eh?!”

“aku pergi” Hiru pergi Moon hanya tertunduk sedih.

Di rumah, Hiru membuka gudang, disana banyak sekali kado-kado yang masih terbungkus

“Hiru..kau sudah pulang?” ayah pergi mencari kebelakang “eh?!” Melihat Hiru di dalam gudang “Hiru, apa yang kau lakukan disini?”

Chichi..” ucap Hiru sambil menggenggam robot, salah satu hadiah dari ibunya, “memang benar dia salah telah meninggalkan aku, tapi tidak seharusnya ayah menyembunyikan ini dariku”

“Hiru..” Hiru pergi,

Di taman dia duduk sendirian diayunan,

“apa sangat menyenangkan bermain ayunan sendirian?” Mei duduk diayunan sebelah Hiru

“kau..”

“^ ^ karena aku ingin melewati hari kepulanganku dengan Hiru jadi aku mengikuti Hiru, sepertinya yang rindu itu bukan Hiru tapi aku..”

“jangan bodoh” Hiru berdiri didepan Mei “aku sangat rindu padamu” ucapnya sambil berpaling dengan wajah memerah

“he..^ ^ benarkah?” Mei berdiri, tepat berhadapan

“eh” Mei mendekat dan.. mencium Hiru “he ^ ^”

“e..” -///-

“tadi Hiru sedang marah ya”

“eh?”

“melihat ekspresi Hiru menakutkan juga, aku tidak bisa membayangkan jika Hiru marah padaku seperti itu”

“kenapa aku harus marah padamu, jangan bicara yang tidak-tidak”.

Hiru masuk ke rumah, “Hiru..” ayah menunggunya diruang makan

“ayah, tidak pernah mau menikah lagi itu karena masih mencintai ibu kan”

“eh?”

“heh sepertinya....di media massa juga tidak pernah terdengar berita kalau dia menikah lagi”

Grep! Hiru masuk kamar


“kencan ganda?” Kata Mei

“iya, minggu ini di Seibu Departemen Store Ginza” kata Takuto

“(tapi...hari itu fashion show) tapi aku...”

“sudahlah jangan membuat acara konyol seperti itu” kata Hiru, “aku juga tidak mau”

“aah..Hiru kenapa begitu, inikan kencan pertama untukmu sejak Kurisaki bolos selama seminggu kemarin”

“bolos? aku kan ijin”

“aku tidak mau” kata Hiru

“tapi aku sudah mengatakan pada Nami-chan”

“Edo..aku mohon maaf..aku benar-benar tidak bisa”.

Di Ginza, Seibu Departemen Store, Takuto dan Nami bermain di game zone, sedangkan Hiru hanya menonton.

“kenapa Kurisaki tidak ikut?” tanya Nami

“entahlah, dia bilang dia ada urusan” jawab Takuto

“Nishimoto sendiri, apa tidak tahu hal apa yang dikerjakan Kurisaki?”

“eh? tidak”

“padahal kau kan pacarnya, masa tidak tahu kegiatan pacarmu sendiri”

“Nami-chan...jangan bicara begitu sama Hiru”

“iya..maaf”

Hiru dan Mei berjalan di tangga gedung dua menuju kelas “apa..kau mau main kerumahku?” tanya Hiru

“eh?! Hiru?”

“e...tidak apa-apa jika kau sibuk”

“hm..tidak, aku tidak sibuk, aku pasti mau”

Mereka pulang bersama ke rumah Hiru “aku pulang” ucap Riru sambil memasuki rumah

“selamat datang” ayah menyambut “eh” bertatap muka dengan Mei

“ayah, kenalkan dia.. Kurisaki Mei” kata Hiru

“salam kenal” Mei membungkuk

“ya..masuklah”

“terimakasih” mereka masuk kekamar Hiru, kamarnya sangat rapi dengan ranjang kecil dan ada hanya rak buku dan laptop saja. Mei melihat foto Hiru yang menang kejuaraan saat SMP bersama Takuto.

“aku dengar dari Takuto kalau Hiru hanya tinggal dengan ayah Hiru saja, lalu..ibu Hiru bagaimana?” tanya Mei pelan

“dia...tidak ada”

“apa..sudah...meninggal?”

“tidak, kami hanya tidak tinggal bersama”

“ehm..”

“kau?”

“eh?”

“kau sendiri bagaimana?”

“aku?”

“selama ini kita bahkan tidak pernah tahu apa-apa tentang cerita masing-masing kan”

“eh..( oh..makanya..Hiru mengajakku pergi ke rumahnya, karena ini ) aku tinggal sendiri, sejak 4 tahun yang lalu orang tuaku tinggal di Amerika ( benar-benar orang yang tidak bertanggung jawab, lebih memilih untuk bertamasya dan meninggalkan putrinya disini )”

“kalau kau punya orang tua yang tinggal di luar negeri dan apartemen yang besar di daerah mewah itu, kenapa kau masih kerja sambilan?”

“eh?! ( aduh..sebenarnya apa yang diketahui Hiru? )”

“aku juga tidak tahu kerja sambilan yang kau lakukan”

“e..hanya..kerja biasa, hanya untuk mengisi waktu”

“tapi kau justru selalu kehabisan waktu karena kerja sambilanmu itu, kau sering buru-buru pulang sekolah karena itu kan”

“e..yaa”

“boleh aku ikut ke tempat kerjamu?”

