Tuesday, June 22, 2010

Gundam Seed Our Destiny Chart 2

Saat jam makan siang

“ayo kita makan siang” ajak Kira sambil berdiri

“kalian pergi saja berdua, aku masih ada kerjaan” Cagalli berdiri dan pergi keluar kelas

“ya sudah, Athrun ayo kita pergi”

Athrun makan denga Kira saja, tak berapa lama Cagalli masuk ke kantin dan mengambil makanan di stand lalu duduk di seberang tempat duduk Athrun dan Kira, Kira yang membelakanginya tidak tahu Cagalli duduk jauh dibelakangnya, Athrun memandangi Cagalli. Tidak sengaja Cagalli menoleh dan berpandangan dengan Athrun, dia segera berpaling dan minum susu lalu pergi, padahal baru makan satu gigit sandwich.

Pulang sekolah, Cagalli masuk ke ruang klub kemanusiaan “boleh kubantu?”

“silahkan, Cagalli-sama”

Sementara itu Athrun berlatih sendirian di ruang kelas tembak di klub militer, dia menoleh ke pintu tapi disana tidak muncul siapapun.

Hari berikutnya pun sama, Cagalli tidak makan bersama Kira dan Athrun dan tidak mengikuti kelas terbang.

Athrun duduk merenung di kokpit pesawat jet-nya

“pesawat 105 siap?” suara dari radio

“iya” Athrun langsung kembali konsentrasi.

“sudah lama aku ngga ke ruang klub militer...” Cagalli memegang handle pintu ruang kelas tembak, lalu membukanya. Dia melihat Athrun sedang mengisi peluru, Athrun menoleh dan memandang Cagalli tapi belum sempat berucap Cagalli sudah pergi.

Cagalli tidak pulang ke asrama begitu pergi meninggalkan ruang kelas tembak, dia berdiri di beranda, menatap pemandangan malam

“hatiku sakit setiap melihatnya, kenapa aku begini.... kenapa aku harus jatuh cinta padanya, aku ngga mau merasa sakit begini” kata Cagalli dalam hati

“Cagalli” Athrun di belakang Cagalli, Cagalli tidak menoleh “kenapa kau tidak ikut klub militer lagi?

“aku sedang ikut kegiatan lain, aku sudah tidak mau ikut klub militer, aku kan ngga masuk kemiliteran seperti Kira”

“tapi sebagai seorang tuan putri setidaknya kau harus mempelajari dasar-dasar kemiliteran, tentang menembak dan terbang”

“aku ngga mau ikut kelas itu, jadi pergilah”

“kenapa kau memutuskan begitu?”

“aku.... heeh... kenapa kau menyebutku begitu? Aku ini kan tuan putri tapi kau seenaknya saja menyebutku kau kau kau, panggil aku yang mulia” Cagalli menatap mata Athrun

“bukankah kau yang bersikeras menyuruhku memanggilmu begitu” ucap Athrun

“pergilah, aku hanya ingin sendirian disini”

“aku sudah pernah bilang, aku tidak akan membiarkanmu sendirian”

“kau bukan pengawal pribadiku, jadi kau ngga punya tanggung jawab apapun, tinggalkan aku dan ngga perlu menemuiku lagi, pergilah”

Tapi Athrun diam saja sambil menatap Cagalli

“aku sudah tahu kau memang ngga pernah mendengarkan omonganku” akhirnya Cagalli yang pergi.

Sudah setengah bulan sejak Cagalli mulai menghindari Athrun, dia tidak lagi datang ke ruang klub militer. Karena Cagalli suka seni, dia pun sering menghabiskan waktunya di ruang klub artistik, saat ini dia sedang melukis dan kebetulan Lacus juga kesana karena dia tidak sibuk dengan klub kemanusiaan. Mereka akrab seperti biasanya. Dan begitu jam 9 malam Athrun datang untuk menjemput Lacus, dia berpandangan dengan Cagalli tanpa menoleh pada Lacus.

“yang mulia saya undur diri” ucap Lacus

“silahkan” Cagalli tersenyum, Lacus menghampiri Athrun tapi pandangan Athrun tak lepas dari Cagalli dan Lacus menyadari hal itu.

“ayo pulang” ucap Lacus sambil menggandeng Athrun.

Cagalli terduduk sedih.

“ada apa?” ucap Lacus sambil berjalan “kau menyukai tuan putri?”

“eh?” Athrun menoleh terkejut

“kita sudah sepakat, aku hanya akan menjadi tunanganmu hingga kau menemukan sendiri gadis yang kau cintai, setelah itu kita akan membatalkan pertunangan” kata Lacus.

Tapi Athrun tidak menjawab, Lacus mengamatinya

“heeh... pandangan matamu padanya sudah mengatakan semuanya” kata Lacus dalam hati.

Di lapangan terbang Cagalli memasuki pesawat, baru kali ini dia naik pesawat sendirian, biasanya bersama Athrun menggunakan pesawat jet dengan double kokpit.

“Athrun, kau ada disini?” tanya Kira saat masuk kelas tembak sepulang sekolah

“kenapa?”

“Cagalli sedang di kelas terbang, kukira terbang bersamamu, apa dia sudah mahir terbang?” kata Kira

“eh?!” Athrun terkejut “aku segera kesana”

Athrun langsung meluncur dengan mobilnya ke lapangan terbang. Kawasan sekolah itu sudah seperti sebuah kota, dengan lapangan terbang dan bangunan-bangunan sekolah yang besar dan terpisah jauh, memiliki danau dan taman luas.

“koordinasi 130* dan 35*” kata petugas lapangan memberikatahukan arah terbang pesawat Cagalli.

Athrun segera memakai peralatan terbangnya dan masuk pesawat. Dia mengatur koordinasi terbang dan meluncur.

“uwaa.. ada hutan” Cagalli panik, dia mengurangi kecepatan dan mengerm tapi pesawat sudah masuk ke pepohonan

“payah, masa aku belum mahir terbang” dia keluar dari pesawat yang sudah nangkring di atas pohon, dia menuruni pohon dan melompat ke tanah.

“payah....” Cagalli menoleh ke pesawatnya, pesawat ada diatas pohon, dia berjalan keluar hutan, ada laut.

“hah??? Sekolahnya ada disana?!!” Cagalli terpisah dengan pulau tempat sekolahnya “heeh...” akhirnya dia duduk di pasir tepi pantai

“aku benci ini, memalukan, kalau sampai Athrun tahu dia pasti marah karena aku melanggar peraturan terbang sebelum mahir, tapi dia ngga tahu kan? Ya sudah, berarti aman, aku hubungi saja pangkalan untuk menjemputku, tapi radionya ada di dalam pesawat, haah... nanti sajalah, aku mau jalan-jalan dulu.. baru kali ini bisa main ke laut.

Cagalli naik ke batu karang “wah... airnya jernih... jadi ingin berenang” Cagalli menuruni karang dan terpeleset. Byur!! jatuh ke laut

“haah.. kenapa begini...” Cagalli naik ke karang dan melepas pakaiannya yang basah kuyub “semua jadi basah... tapi aku memang mau berenang kan” Byurr!! Cagalli terjun lagi ke laut dan berenang

“eh?” Athrun melihat pesawat yang terdampar diatas pohon, dia berputar mencari tempat mendarat dan melihat pantai yang kosong.

Karena tekanan udara dari pesawat membuat air laut bergejolak

“wuaa.. apa-apaan sih.. pesawat siapa itu” Cagalli keluar dair air naik ke karang.

Athrun turun dari pesawat, melihat Cagalli hanya mengenakan dalaman saja.

“hah?!” Cagalli langsung nyebur ke laut

“sedang apa kau?” Athrun berjalan mendekat

“jangan mendekat” Cagalli tetap di dalam air “kenapa disaat begini ada dia”

“cepat naik, kita harus pulang”

“kau... jangan kesini, cepat sana” Cagalli mengibas-ngibaskan tangannya. Akhirnya Athrun berbalik dan Cagalli naik

“pakaianmu basah?” tanya Athrun tanpa menoleh

“iya” jawab Cagalli, lalu Athrun melepas jaketnya

“pakai ini” Athrun mengacungkan jaketnya masih tanpa menoleh.

Cagalli mengambil dan memakainya

“sudah?” Athrun berbalik

“jangan lihat kesini” Cagalli memegang pundaknya dan memaksanya membelakangi Cagalli “aku sedang begini, ngga mungkin kubiarkan dia melihatku” Cagalli tidak memakai celana dan jaketnya hanya menutupi tubuh Cagalli sebatas paha.

Athrun berjalan ke pesawat tanpa menoleh pada Cagalli, Athrun masuk ke kokpit lebih dulu, dia mengulurkan tangan pada Cagalli, mau tidak mau Athrun sudah melihat keadaannya saat ini, Cagalli pun tak bisa menolak.

“heh?! Ini pesawat kokpit tunggal?” Cagalli melihat pesawat yang hanya memiliki satu kursi kemudi

“iya, karena ini bukan pesawat untuk latihan yang memiliki double kokpit”

“jadi aku duduk dimana?” Cagalli panik

Athrun duduk di kokpit dan menarik Cagalli ke pangkuannya

“e...” Cagalli terkejut, wajahnya sangat dekat berhadapan dengan Athrun “situasi ini, posisi ini, pakaianku? Kenapa bisa begini?!!!” teriak Cagalli dalam hati

“pegangan yang kuat, kita akan take off”

“eh?”

Pesawat mulai berguncang, Cagalli memeluk Athrun dengan erat, wajahnya menghadap ke belakang

“apapun keadaannya sekarang, aku mohon, asalkan dia ngga merasakan degup jantungku yang kencang ini” Cagalli terpejam.

Pesawat meluncur

“kita ke rumahku saja” kata Cagalli

“eh?”

“aku ngga mau kalau dilihat orang lain dengan keadaan begini”

“baik” tanpa banyak komentar Athrun memutar kemudi dan meluncur menuju kediaman kepresidenan.

Pesawat landing di halaman belakang, Athrun menggendong Cagalli turun dari pesawat sampai ke kamarnya.

“e... terimakasih” Cagalli segera meraih selimut, wajahnya memerah

“aku tunggu diluar” Athrun keluar

“haaa...” Cagalli menyembunyikan wajahnya dengan bantal “aku harus senang atau sedih...” ucapnya

Setelah ganti pakaian, dia turun.

“Cagalli?” presiden Atta sudah pulang

“ayah”

“apa ada sesuatu?”

“ngga ada apa-apa, hanya mampir, aku segera kembali kesana”

“tunggu, ini sudah malam, besok saja, Athrun.. kau menginap saja disini”

“baik” jawab Athrun hormat.

Mereka berdua di beranda “maaf, aku sudah menyusahkanmu” kata Cagalli tapi Athrun cuma memandangnya “kau ngga marah kan karena aku mengendarai pesawat sebelum mahir?” Cagalli tidak berani memandang Athrun

“yang penting kau selamat”

“eh?” Cagalli menoleh “iya, terimakasih”

Athrun mengalihkan pandangannya

“kenapa rasanya biasa-biasa saja ya, padahal kemarin-kemarin aku ngga mau ketemu dengannya, apa dia ngga merasa sesuatu ya, bertanya kenapa aku menghindarinya?”

“sudah malam, istirahatlah”

“eh? kau sendiri?”

“nanti, aku ingin disini sebentar lagi”

“kalau begitu selamat malam” Cagalli masuk, “dia pasti sedang memikirkan Lacus ya, heeh... aku ngga seharusnya membuatnya tertahan disini”.

Esok paginya, Cagalli kembali duduk di pangkuan Athrun menaiki pesawat dan kembali ke sekolah

“kau terdampar karena belum mahir terbang?” tanya Kira saat bertiga bersama Athrun dan Cagalli di kantin waktu makan siang

“siapa yang bilang?”

“Athrun semalam menelponku, katanya dia tidak kembali ke asrama karena menginap dirumah karena kau yang sembarangan terbang dan menyusahkan orang”

“apa?” Cagalli menoleh pada Athrun dengan wajah semu merah dan kesal

“aku tidak bilang seperti itu” raut wajah Athrun tenang seperti biasa, tapi ada sedikit senyum di bibirnya

“kau tersenyum mengejekku? Heh.. sudahlah, aku selesai” Cagalli pergi

“hei, kau baru makan segigit roti kan” tapi Cagalli tak menghiraukan Kira “dia itu kebiasaan, sering tidak mau makan begitu kalau emosi”

“Lacus?” Cagalli bertemu Lacus saat menaikki tangga, Lacus sedang berdiri melihat pemandangan dari kaca belokkan tangga

“yang mulia”

“sudah kubilang panggil aku Cagalli saja, kenapa kau disini?”

aku hanya menghabiskan waktu istirahat saja”

“eh? oh ya, kenapa aku ngga pernah lihat dia makan siang dengan Athrun, karena dia kan tunangannya” pikir Cagalli “emm.. Lacus, kulihat kau ngga pernah bersama Athrun saat makan siang”

“eh? oh.. itu.. karena kami sebisa mungkin menjaga agar tidak terlalu melibatkan diri dengan kehidupan masing-masing, aku ada kegiatanku sendiri dengan teman-teman begitu juga Athrun dengan Kira”

“eh? itu aneh kan, apa maksudnya? Kalian kan tunangan, meskipun mau ngga mau, melibatkan diri dalam kehidupan masing-masing pasangan sudah jadi keharusan kan”

“itu jika kami benar-benar bertunangan, tapi bagaimanapun juga aku tidak mau mengganggu kehidupan Athrun dan apa yang dia lakukan”

“e... sepertinya aku ngga mengerti apa yang kau katakan”

“iya, tidak seperti yang tuan putri kira, aku dan Athrun tidak benar-benar bertunangan, itu hanya secara simbolis saja, perasaan kami tidak saling terikat, kami bertunangan bukan karena saling mencintai, tapi karena ikatan kekerabatan dua keluarga”

Cagalli terdiam dan agak terkejut dengan yang didengarnya

“aku lebih menganggap Athrun seperti saudara, kami memutuskan untuk mengakhiri pertunangan begitu salah satu dari kami menemukan pasangan”

“eh?!”

Athrun orang yang sangat baik, meskipun dia tidak mencintaiku tapi dia memperlakukanku dengan baik dan menghormati keputusan keluarga, itulah kenapa sampai saatnya Athrun menemukan gadis yang dia cintai atau aku menemukan seseorang yang kucintai, kami akan bersama dalam ikatan pertunangan”

“itu... kedengarannya sangat aneh”

“tapi sepertinya ikatan akan segera kami akhiri”

“eh?!”

“he... Cagalli-sama, aku harap Cagalli-sama bisa percaya kata-kataku” Lacus tersenyum dan pergi.

Selesai sekolah Cagalli ikut gabung di klub Lingkungan Hidup, mereka sedang membuat kebun bunga

“maaf merepotkan Cagalli-sama”

“ngga apa-apa, aku senang melakukannya bersama kalian”

“Cagalli” Kira datang

“eh” Cagalli mencari-cari sesuatu

“kenapa?’

“ngga..” Cagalli kembali mengurus tanaman “dia ngga ikut Kira” pikir cagalli

“kau sudah sangat berusaha, bagaimana? Menyenangkan kan diluar istana?”

“iya”

“oh ya, makan malam nanti aku tidak bisa bergabung, jadi tolong temani Athrun ya”

“eh?”

Di kantin, Cagalli dan Athrun makan berdua

“kau akan ikut kelas tembak dan terbang lagi kan?” tanya Athrun

“e... i.. iya, sepertinya aku memang perlu belajar klub militer”

“meskipun aku tidak tahu alasanmu meninggalkan klub militer waktu itu, tapi aku tidak akan menanyakannya”

“eh? kau... tidak akan menanyakannya?”

“iya, itu semacam karena aku tidak mau mencampuri urusan orang lain”

“oh....” Cagalli diam saja “sebenarnya itu urusanmu juga, karena aku ngga mau ikut klub karena kamu” kata Cagalli dalam hati

Cagalli masuk ruang kelas tembak, disana ada Athrun yang sedang berlatih, dan mereka berlatih berdua. Setelah beberapa jam berlatih, Cagalli selesai lebih dulu dan duduk di kursi tunggu sambil memainkan kakinya, mengayun-ayunkan kakinya

“dari dulu kau selalu duduk begitu jika sedang menunggu” kata Athrun mendekat

“eh?” Cagalli menoleh

“dulu setiap meunggu ayahmu yang sedang bertemu dengan ayahku, kau selalu duduk dengan memainkan kakimu”

“eh? jadi kau melihatku waktu datang ke kediaman Perdana Menteri Utama?’

Athrun duduk disamping Cagalli

“selalu melihatmu main-main dengan para pelayanku, mengajak mereka ngobrol sepanjang hari dan begitu lelah kau akan menunggu ayahmu dengan duduk di teras sambil memainkan kakimu”

“kau... begitu tahu aku... tapi aku ngga pernah melihatmu”

“karena aku sibuk dengan guru-guru yang dipanggil kerumah, jadi aku tidak pernah keluar kamar”

“jadi kau selalu ada dikamarmu?”

“iya, yang menghadap ke taman, tempat kau bermain dan menunggu ayahmu”

“jadi kau selalu melihatku dari situ ya”

“menyenangkan”

“eh?”

“ditengah rutinitasku aku tidak bisa bermain seperti anak-anak lainnya, tapi hanya dengan melihatmu itu sudah membuatku senang”

“e....” Cagalli tidak bisa berucap apa-apa

“sejak saat itu aku menyukaimu”

“eh?!”

tuan putri” Athrun berdiri dan mereka berpandangan “saat kau marah waktu itu aku sangat bingung, aku tidak tahu apa yang harus kulakukan karena aku juga tidak bisa melakukan sesuatu atas dasar kehendak hatiku, aku tidak berhak menanyakan apa yang terjadi padamu, yang kulakukan hanya bisa menunggu sampai saatnya kau kembali mereda meskipun aku membenci situasi itu dimana aku tidak bisa berbuat apa-apa untukmu”

“Athrun....”

“Lacus.... mungkin kau sudah dengar tentang aku dan Lacus, dan karena itupun aku tidak tahu apa aku masih berhak mengatakan ini padamu, tapi aku mencintaimu, aku tahu aku mencintaimu”

“he..” Cagalli tersenyum. Gyut! Dia melompat dan memeluk Athrun

“eh?!” Athrun kaget

“Lacus sudah mengatakannya padaku, tentang kalian yang sebenarnya, kalau kalian ngga benar-benar bertunangan.. jadi... apa kau... mau jadi pengawalku?”

“eh?”

“jadi pengawalku yang akan menjagaku seumur hidupmu?”

“baik, dengan senang hati yang mulia” Athrun tersenyum dan memeluk Cagalli.

Gundam Seed Our Destiny Chart 1

Cagalli Yula Atta, gadis 16 tahun, dia baru saja pindah sekolah ke Pusat Pendidikan Sipil Orb atau Orb Civil Education Centre, sekolah tingkat SMU yang bergengsi dan memiliki tutor dari pejabat kementrian dan pemerintahan Orb langsung. Cagalli adalah seorang putri presiden dan selalu mendapatkan pendidikan secara privasi di kediaman kepresidenan, tapi karena ingin mendidiknya sebagai calon pemimpin yang merakyat dan berdedikasi presiden Uzumi Nala Atta memasukkannya ke OCEC.

Cagalli punya saudara kembar, Kira, yang sudah lebih dulu sekolah di OCEC. Kira tidak diprerioritaskan untuk menjadi pemimpin Orb karena dia ingin memimpin angkatan perang dan kemiliteran Orb.

Sedangkan OCEC sendiri adalah sekiolah asrama yang muridnya tinggal bersama di asrama. Pertama kali Cagalli datang dia dikenalkan dengan seseorang bernama Athrun Zala, dia teman akrab Kira dan murid top rangking di OCEC, selain itu juga dia mengetuai organisasi sekolah atau semacam ketua OSIS di sekolah-sekolah Aliansi Bumi, tugasnya mengatur dan memimpin murid, meskipun dia hanya tingkatan kelas satu semua murid patuh dan menghormatinya. Dia tipe orang yang kalem dan tidak banyak ekspresi, wajahnya selalu serius.