“eh?! tidak..e..tidak perlu kan” Mei berpaling

“kenapa?”

“e...( oh ya, kelemahan Hiru ) apa Hiru tidak percaya padaku?”

“eh”

“Hiru curiga aku akan berbuat yang tidak-tidak?”

“e..tidak..bukan begitu, aku percaya padamu, lupakan saja..aku tidak perlu tahu tentang hal itu, kerja sambilan kan bisa dilakukan siapa saja..( ini karena ucapan Uesugi, tanpa sadar aku membuat Mei jadi merasa dicurigai )”

“( heeh..sukurlah..maaf Hiru aku memanfaatkan kelemahanmu terhadapku, karena..aku belum bisa mengatakannya )”.


Hari yang dinantikan dalam jagad fashion pun tiba, di Ritz Carlton Tokyo Hotel, salah satu hotel berbintang lima di Tokyo acara itu digelar, malam peragaan busana itu disiarkan di TV Wall di seluruh pusat kota di jepang, anak-anak muda yang sudah menunggu-nunggu berkumpul di Shibuya, Ginza, Roppongi, dimanapun, mereka menonton bersama.

Di cafe depan jalan di Shibuya “wah...megah sekali peragaan busana itu”, Takuto, Nami dan Hiru menonton lewat Giant Tv Screen di seberang Shibuya Station, yaitu TV sebesar dinding gedung di atas Star Bucks.

“kenapa Kurisaki tidak ikut?” tanya Nami

“katanya ada urusan” kata Takuto

“ooh..(urusan yang tidak bisa ditinggalkan ya)” Nami melihat Kurippe sedang berlenggok diatas catwalk.

Acara itu dibintangi penyanyi ternama Koda Kumi dan Ayumi Hamazaki, selain itu dihadiri para selebritis ternama jepang, dan disiarkan ke beberapa negara. Selesai pentas para model pesta di pub hotel.

“aku pulang saja, aku tidak nyaman ada disini” kata Kurippe pada Reiko

“baiklah aku akan ambil mobil”

“permisi Uesugi-san, General Manager ingin berbicara dengan anda” kata seseorang

“Kurippe”

“aku tahu, aku akan pulang dengan taksi”

“maaf, membuatmu repot”

“tidak apa-apa”.

Hiru mencoba menghubungi Mei tapi tidak bisa, “dia juga tidak menghubungiku, apa dia baik-baik saja?” Hiru naik kereta menuju Azabu, taksi berhenti di jalan Arisugawa Park, lalu Kurippe jalan kaki

“hai nona..sepertinya..kau baru dari pesta” ada tiga orang preman

“serahkan tasmu” , “ayo serahkan” mereka mendekat

“eh?!”

Tep! Seseorang mencegah mereka

“(Hiru?!)”

“apa-apaan kau, mau jadi pahlawan?” Mereka menyerang

Dhuaak!! Tapi Hiru dapat mengelakkan serangan mereka, “brengsek kau” seseorang mengeluarkan pisau, saat berebut pisau dua orang lainnya datang dan memukul Hiru dari belakang

“eh?! Hiru?!” seru Kurippe

“eh?! (Mei...)” Hiru menoleh

Sret! “akh!” Lengan Hiru berdarah “heh!”

Dhuakk!! Akhirnya semua terkapar, Kurippe mendekat

“Hiru tidak apa-apa?” Melihat darah dilengan “hah?! Luka..lengan Hiru berdarah, harus diobati, ke rumahku saja”

“tidak perlu”

“tapi lukanya sudah seperti ini, kita harus mengobatinya”, lalu mereka menuju Apartemen

“eh? (apartemen ini..)”

“Hiru tidak apa-apa kan” Kurippe memegang tangan Hiru

“maaf” Hiru melepasnya

“eh”

“aku tidak mengenalmu”

“eh?!” baru sadar saat itu Mei masih menjadi Kurippe “aku tidak tahu jika kau mengenalku, tapi..” Hiru menoleh dan melihat papan nama kamar itu Kurisaki, Kurippe membuka pintu dengan kartu

“apa..”

“masuklah dulu, kita harus mengobati luka itu” Kurippe membawa kotak obat dan mengobati Hiru

“(kenapa tidak ada orang lain? Seharusnya ada Mei..dan dia begitu melihatku memanggilku dengan namaku saja, hah tidak mungkin)” Hiru melihat foto-foto besar di dinding “pemilik kamar ini..Kurisaki kan? Apa kau..” Kurippe melepas wig, lalu menatap Hiru

“eh?!”

“Maaf..”

“Mei..”

“Hiru..”

“benar..jadi kau..Mei? jadi kau tidak bisa pergi karena fashion show? Seminggu kemarin, kau pergi karena harus ke New York? dan selama ini..inikah yang kau sembunyikan tentang pekerjaanmu? kenapa kau melakukan ini padaku?”

“itu..” Hiru berdiri dan pergi “tunggu” Hiru Mei memegang tangannya

“aku pulang” Hiru melepaskan Mei

“eh?! tidak” Gyut! Mei memeluk dari belakang “jangan pergi seperti ini..”

“lepaskan aku” Hiru pergi

“Lepaskan aku” teringat saat Hiru berekspresi dingin pada Moon “heh..” Mei terduduk dipunggung sofa.


No comments:

Post a Comment