“dia adikku, Cagalli” kata Kira memperkenalkan, Athrun menatap diam pada Cagalli, Cagalli juga menatapnya.

“dia aneh ya” bisik Cagalli

“silahkan” ucap Athrun mempersilahkan Cagalli, mereka berjalan berdua menuju asrama, sedangkan Kira hanya mengantar saja

“kau murid top rangking kan, aku dengar dari Kira, oh ya, di sekolah ini membosankan tidak? Apa gurunya enak-enak?” tapi Athrun diam saja “jawab dong, kau teman Kira kan, jadi tidak apa-apa kan bicara denganku meskipun Kira bilang kau tidak bisa langsung akrab dengan orang lain, kau putra Perdana Menteri Utama Patrick Zala kan, apa kita pernah ketemu? Karena aku lumayan sering main ke kediaman Perdana Menteri” di lorong yang sepi suara Cagalli terdengar jelas “heeh.... kau mengabaikanku ya”

“maaf tuan putri..”

“tunggu.. aku disini sebagai warga sipil juga kan, jadi.. bisa panggil dengan Cagalli saja?”

“baik yang mulia”

“Cagalli.. bukan yang mulia” Athrun tetap tidak memandang langsung pada Cagalli dan hanya mengangguk hormat “sikapmu terlalu berhati-hati, aku senang bisa dapat teman begitu masuk sekolah ini, jadi aku juga ingin kau bisa berteman denganku, kau mengerti?”

Mereka sampai di depan kamar yang dituju “ini kunci kamar anda”

“kau.... benar-benar tidak mendnegarkanku, sudahlah, terimakasih ya” Cagalli merebut kunci dari tangan Athrun. Grep!

“aduh..... kenapa aku berdebar-debar begitu melihatnya... aku aneh sekali... aku kan baru kenal dia, ini pasti perasaan yang salah, pasti cuma gugup saja karena baru datang ke sekolah ini” Cagalli ngomong sendiri. Dia menempati kamarnya, kamar yang sama seperti kamar yang lainnya, sederhana dan rapi.

“Cagalli saatnya makan malam” Kira menjemput Cagalli ke kamar

“iya” cagalli keluar “eh?” dia heran, ternyata Kira datang bersama Athrun

Deg! Deg! Jantung Cagalli kembali berdegup kencang.

Mereka bertiga pergi ke kantin dan makan bersama

“gimana? Cocok makanannya?” tanya Kira

“iya, enak” Cagalli menikmati sandiwichnya

“Athrun bilang kau cerewet ya” kata Kira

“apa?!” Uhuk! Uhuk! Cagalli tersedak dan batuk-batuk

“Athrun bilang kau banyak mengajaknya bicara tadi”

“oh...” Cagalli meminum air putih di depannya “aku kan cuma nanya, tapi dia...” Cagalli menoleh pada Athrun dan Athrun hanya menatapnya diam “dia mengabaikanku” ucap Cagalli sambil beralih menatap Kira.

“Athrun memang begitu, tapi kalau sudah tahu diabaikan jangan ngajak ngomong terus dong”

“aku kan cuma cari topik pembicaraan, daripada sepi” Cagalli kembali memandang Athrun yang masih diam “lihat, kita membicarakannya tapi dia diam saja” ledek Cagalli

“sudah.. nanti kalian juga akrab”

“aku selesai, gochisousama deshita” Cagalli beranjak

“eeh.. tapi kamu baru makan satu potong kan” Cagalli tidak menjawab dan berlalu saja

“siapa yang betah duduk dengan dia, dari tadi diam saja, mana tatapannya tajam begitu.. membuat bulu kudukku merinding... aah.. jantungku juga ngga berhenti berdebar-debar, dasar cowok aneh” Cagalli menoleh kanan dan kiri “eh.. tadi lewat mana ya” lalu dia belok ke kanan, Athrun masih memandanginya

“kau juga jangan dingin begitu bisa kan?” kata Kira “dia kan adikku”

“aku menikmatinya kok” kata Athrun sambil memakan supnya

“apa maksudmu?”

“aku menikmati mendengarnya bicara” Athrun memandang bekas makan Cagalli yang masih utuh karena baru makan segigit.

“heeh.. besok aku ngga ketemu dengannya lagi kan?” Cagalli menerawang tidur di kamarnya.

Esoknya, “aku akan mengantar anda ke kelas” Athrun menjemputnya ke kamar

“haah.. dia lagi.... bikin jantungku berdebar-debar, kenapa sih” ucap Cagalli dalam hati.

Di sepanjang jalan Cagalli Cuma diam “semalam anda tidak menghabiskan makan malam anda, apa sekarang tidak lapar?” tanya Athrun, Cagalli menoleh padanya dengan heran

“tumben dia mau ngomong” pikir Cagalli “aku ngga lapar kok”.

Di kelas, Cagalli satu kelas dengan Kira dan Athrun.

Prof. Durandull masuk dan mengajarkan mata pelajaran ilmu astronomy dan physic, dia adalah salah satu pejabat menteri yang memegang departemen meteorologi dan mengetuai penelitian-penelitian para ahli dan ilmuwan Orb. Setelah itu masuk Kapten Ramius mengajarkan pelajaran Tata Tertib dan Kepribadian Warga Orb (semacam pendidikan kewarganegaraan). Setelah itu jam istirahat.

“oh ya Kira, pulang sekolah nanti aku akan ikut kegiatan klub, jadi kau pulang saja duluan” kat Cagalli

“mau ikut klub apa? mau coba klub militer? Ada kelas menembak dan kelas terbang”

“entahlah, disini banyak klub, sepertinya aku harus masuk ke semua klub, karena itu tujuanku kesini kan”

“apa ngga melelahkan?”

Athrun hanya duduk diam memandang mereka bicara.

Jam 6 petang sekolah selesai dan Cagalli masuk ke ruang klub artistik, disana ada beberapa ruang yang terpisah sendiri-sendiri, ada ruang musiknya dan ada ruang lukisnya “apa ngga ada yang ikut klub artistik ya” karena ruang klub artistik kosong Cagalli pergi ke ruang klub Olahraga, di lapangan Squash ramai.

“yang mulia” mereka membungkuk memberi hormat

“wah, disini ramai ya”

“iya, apa yang mulia mau bergabung?”

“panggil saja aku Cagalli, disini kedudukanku sama dengan kalian kan”

“baik, Cagalli-sama, silahkan”

Sampai jam 9 malam kegiatan klub baru selesai, Cagalli berjalan sendirian melewati taman luas yang memisahkan bangunan sekolah dan asrama

“kenapa anda berjalan sendirian?”

Cagalli menoleh, Athrun berjalan mendekat

“sangat berbahaya kalau anda berjalan sendirian seperti ini, seharusnya anda bisa memintaku menemani anda”

“eh? apa.... kau diminta jadi pengawal pribadiku ya?”

“tidak, tapi jangan jalan-jalan sendirian”

“baiklah... kalau begitu kau temani aku ya” mereka berjalan berdua “mau duduk disana?” Cagalli menunjuk kursi yang ada di tepi danau buatan yang ada di tengah taman

“sebaiknya kita cepat pulang”

“aah.. kenapa? aku kan masih mau diluar” tapi Athrun tetap diam “iya baiklah, kita pulang saja”.

Lain hari berikutnya, ada demo dari klub kemiliteran, Athrun dan Kira memperagakan kelas terbang dengan Gundam dan pesawat Jet, semua menonton di lapangan, sesi berikutnya aksi kelas tembak, Athrun menunjukkan kemampuannya, semua tembakan tepat sasaran dengan gerakan simulasi yang sangat cepat

“wah... hebat” puji Cagalli

Pulang sekolah Cagalli pergi ke ruang kelas tembak, dia berlatih sendirian disana

“semua kena... tapi ngga tepat sasaran, coba lagi saja” Dor! Dor! “huuff.. sama saja”

Cekrek! Seseorang masuk, Cagalli menoleh, dia kaget ternyata Athrun, mereka berpandangan saling diam

“kau mau latihan” Cagalli selalu bisa menutupi kegugupannya dengan dialog biasa

“iya” Athrun menjawab singkat dan berjalan mendekat dan memakai peralatan tembaknya

“ternyata seorang ahli tembak juga masih berlatih ya”

“tidak ada orang yang jadi ahli tanpa latihan kan” wajah Athrun tetap cool dan tidak berekspresi.

Cagalli kembali membidik

“luruskan lengan dan punggung” Athrun memegangi lengan Cagalli dari belakang

“e....”

Dor! Dor! Dor! Cagalli menembak dengan dipegangi Athrun

“wah... tepat sasaran”

Sampai jam 9 malam seperti biasa, kegiatan klub baru selesai, Cagalli yang lebih dulu selesai sudah duduk di kursi menunggu Athrun sambil mengayun-ayunkan kakinya

“sudah selesai?” tanya Cagalli

“iya”

Lalu mereka pulang bersama

Jam istirahat, di kantin, Cagalli hanya berdua dengan Athrun

“kenapa kira harus ikut kelas siang?”

“dia sedang konsentrasi dengan kenaikkan tingkat kelas terbangnya”

“oh.... aku juga ingin ikut kelas terbang, selama ini belum begitu benar-benar mencoba terbang hanya uji sistem simulasi saja, kau mau mengajariku kan?”

“tentu saja yang mulia”

“jangan panggil begitu sudah kubilang kan, kau ini susah sekali diomongin, eh ada ice cream, kau mau?”

“e...” belum sempat Athrun menjawab Cagalli sudah pergi meninggalkan meja menuju stand, beberapa saat dia kembali

“ini, makanlah” Cagalli meletakkan parfait di depan Athrun

“aku tidak makan makanan manis”

“kenapa? enak kok, coba saja, ayo” Cagalli memakan ice cream parfait strowberry-nya

Cagalli semakin sering menghabiskan waktunya bersama Athrun, berlatih terbang dan menembak, tapi tetap saja masih dingin dan pendiam.

“ayo istirahat dulu, kau mau minum?”

“e...” seperti biasa belum sempat menjawab Cagalli sudah pergi ke stand minuman. Athrun memperhatikannya.

Hari ini tidak ada kegiatan klub militer, Cagalli pergi ke ruang klub artistik, dia masuk ke ruang lukis, ada seorang gadis berambut pink panjang sedang melukis, Cagalli mendekat dan melihat lukisannya

“wah... indah sekali”

“yang mulia” dia langsung berdiri dan menunduk hormat

“he.. panggil saja aku Cagalli”

“selamat malam, saya Lacus Clyne”

“eh? Clyne? Dari Clyne Kepala Pemerintahan Birokrasi?”

“benar”

“wah.. salam kenal, aku sebenarnya sudah lama ingin melukis, aku suka dengan lukisan, tapi setiap kesini ngga ada orang yang ikut klub artistik”

“ya, karena saya ketua klub artistik, karena saya ada urusan di luar sekolah jadi sementara klub tidak diaktifkan”

Mereka bersiap melukis

“memangnya kau pergi kemana Lacus?”

“saya baru saja kembali dari negara Aucretia untuk misi kemanusiaan Orb”

“oh... jadi kau yang memimpin para relawan kesehatan korban peperangan itu ya, apa disana masih perang?”

“pihak Orb sudah mengadakan mediasi dengan negara konflik, sepertinya perang sudah reda”

“syukurlah”

Beberapa lama kemudian, jam menunjukkan pukul 9 malam. Cekrek!

“Lacus” seseorang masuk dan memanggil Lacus, Lacus dan Cagalli menoleh

“eh?” Cagalli terkejut, ternyata Athrun. Athrun juga memandangnya seolah dia juga kaget.

“kau sudah selesai?” tanya Lacus sambil beranjak

“iya”

“kalau begitu yang mulia saya permisi”

“iya, silahkan”

Lacus pergi bersama Athrun

“baru kali ini kulihat dia akrab dengan perempuan, apa hubungan mereka ya? putra Perdana Menteri Utama dan putri Kepala Pemerintahan Birokrasi” Cagalli membereskan alat lukisnya

“senang ya bisa punya tunangan seperti Athrun” kata siswi-siswi yang melewati ruang klub artistik, Cagalli berhenti seketika, dia menoleh

“iya siapapun pasti iri melihatnya, tapi Lacus memang putri pejabat sih jadi pantas saja jika dia ditunangkan dengan Athrun, benar-benar bahagia ya bisa bertunangan dengan Athrun”

Praakk! Kuas-kuas yang dipegang Cagalli terjatuh ke lantai

“heh...” Cagalli memungut kuas-kuas itu dengan tangan gemetar “tunangan...”

Tes! Ada setitik air yang jatuh ke lantai “heh?!” Cagalli meraba pipinya, sudah basah dengan air mata, “aku ini kenapa” dia menengadah mencoba menghentikan airmata yang tidak juga berhenti mengalir “mana mungkin aku suka dia... heeh.. jadi selama ini perasaan yang kurasakan padanya adalah.... cinta? Heeh..” Cagalli berkali-kali menarik nafas menahan isak tangis agar tidak lagi mengeluarkan airmata.

Cagalli kembali ke asrama, saat berbelok dia melihat Athrun sedang mengantar Lacus ke kamarnya, Cagalli langsung bersembunyi di balik tembok

“selamat malam” ucap Athrun

“selamat malam” Lacus terpejam dan memajukan pipinya, Athrun mencium pipinya.

Cagalli sudah tidak sanggup melihatnya, dia berlari meninggalkan tempa itu, Athrun sekilas menangkap bayang Cagalli.

Di beranda belakang asrama Cagalli menangis

“sial.. kenapa aku begini... aku kan ngga pernah nangis” Cagalli menghapus airmatanya, tapi tetap saja airmata tak berhenti mengalir

“hiks! hiks! perasaan yang baru pertama kali kurasakan.... cinta pertamaku... gagal..” kata Cagalli dalam hati

“yang... mulia” seseorang memegang pundak Cagalli

“heh? Suara ini?” Cagalli menoleh, benar saja Athrun ada di belakangnya “kau...” tangis Cagalli langsung berhenti tapi matanya masih basah

“kau tidak apa-apa?” tanya Athrun cemas

“aku ngga apa-apa, pergi saja” Cagalli mengibaskan tangan Athrun

“tidak bisa, aku tidak bisa membiarkanmu sendirian”

“apa maksudnya, dia sudah punya tunangan tapi masih mau menemaniku saat tunangannya ada disini?” pikir Cagalli kesal “aku pergi” Cagalli berlalu tanpa menoleh, Athrun cuma memandangnya.


The Beautiful Me # 3

Yuuya melakukan wawancara dan pemotretan dengan Aya. Setelah selesai

“aku pulang ya” kata Aya

“hm, sampai jumpa” Kiss! Yuuya mencium bibir Aya

“daa..” Aya masuk ke dalam lift

Yuuya melihat jam tangannya “Akira sudah pulang sekolah kan” Yuuya lalu mengirim pesan

“datang ke Shibuya 109, kita nonton bareng” Akira membaca sms Yuuya “bukannya dia punya pacar, kenapa mau nonton denganku”

Tapi akhirnya Akira datang juga

“ayo sudah hampir mulai” Yuuya menarik tangan Akira

“Yuu, kau itu kan punya pacar, kenapa ngga minta pacarmu saja”

“ngga seru nonton sama pacar” Yuuya menggenggam tangan Akira, mereka masuk atrium sambil bergandengan.

Yuuya menonton sambil memeluk lengan Akira, dan Akira sudah ngga protes dengan tingkah Yuuya itu.

“kau mau?” Yuuya menawarkan ice cone-nya

“ngga usah, aku beli sendiri saja”

Mereka jalan-jalan melihat seisi mall dengan menggandeng Akira, tak pernah dilepaskannya

“ayo masuk, kita beli baju ya, kau mau yang mana?”

“ngga usah, kalau kau mau beli baju, beli saja buat sendiri”

“aku mau beli buatmu” wajah Yuuya berubah lagi, setiap keinginannya ditolak dia akan menatap dan diam tanpa ekspresi

“iya baiklah, aku akan pilih” membuat Akira luluh

“bagus, aku bantu memilih ya”

“kenapa sih, padahalkan itu buatku kenapa dia repot-repot memaksaku mau dibelikan tanpa aku memintanya, selalu saja begitu” Akira menatap Yuuya

Pulangnya di stasiun “kamu ngga akan minta itu di depan orang banyak begini kan?”

“iya, sampai besok” Yuuya pergi.

Tak berapa lama Akira menerima sms “oyasumi.. kiss me... xxxx” sms Yuuya “dia itu..” Akira menoleh dan Yuuya juga menoleh padanya lalu melambai sambil senyum.


Pulang sekolah, Aya menunggu di depan sekolah

“Yuu!”

Aya?” Yuuya mendekat dan mencium pipi Aya

“ayo ke studio sama-sama”

“okey, Akira.. aku pergi dulu, daa” Yuuya masuk mobil Aya

Akira melihat mobil itu berlalu

heeh... syukurlah, aku ngga perlu menciumnya, dia itu permintaannya aneh-aneh” Akira berjalan sendirian “tapi... kenapa aku ngerasa sepi ya, padahal biasa pulang sendirian, dia kan juga cuma mengikutiku sampai lampu merah saja” Akira berusaha menepis kesepiannya.

Tep! Langkah Akira terhenti, dia menyentuh bibirnya “apa karena hari ini aku ngga menciumnya....” ucapnya sendiri “aah... orang bodoh itu! Kenapa aku harus mikirin orang bodoh itu” Akira marah-marah sendiri, terus Hpnya bergetar

“halo? Akira.. sedang memikirkanku?” suara Yuuya

“e....” tepat sasaran

“tadi ada Aya jadi ngga bisa minta kiss”

“Yuu! Saatnya ganti baju” suara di belakang Yuuya terdengar

iya, Akira aku pergi dulu, sampai besok.. emuach..” Yuuya mencium lewat telepon. Tut! Tut! Tut! Akira ngga nutup Hpnya, dia berdiri bengong.

“kenapa... aku ngerasa deg-degan begini, ada apa denganku, dia itu cowok dan biasa berbuat begitu, iya.. aku ngga perlu mikir apa-apa lagi” Akira jalan dengan langkah pasti, semakin lama semakin pelan “tapi.... kenapa setelah mendapat ciuman darinya *ciuman lewat telepon* aku merasa lega... ngga ngerasa kosong lagi seperti waktu tadi dia belum telpon” Akira bengong “aku.... baik-baik saja, aku cuma.... iya, itu pasti bukan” Akira berlari.

Akira dan Yuuya piket bareng, cewek-cewek yang piket sudah lebih dulu selesai karena Cuma membersihkan ruangan dan buang sampah, Yuuya dan Akira mengembalikan buku keperpustakaan dan membereskan laboratorium.

heeh... selesai juga” Yuuya berdiri disamping Akira yang sedang melihat senja, tapi Yuuya membelakangi senja dan bersandar jendela “mau pulang sekarang?” Yuuya menoleh melihat Akira yang serius memandang senja.

Yuuya melihat wajah Akira yang terpantul warna merah senja, sangat tampan.

“Akira, cium aku” Akira menoleh “tapi aku mau disini” kata Yuuya dengan mata lembut sambil menunjuk bibirnya

Akira cuma diam, dia melihat bibir Yuuya

“eh..” Yuuya mendekatkan bibirnya

Akira pun mencium bibir Yuuya, Yuuya membalasanya dan Akira semakin terpejam terhanyut, Yuuya frenching lidah Akira, Akira kaget dan membuka mata

“eh?!” Akira melepaskan Yuuya

“kenapa? kaget ya? apa baru pertama kali?”

“Yuu... kau ini apa-apaan, kenapa kau memintaku melakukan itu?”

kenapa.. karena aku pengen kan?”

tapi hal seperti itu ngga bisa dilakukan cuma karena kamu pengen dan buat main-main”

“tapi tadi kau mau menciumku kan, aku memintamu menciumku bukan untuk main-main dan kenapa kau mau menerima permintaanku kalau kamu ngga mau?”

“itu...” Akira ngga bisa menemukan alasan “aku ngga tahu, tiba-tiba saja kepalaku kosong dan tubuhku bergerak sendiri”

“itu karena kau menyukaiku”

“eh?!” Akira shock dengar kata-kata Yuuya “jangan bercanda, mana mungkin aku suka... perasaan seperti itu... ngga mungkin aku merasakan itu dengan sesama cowok”

“kalau gitu coba cari pacar, temukan sendiri perasaanmu, apa kau bisa menerima orang lain selain aku”

“kau ini... tentu saja aku bisa”

“baiklah, dan sementara kau mencari perasaanmu kita ngga akan ketemu, itu lebih baik kan agar kau bisa lebih memahami dan menyadari perasaanmu”

“eh?! mana mungkin, kita kan satu kelas”

aku akan pergi ke Hawaii untuk pemotretan selama 10 hari, semoga kau bisa menemukan perasaanmu” Yuuya pergi

“Saotome ngga masuk ya?” , “iya, katanya ke Hawaii untuk pemotretan dan syuting iklan” kata teman-teman di kelas

“mencari pacar?” Akira menopang dagu “tentu saja aku bisa, lagipula mana mungkin aku suka sama cowok, tapi... siapa yang kira-kira menyukaiku ya, ada ngga ya dulu yang menembakku”

Di Hawaii Yuuya tampak bete “kau kenapa?” tanya Teppei Koike

“aku bertengkar” jawab Yuuya cuek

bertengkar sama siapa? Aya? kenapa?”

“heeh... bukan dengan Aya, aku ngga tahu kenapa jadi begini”

“eeh?? Kau suka sama orang lain ya?”

“heeh..” lagi-lagi Yuuya menarik nafas “aku mau tidur, daa” Yuuya berjalan dengan lesu

“bukankah dulu kau menolakku?” kata seorang cewek

e....” Akira kebingungan “aku rasa aku bisa memberikan kesempatan untuk bisa menerima orang lain”

“benarkah? Jadi aku boleh jadi pacarmu?”

“e... iya”

kudengar Suwa lagi deketin kakak kelas yang dulu pernah ditolak dia” , “apa? yang benar? kok tiba-tiba begitu, dia kan ngga interest sama cewek” *apa maksudnya ngga interest sama cewek* kalau Akira dengar pasti kesal “iya, selama ini kan dia selalu menolak cewek yang menembaknya”

10 hari Yuuya pulang ke Tokyo, dia berangkat ke sekolah dan menaikki tangga, berpapasan dengan Akira dan Kumikawa-senpai

“Yuu, kenalkan.. dia pacarku, Kumikawa-senpai”

“eh?!” Yuuya kelihatan shock

“dia Saotome model top itu ya, kudengar kalian berdua sangat akrab”

Yuuya mundur “aku pergi” dia berbalik dan pergi menuruni tangga

“eh?” Akira kaget

Saotome belum masuk ya? bukannya cuma cuti 10 hari, ini kan sudah 11 hari” kata teman sekelas Yuuya

Akira diam saja melihat bangku kosong Yuuya

hari ini kan ngga ada kerjaan, kamu baru pulang dari Hawaii kan, bukannya harus sekolah” kata Direktur kantor management Yuuya

“aku bolos” Yuuya tiduran di meja ruang meeting

kamu bolos? kenapa? apa kau ada masalah? katakan”

ngga ada, aku cuma malas”

Esoknya kelas 2-3 ramai

“Saotome putus dengan Aya” , “apa? kan baru satu bulanan mereka pacaran” lagi-lagi geger berita Yuuya.

Ditempat pemotretan “aku malas” Yuuya memeluk Yamashita Tomohisa artis cowok yang jadi partner-nya kali ini

“kenapa? karena baru putus ya”

hm” Yuuya cuma menggumam sambil wajahnya menunduk di pundak Tomohisa

“tenang saja, kau kan bisa dapat penggantinya, jangan sedih meski diputusin cewek kita ngga boleh kalah”

“aku yang putusin dia kok”

“eh? lantas kenapa kau sedih?”

ngga tahu” Yuuya pergi, dia masuk ruang ganti dan duduk dengan lesu “Akira.... kenapa kau bersama orang lain...” ucap Yuuya dalam hati

“boleh minta cium?” kata Kumikawa

“eh?!” Akira kaget, Kumikawa terpejam di depan Akira “e...” Akira enggan bergerak, dia terbayang wajah Yuuya yang selalu meminta hal yang sama “kenapa aku mikirin dia, yang didepanku ini cewek, cewek seratus kali lebih baik dari dia” ucap Akira dalam hati, Akira mencium Kumikawa, tapi baru menempel beberapa detik saja dia langsung melepas Kumikawa.

“kenapa?”

“maaf, aku ngga bisa, maafkan aku” Akira pergi

“apa maksudmu..” Kumikawa ditinggal

“bibir itu ngga seperti bibirnya, bibir itu bukan bibirnya, aku ngga bisa mencium orang lain” kata Akira dalam hati

Yuuya masih malas-malasan di kantor Direktur “hei, mau sampai kapan bolos sekolah, bisa-bisa kau di drop out Yuu” kata Direktur

biar saja, aku ngga perduli, dengan begitu aku punya alasan pindah sekolah” Yuuya keluar

“kau ini... kenapa dengan anak itu”

“Yuu” Kazuya datang “kau ada pemotretan siang ini? Aku juga ada pemotretan siang ini, apa kita pemotretan bareng?”

ngga, aku cuma malas ke sekolah, aku mau ke ruang make up ya, sampai jumpa”

“eh? kau ngga minta cium?” tanya Kazuya menggoda

“ngga usah, selamat bekerja” Yuuya melambai tanpa menoleh

Yuuya duduk di ruang make up sambil memutar mutar kursi

aku ngga bisa terima ciuman dari orang lain kalau keadaanku begini terus”

Yuuya melakukan pemotretan setelah Kazuya finish, dia sudah di make up. Rambutnya diikat keatas, memakai pita bulu-bulu putih, bajunya wol putih dengan scarf bulu-bulu putih. Backgroundnya salju berhubung menyambut musim dingin.

“Yuu ekspresimu akhir-akhir ini kok jelek sih, lebih ceria lagi dong, senyummu kurang cantik” kat fotografer

“he.. masa aku kurang cantik sih?” Yuuya senyum

“ngga, kamu cantik sih, tapi senyummu kayaknya dipaksain”

“ya sudah, aku istirahat dulu ya” Yuuya menyingkir dari area pemotretan

“Yuu” seseorang memanggil dan Yuuya menoleh

“eh!” Yuuya shock banget lihat Akira datang ke menemuinya

Sekarang mereka ada di koridor yang sepi, Yuuya ngga memandang Akira

kenapa kamu ngga masuk sekolah terus? kamu cuma ijin 10 hari saja kan?”

“kenapa... karena aku marah”

“eh?”

aku marah sama diriku sendiri, aku menyesal sudah menyuruhmu mencari pacar” Yuuya menoleh

“eh?!”

kenapa sih kamu bisa dapat pacar, untuk membuktikan kamu ngga menyukaiku, kenapa sih kamu begitu inginnya lepas dariku” wajah Yuuya kesal

“hei... kata-katamu itu...”

“heh!” Yuuya memalingkan wajahnya

e.... kau ini... kau juga punya pacar kan”

masa kamu ngga tahu aku sudah putus sama Aya, dimana-mana juga sudah diberitakan kan”

“eh?! aku.. aku ngga perhatiin gosip-gosip karena aku lagi kepikiran kamu yang ngga masuk-masuk kan”

“eh?! kenapa? akhirnya kamu menyadari perasaanmu padaku?”

“bukan begitu.. salahmu kan karena bolos lebih dari yang diijinkan ke sekolah”

tapi aku juga kepikiran kamu, gara-gara kamu suasana hatiku jadi buruk, aku jadi ngga bisa minta cium orang lain”

“lihat kan, kau juga bisa dekat-dekat sama orang lain dan minta cium siapa saja, kenapa aku ngga boleh punya pacar”

kau itu milikku, ngga boleh dimiliki orang lain, kamu ngga boleh dekat-dekat dengan orang lain” wajah Yuuya merah karena kesal dan matanya berair

“sudah, jangan bikin wajah lagi, kau tahu aku ngga tahan lihat wajah sedihmu” Akira memeluk Yuuya

“kamu harus pisah sama cewek itu”

“iya, aku sudah putus, aku juga ngga bisa mencium orang lain, aah.. bodohnya aku kenapa aku ngomong ini sama kamu”

“kalau gitu mulai sekarang kau sudah ngga boleh berpikir untuk mencium orang lain lagi” Yuuya senyum dan memeluk Akira dengan erat

“sudah, jangan bicara hal yang memalukan, kalau didengar orang bisa salah paham, mereka akan mengira kita pacaran, kita ngga pacaran kan?”

“ngga, kau bukan pacarku tapi kau itu milikku”

“eh? apa bedanya itu?”

“tentu saja beda, kalau pacar kan bisa putus, kalau kau milikku kau ngga akan jadi milik orang lain”

“lalu kau sendiri? Bisa pacaran dengan artis lain?”

“tentu saja”

“apa kau bilang? Aku ngga mau begitu, mana boleh begitu”

“jadi apa maumu?” mereka berpandangan

aku... aku mau kau ngga dekat-dekat dengan orang lain juga, cuma dekat denganku saja, jangan minta cium orang lain lagi”

“wah... kau sangat mencintaiku ya”

bukannya begitu!! ngga adil kan kalau cuma aku yang jadi milikmu”

“baiklah, kalau kamu mau bilang aku mau kau jadi milikku, aku ngga akan minta cium orang lain lagi”

“jangan bodoh, ngga mungkin aku ngomong begitu”

“ya sudah, aku mau pemotretan lagi, kau juga harus pulang kan”

“hei” Akira memegang tangan Yuuya “kau mau pergi tanpa... cium?”

“he... biar kali ini aku yang menciummu” Yuuya merangkulkan tangannya ke leher Akira dari depan dan mencium bibir Akira, dan Akira juga meresponnya.

Yuuya berjalan meninggalkan Akira “oh ya” dia menoleh “soal minta cium orang lain aku ngga akan melakukannya lagi, tapi kalau dekat-dekat orang lain aku ngga bisa janji, karena aku kan seorang model” Yuuya mengedipkan mata lalu pergi

“dia itu...”

Dan keesokkanya majalah dengan model Yuuya beredar, pose-pose Yuuya dengan lima orang artis cowok kelihatan sangat seksi. Ada yang Yuuya hampir mencium pipinya, ada yang Yuuya menaikkan kaki ke pangkuan model lainnya yang sedang duduk dikursi, ada yang tiduran bareng-bareng tanpa baju cuma dengan celana panjang.

“Yuu....” Akira beraura gelap

“aku kan model... dan itu kan kerjaan..” Yuuya senyam-senyum

Padahal waktu pemotretan Yuuya yang mengusulkan pose-pose itu sendiri sama teman-teman dan fotografernya.

Apakah Akira dan Yuuya pacaran? Menurut kalian?

The Beautiful Me # 2

Jam istirahat Yuuya duduk ditaman bersandar punggung Akira

“kau apa ngga punya kegiatan lain selain mengikutiku?” tanya Akira sambil membaca

“temanku kan kamu, aku pengen sama-sama kamu saja, oh ya, gimana novel yang kemarin kita beli? Bagus?”

“hm.. kau... mau baca?”

“ngga, aku ngga suka baca buku, bikin ngantuk” Yuuya mainan HP, tiba-tiba dia kepikir sesuatu

Grusak! Grep! Yuuya memeluk Akira dari belakang

“ayo kita foto” Yuuya mengarahkan Hpnya

“e.... tunggu, aku ngga mau”

“ayo.... masa ngga mau foto denganku, ayo.. say cheese..” Yuuya tetap merangkul Akira dan menempelkan pipinya pada Akira

Cekrek! “hei.. kau ini”

“aku simpan ya, lihat nih.. bagus kok, tapi matamu ngga kelihatan ha.ha.ha” Yuuya menunjukkan foto itu sambil memeluk Akira

“jelek, hapus saja” Akira mau merebut HP Yuuya tapi dia menjauhkan Hpnya

“lihat, mereka akrab banget ya, kayak sudah berteman lama saja, Saotome ngga sombong ya, meskipun dia model terkenal” kata siswi kelas lain waktu lihat mereka.

Pulang sekolah Yuuya seperti biasa mengikuti Akira dari belakang meskipun mereka sudah resmi berteman karena sebenarnya arah kantor management Yuuya berlawanan biasanya Yuuya cuma mengikuti sampai pertigaan, begitu Akira hilang dari pandangan dia akan balik arah dan pergi ke tempat kerjanya.

Yuuya berlari dan... Grep! Menggelayuti lengan Akira

“aku mau ikut ke rumahmu”

“apa? memangnya kamu ngga kerja?”

“ngga kok, pemotretan nanti malam, boleh ya?”

“ngga, buat apa ke rumahku”

“aku mau lihat rumahmu kan, boleh ya?” Yuuya merangkulkan tangannya ke leher Akira dari samping

“lepas, ini kan jalanan, banyak yang lihat tahu”

“ngga mau, sebelum kau setuju”

Orang-orang di pertigaan melirik mereka, banyak murid sekolah yang juga baru pulang

“wah.. ada cowok-cowok cakep pacaran ya, lucu ya lihatnya” bisik mereka

“Saotome... lepas” Akira berusaha menarik tangan Yuuya dari lehernya tapi kuat menahan tangannya sambil senyam-senyum

“kalau aku boleh main akan kulepas”

“e....” Akira kehabisan kata-kata “iya, baiklah.. sekarang lepaskan”

Yuuya melepas tangannya dari leher Akira

“dia itu... suka banget sih peluk-peluk orang, emang ngga masalah ya kalau orang menganggapnya aneh” Akira berjalan di belakang Yuuya “heeh... aku juga bodoh, ngga bisa menolak dia, kenapa sih aku ini”

“ayo cepat.. kenapa jalannya lamban begitu” Yuuya menarik tangan Akira

Sampai di rumah Akira

“okaeri..” ibu Akira membukakan pintu dan bengong melihat Yuuya menggelayuti lengan Akira

“dia temanku bu, Saotome Yuuya”

“salam kenal” Yuuya membungkuk sambil tangannya masih menggelayuti lengan Akira

“wah... silahkan masuk, kau tampan sekali ya, masuklah, kau mau minum sesuatu?” dalam sekejap ibu Akira pun terpengaruh daya pikat Yuuya

“ngga usah bi, aku mau ke kamar Akira saja, kami permisi” Yuuya menarik Akira “mana kamarmu?”

“e....” lagi-lagi Akira ngga bisa berkutik

“wah... ini kamarmu ya” Yuuya melompat duduk di tempat tidur “senangnya bisa maen kesini” Yuuya tiduran “apa aku boleh menginap?”

“e?? ngga, kau ini.. jangan main-main, kau itu kan ada kerjaan”

“kalau libur?”

“e...” Akira diam berpikir

“boleh kan?” Yuuya melompat merangkul Akira dari belakang

“heeh....” Akira menarik nafas “ngga boleh” Akira melepas Yuuya “kalau kelakuanmu begini terus aku ngga mau kamu tambah dekat denganku”

“lagi-lagi bahas soal itu, kan aku bilang aku memang begini orangnya”

“kenapa kamu cuma begini sama aku, kamu bilang ngga punya masalah berteman dengan banyak orang tapi kenapa cuma aku yang kau perlakukan begini”

“karena kau itu temanku”

“tapi yang lain juga temanmu kan, kalau dengan orang lain kau juga begini aku ngga akan protes meskipun aku tetap ngga suka”

“yang lain itu kan cuma teman sekolah”

“memangnya apa bedanya?”

“tentu saja beda, karena aku cuma akan begini sama kamu” Yuuya merangkul Akira lagi, tapi kali ini dari depan, jadi seperti posisi berdansa.

Akira cuma memandang Yuuya, sudah ngga bisa ngelawan

“Saotome”

“eh?” Yuuya menatap mata Akira langsung tanpa canggung dan segan padahal jarak mereka sangat dekat

“kau.... bukannya ngga normal kan?”

“eh?” Yuuya diam sejenak “ha.ha.ha.. kau sampai berpikir begitu?” Yuuya ketawa sampai membungkuk dan memegangi perut

“hei.... ngga usah sampai segitunya kan, emangnya lucu apa?”

“kan sudah kubilang, memang begitu cara bertemanku tapi cuma sama orang yang kuanggap bisa berteman, aku ngga bisa terlalu akrab dengan sembarangan orang, kau tahu sendiri aku ini model, kalau murid-murid cewek biasa aku perlakukan begitu bisa ditebak gimana jadinya? mereka pasti akan jatuh hati padaku kan, kalau sembarang murid cowok kuperlakukan begitu? Nngga mungkin, karena aku cuma mau begitu sama cowok cakep, sepertimu” Yuuya memandang Akira

“e...” Akira ngga bisa membantahnya

“jadi ngga usah ngerasa yang aneh-aneh”

“mana mungkin ngga ngerasa aneh, aku kan bukan kamu” gerutu Akira

“kalau kamu ngga percaya dengan ceritaku kau ikut saja ke studio pemotretan biar ketemu dengan teman-temanku” Yuuya mengambil tasnya “dan satu lagi” Yuuya menoleh “bukannya aku sudah bilang agar kau memanggilku Yuu saja, teman-teman kerjaku juga memanggilku begitu, okey? Aku pergi dulu, daa.... Akira” Yuuya mendekat. Cup! Yuuya mencium pipi Akira dan pergi.

“e...” Akira masih shock “haah..” dia terduduk di kursi belajarnya

Akhirnya Akira ikut ke tempat kerja Yuuya

“hai Yuu!” dua orang model cowok dan seorang model cewek menyapa Yuuya, Kamenashi Kazuya, Akanishi Jin dan Toda Erika

“hai..” Yuuya memeluk mereka satu persatu “kalian berdua kemana saja, baru kelihatan, sibuk syuting drama ya?” Yuuya menggelayuti pundak Jin tapi dia terlihat biasa saja bahkan tangannya merangkul ke pinggang Yuuya

“iya nih, kangen sama wajah cantikmu Yuu” Kazuya mengusap rambut Yuuya

“tentu saja, eh aku ganti kostum dulu ya, tunggu disini” Cup! Yuuya mencium pipi Jin dan pergi ke ruang ganti dengan dresser

“e...” Akira bengong melihatnya

Yuuya melakukan pemotretan sambil bercanda-canda, dia berpose memeluk Kazuya sambil melihat ke arah depan

“wah... seksi.... penggemarmu pasti menjerit melihat foto itu nanti” kata Erika

“ha.ha.ha..” Kazuya dan Yuuya ketawa “gimana kalau sama Erika, aku yakin semua penggemarmu akan menangis melihatku mencengkerammu” Yuuya mendekati Erika

“tunggu Yuu...” Erika ditarik Yuuya

Yuuya menaikkan Erika ke atas kursi yang dipakai untuk pemotretan, kepalanya sebatas pinggang Erika lalu dia memeluk pinggang Erika dan menempelkan kepalanya diperut Erika

“iya benar, cowok-cowok penggemar Erika pasti menangis kalau lihat foto itu” kata Jin dan dia ketawa juga dengan Kazuya dan para krew

“jangan lakukan itu.. aku mohon...”

Selesai pemotretan dan mau pulang

“nanti telpon aku ya” kata Yuuya

‘iya sampai jumpa”

“ciumnya?” ucap Yuuya sambil menyodorkan pipinya. Cup! Kazuya mencium pipi Yuuya “Jin juga dong”

“kau ini..” Cup! “daah..” mereka pergi

“ayo kita pulang” Yuuya mengajak Akira

“aku pulang sendiri saja”

“apa ngga apa-apa?”

‘aku ini kan cowok, tentu saja ngga apa-apa”

“ya sudah, sampai besok”

“hm” Akira berbalik

“tunggu...” Yuuya menarik tangan Akira “aku... mau kau menciumku”

“eh?” wajah Akira heran

“seperti yang kau lihat kan, mereka juga begitu padaku, jadi bukan hal yang aneh kan”

Akira ragu, tanpa peduli Akira yang merasa segan Yuuya menyodorkan pipinya begitu saja dan Akira masih diam, beberapa detik beberapa menit Akira tetap diam

Yuuya berbalik dan menatap Akira dengan wajah yang beda dari wajah cerianya atau tatapan menggodanya “kamu ngga mau?” nadanya juga berubah kesal

“e...” Akira kaget, dia melihat tatapan kesal Yuuya dan anak dihadapannya itu memalingkan muka dengan wajah cemberut “e... iya aku mau”

“eh?” Yuuya memandang Akira “benarkah?” wajahnya kembali tampak senang “kalau begitu” Yuuya menyodorkan pipinya sambil senyum

Cup! Akira pun mencium pipinya

“he.. selamat malam.. Akira” Yuuya senyum lalu pergi


Yuuya dan Akira semakin akrab, dan Akira sudah ngga begitu memperdulikan keanehan Yuuya. Hari minggu Yuuya ngga ada jadwal pemotretan, dia jalan-jalan dengan Akira ke taman bermain, Yuuya mengikat rambutnya dengan meninggalkan rambut di sisi samping dan poni, dia memakai handband dan cincin perak di jari manisnya, anting disatu telinganya dan sepatu panjang dengan celana tiga perdelapan, kalau diluar penampilannya sangat trendy.

“kau mau naik rollercoaster?” tanya Yuuya

“kau berani?”

“tentu saja aku ngga ikut, nanti dandananku berantakan”

“apa?”

“ya sudah kita jalan-jalan saja”

“ngga mau, aku mau naik rollercoaster, kau jalan-jalan saja sendiri”

“ngga mau” Yuuya menarik tangan Akira dan menggandengnya, mereka jalan-jalan melihat anak-anak yang menikmati permainan sambil terus bergandengan.

“Yuuya...” tiba-tiba cewek-cewek datang mengerubung “wah benar Saotome Yuuya, boleh minta tanda tangan? Aku suka sama Yuuya, Yuuya cakep banget, aku koleksi semua photobook Yuuya, foto-fotonya cantik-cantik”

“tentu saja” Yuuya melayani semua penggemarnya dengan senyum

“boleh foto ngga? Sama dia juga, apa dia artis pendatang baru?” cewek itu menunjuk Akira

“maaf aku bukan artis” kata Akira

“tentu saja boleh, kita foto sama-sama” Yuuya memeluk lengan Akira

Setelas foto para penggemar Yuuya pergi

“aku cantik kan” kata Yuuya pada Akira

“kau itu kan cowok, kok suka banget sih dibilang cantik”

“memangnya kenapa, kalau orang lebih suka melihatku begitu aku juga dengan senang hati menerimanya, aku cuma mau membuat orang senang, karena kalau aku melihat orang yang senang karenaku aku juga akan merasa bahagia, makanya aku suka pekerjaanku” Akira melihat senyum tulus Yuuya


Sudah lebih dari dua bulan Yuuya sekolah di sekolah barunya

“lihat berita ini” cewek-cewek di kelas 2-3 ramai, semua berkumpul.

Mereka melihat majalah, ada foto Yuuya memeluk seorang cewek, dia memeluknya dengan mesra dari belakang dengan tatapan cowoknya.

“ngga nyangka Saotome bisa juga punya tatapan cool begitu, kukira dia selalu bertampang cantik saja” kata Manabu

“disini dibilang mereka pacaran”

“hah? Saotome? siapa model ceweknya?” mereka jadi penasaran dan lebih melihat foto itu dengan jelas

“Ueto Aya”

“hah??? Artis ngetop itu..”

Akira juga melihat majalah itu

“selamat pagi” Yuuya masuk kelas

“Saotome sini...” mereka memanggil Yuuya “apa benar kalian pacaran?” tanya mereka langsung

“eh?” Yuuya melihat majalah yang sedang mereka baca “oh.. ya, kami pacaran, kenapa?”

“haaa... Aya-san...” , “kau merebut Aya.. padahal kau juga sudah foto-foto sama Erika-chan” cowok-cowok heboh

“ha.ha.ha. itu kan kerjaan” Yuuya ketawa lepas

“terus Suwa gimana?” tanya cewek-cewek

“eh? Akira?”

“kukira kalian pacaran” , “iya”

“apa!” Akira melonjak “kau lihatkan, aku jadi dipandang aneh gara-gara kelakuanmu” Akira sudah di belakang kelas berbicara empat mata dengan Yuuya

“aduh.. jangan marah dong, yang penting itu kan ngga benar, aku kan punya pacar, mereka saja yang ngga tahu kan”

“tapi aku yang ngga bisa punya pacar gara-gara pandangan mereka”

“eh? kau pengen punya pacar? Mau kukenalkan dengan teman modelku?”

“ngga usah, ngga tertarik”

“he.. baguslah, aku juga ngga mau kau punya pacar”

“apa?”

“kau itu kan punyaku” Yuuya merangkulkan tangan ke leher Akira posisi favoritnya, dia menatap Akira dari dekat “cium aku”

“eh?’

“aku mau bolos sekolah, hari ini ada kerjaan, menejer sudah ijin ke sekolah, jadi aku mau pulang sekolah, cium aku” Yuuya menyodorkan pipinya

“e...” Akira masih segan tapi Yuuya menunggunya. Cup! Akhirnya Akira mencium pipi Yuuya

“daa..” Yuuya melambai dan pergi

“heeh... sudah sejak sebulan ini dia begitu padaku, apa ngga apa-apa ya aku melakukannya, tapi aku juga ngga bisa menolak dia sih, dia itu seperti magnet selalu menarik daya pikirku hingga aku ngga bisa nolak kemauannya”


The Beautiful Me # 1

Cerita ini dibuat dengan inspirasi Kim Heechul Super Junior, wat yang suka SuJu pasti tahu banget sisi cewek Heechul dan hobinya yang suka ngeKiss cowok-cowok sesama anggota SuJu. Jadi ngga akan kaget baca Story ini. Kalau kalian berpendapat ini Shounen ai ya boleh tapi kategorinya cuma soft cake *kategori kubuat sendiri, maksudnya cinta yang lembut dan datang tanpa adegan2 berbahaya*, tapi awalnya aku bikin cerita ini cuma dengan pedoman Bishounen aja alias cowok cantik, bukan atas dasar Shounen ai. Silahkan kalian baca dengan imajinasi kalian masing-masing.

Nama-nama artis yang dipakai selain tokoh utama adalah nama-nama artis asli, kalau kalian suka J-artis pasti kenal.

================================================


Saotome Yuuya adalah cowok manis, yang setengah cewek, dia suka banget tampil manis dengan mendandani dirinya dengan segala macam atribut yang bisa menonjolkan sisi kecantikannya, tapi bukan berarti dia tampil dengan dandanan cewek total. Dia cuma suka mendandani rambut, atau memakai anting, kalung, gelang, cincin dan suka merapikan kuku serta alisnya, itu artinya dia akrab dengan salon.

Dia memanjangkan rambutnya hingga melebihi kerah rambut yang tentu saja dilarang sekolah, ngga ada cowok lain yang punya rambut sepanjang itu meski cuma sebahu, dengan gaya rambut harajuku dan dicat coklat, dengan poni di bagian samping depan, bibirnya emang sudah merah jadi ngga diglose juga sudah manis, kulitnya putih dan mulus, lehernya kecil dan badannya juga kerempeng untuk ukuran cowok jadi makin membuatnya kelihatan kayak cewek. Kakinya dan pinggangnya ramping.

Dia juga model majalah dan sering didaulat untuk berdandan cantik, bukan berarti bajunya pake baju cewek cuma make upnya saja.

Yuuya pindah sekolah dan belum punya teman, saat masuk kelas barunya “wah... ternyata disini ada cowok cakep” ucap Yuuya waktu lihat Suwa Akira.

Mungkin ini kejelekan Yuuya juga, dia juga suka sama cowok cakep. Akira adalaha cowok cool, tipe cowok pendiam dan pintar.

“aku mau duduk di sebelah dia” Yuuya menunjuk Akira “bisa kan sen-sei..” Yuuya melemparkan senyum manisnya pada Reiko-sensei

“iya, tentu saja.. silahkan” dan dengan mudah Reiko sensei terpengaruh daya pikat Yuuya

“permisi” Yuuya tersenyum sama cowok yang duduk disamping Akira, dia pun menyingkir tanpa protes, Yuuya duduk “hai..” dia senyum sama Akira, tapi Akira cuek.

Bel istirahat bunyi, Akira keluar kelas, Yuuya mengikuti dia

“apa?” Akira berbalik dan bertanya dengan judes

“he.. he.. boleh tahu namamu?” Yuuya senyum dengan wajah manisnya “nama... kita kan teman sebangku, ayo katakan siapa namamu” Yuuya mendekatkan wajahnya kesamping wajah Akira

“Suwa, Suwa Akira”

“Akira... nama yang bagus”

“siapa yang bilang kau boleh manggil seenaknya”

“kenapa, jangan dingin begitu, kau juga boleh memanggilku dengan Yuu saja, okey?” Yuuya mengedipkan mata

“dasar cowok aneh” gumam Akira

Hari ini juga Yuuya mengikuti Akira ke kantin

“hmm.. enak” Yuuya makan di depan Akira “mau coba punyaku, ebinya enak” Yuuya mengulurkan tangan buat nyuapin Akira

“apa-apaan sih” Akira menolak lalu makan dengan cuek

Hari berikutnya di toilet “kau sudah selesai?”

“hah!” Akira kaget Yuuya ada di depan pintu luar toilet begitu Akira keluar


Pulang sekolah Akira jalan sendirian, Yuuya mengikuti dari belakang. Langkah Akira terhenti, begitu juga Yuuya

“kenapa ngikutin aku terus” Akira berbalik

“eh? a.. ha.. ha.. ketahuan ya” Yuuya nyeringis “aku pengen pulang bareng Akira” Yuuya merangkul lengan Akira

“kau ini apa-apaan sih”

“ayo jalan” Yuuya menarik lengan Akira

“lepas” Akira melepas rangkulan Yuuya “kalau mau mesra-mesraan kenapa ngga cari teman cewek saja, kau itu aneh banget tahu ngga sih”

“kok aneh sih, aku suka kamu kok, makanya aku mau jadi temanmu, memang begini cara bertemanku, memangnya kenapa?” Yuuya memandang Akira dengan tatapan serius beda dengan tatapan menggodanya yang biasanya

“aku ngga mau berteman dengan orang aneh” Akira berjalan meninggalkan Yuuya.

Saaa!!! Hujan deras tiba-tiba turun “ah.. sial” Akira berlari dan berteduh di salah satu teras rumah “eh?” dia ngga sengaja menoleh ternyata Yuuya masih ngga bergerak dari tempatnya berdiri, dia kehujanan.

Beberapa detik, beberapa menit Akira melihat Yuuya masih ngga beranjak

“dia itu apa-apaan sih” akhirnya Akira menyusul dengan berpayung tasnya.

Akira berhenti di depan Yuuya, dia lihat wajah Yuuya menunduk dan sedih “hei...” Akira memegang lengan Yuuya “kau kenapa?” tapi Yuuya ngga juga bergeming “kamu ngga mungkin nangis cuma karena aku bilang begitu kan”

Akhirnya Yuuya menatap Akira, tapi tatapannya berbeda, tampak kesal, sedih, dan semuanya bercampur, matanya kelihatan berair. Dengan basah begitu pun Yuuya kelihatan cakep banget, tambah manis.

“sudahlah, cepat berteduh dulu” Akira menarik tangan tapi Yuuya ngga mau bergerak

“katakan dulu kau mau berteman denganku” ucap Yuuya

“eh?” Akira heran “heeh.. jadi kau begini cuma karena pengen aku jadi temanmu? kau ini manja ya”

“terserah kau mau bilang apa, aku cuma pengin kamu jadi temanku”

“e...” mereka sama-sama kehujanan “banyak orang lain kenapa mesti aku sih”

“aku cuma mau kamu”

Akira menatap mata Yuuya, Yuuya kelihatan kayak anak-anak manja yang keinginannya harus dituruti

“baiklah, aku akan jadi temanmu, kau puas?”

“benarkah?” Yuuya langsung tersenyum “sungguh?”

“iya, cuma berteman saja apa senangnya sih, kau itu benar-benar aneh”

“aku bahagia!” Yuuya memeluk Akira

“e...” Akira kaget

“mulai sekarang aku jadi temanmu dan kau jadi temanku”

“e... hei, tapi ngga perlu begini kan, lepas” tolak Akira

“he.. ayo kita pulang” Yuuya jalan dengan riangnya, wajahnya berubah jadi cowok manis yang ceria lagi “wah... bajuku basah semua, aku kehujanan sakit ngga ya” Akira melihatnya dari belakang


“sedang baca apa?” keesokannya Yuuya datang ke meja Akira, nempel-nempel di kepala Akira sambil lihat buku yang dibaca Akira “wah.. buku sejarah, membosankan, gimana kalau kita cari novel saja, kau suka sastra kan, kau pasti suka semua pelajaran”

“aduh, kau ini apa-apaan sih, menyingkir sana” Akira menolaknya, ternyata semua teman juga lihat mereka “sudah duduk sana”

“kalian dekat ya, apa sudah saling kenal?” tanya Takagi teman cowok

“iya dong, kami kan teman” Yuuya merangkulkan tangannya ke leher Akira yang masih duduk

“e....” Akira memandangnya “Saotome, kau ini bisa ngga sih bersikap normal”

“kenapa, kan sudah kubilang, beginilah cara bertemanku”

Cewek-cewek melihat mereka dengan pipi memerah

“kalau begitu sama yang lain saja, mereka juga temanmu kan” kata Akira, Yuuya masih ngga lepasin tangannya

“temanku cuma Akira, aku bilang kan, aku cuma mau berteman denganmu”

“e....” Akira menatapnya, Yuuya tersenyum “maksudmu kamu ngga suka ngobrol dengan banyak orang?”

“ngga juga, aku mau mengobrol dengan semua orang kok”

“e... jadi maksudmu tadi itu apa”

“sudah cukup dong... kalian kelihatan kayak orang pacaran tahu.... malu nih lihatnya” kata Sawaki teman cewek

“eh” Akira melihat Yuuya dan sadar dia masih dipeluk Yuuya “lepas, kau ini, kan sudah kubilang kau itu aneh, lihat kan orang juga melihat kau itu aneh, kalau kau ngga mau berhenti buat yang aneh-aneh aku ngga mau jadi temanmu”

“iya baik, jangan marah, kau itu jelek kalau marah loh”

Jam istirahat “mau coba, enak loh” Yuuya mau menyuapi Akira

“iya tahu, aku kan sudah dua tahun sekolah disini, makan saja sendiri”

“he...” Yuuya senyum sambil makan

Di koridor “murid pindahan yang baru itu model kan, Saotome Yuuya, senangnya ada model yang sekolah disini” obrolan siswi-siswi di samping tangga

“dia cakep banget, dia juga deket sama Suwa, murid rangking umum itu, mereka sama-sama cakep” kata cewek kedua

“ngomong-ngomong soal mereka ada yang ngga biasa loh, aku lihat Yuuya sangat akrab sama Suwa padahal mereka baru kenal” kata cewek ketiga

“emang apanya yang ngga biasa? Bagus kan dia bisa menyesuaikan diri dengan teman barunya” kata cewek pertama

“tapi dia sangat dekat, bisa dibilang lengket banget, kemana-mana selalu bareng Suwa, dan kadang memeluk-meluk gitu, bisa dibilang mesra deh”

“wah.. lucu juga sih tuh, kalau ada sepasang cowok cakep begitu saling mesra-mesraan”

“yang benar? Wah.. aku jadi pengen lihat nih”

“orang bodoh itu.... aku jadi bahan gosip aneh macam itu” Akira mendengar dari tangga, lalu dia ngga jadi naik.

“Toguchi, namamu Toguchi kan, jadwal piketku diganti bareng sama Akira ya” Yuuya tersenyum ramah

“e... tapi..” Toguchi ketua kelas

“eh? kenapa? ngga bisa?” Yuuya menoleh kanan kiri “Nishikawa-chan, Miyamoto-chan, Kihara-chan, Sato-chan, memangnya ngga boleh ya kalau minta tukar piket? Masa aku ngga boleh minta tukar piket” Yuuya mengadu pada teman-teman cewek yang sedang ada dibelakangnya

“e....” mereka kaget “dia tahu nama kita?” , “kukira dia cuma tahu nama Suwa” , “tapi kok dia bisa tahu nama-nama kita?”

“tentu saja, aku pinjam buku data kelas ini sama wali kelas, biar aku kenal dengan semua teman sekelasku”

“wah... dia baik juga ya” , “seorang model ngga mungkin mau berbuat begitu kan” , “kita sudah salah sangka ya, ternyata dia baik”

“gimana? apa ngga boleh tukar piket ya?”

“ah.. boleh kok... Toguchi biar saja Saotome tukar jadwal piket” , “iya, jangan jahat begitu sama teman sendiri”

“e... i... iya, iya deh, nanti aku bilang sama Manabu biar tukar piket”

“wah... makasih ya... Toguchi, kalian juga makasih ya, nanti aku kasih foto-foto terbaruku deh”

“benarkah?”

Dalam sekejap Yuuya jadi akrab dengan teman sekelasnya, Akira melihatnya dari pintu.

Yuuya dan Akira pulang bersama, mereka mampir di toko buku seperti yang dikatakan Yuuya tadi pagi

“yang ini bagus” Yuuya melihat-lihat novel

“kau suka novel?”

“ngga juga, tapi bisa memilih saja mana novel yang bagus, kau suka kan? mana pilihanmu?” Yuuya sangat perhatian sama Akira

“ini, ini juga, novel-novel samurai ini bagus, aku punya satu yang pengarangnya sama”

“kalau gitu beli saja semua”

“kau bercanda, uangku ngga cukup”

“ambil saja, biar aku yang bayar”

“hoi... buat apa, kau mau bayarin?”

“kita kan teman”

“tapi kita kan baru berteman berapa hari”

“tapi aku senang bisa berteman denganmu, ini hadiah pertemanan kita, kau mau kan menerimanya?”

“ngga”

“eeh...” Yuuya mengerutkan alisnya

“e... kenapa wajahmu begitu?” dan Yuuya diam saja “sama seperti waktu hujan itu, kau merajuk ya?” Yuuya ngga menjawab “iya, baiklah, lagipula ini untukku, tapi kenapa sih kamu yang bersikeras begitu, ini kan buat orang lain bukan buat kamu sendiri”

“karena aku senang melakukannya” Yuuya kembali tersenyum



Pagi-pagi kelas 2-3 kelas Yuuya sudah ramai, Akira masuk ke kelas

“ada apa sih?”

“ini, Minamoto beli majalah yang dibintangi Saotome, dia benar-benar cakep, iya kan teman-teman”

“iya...!!!” semua jadi fans Yuuya dalam waktu sekejap

“lihat juga sini, dia manis juga loh difoto ini, kayak cewek” Manabu, teman cowok Akira memperlihatkan salah satu foto Yuuya dengan background kain-kain putih berselampiran dan tanpa mengenakan baju dengan ditutupi siluet kain dibagian dadanya Yuuya memakai celana panjang putih dan memegang bunga mawar merah, tatapannya lembut dan bibirnya merah.

“ini juga Suwa” Kihara, teman cewek, menunjukkan foto Yuuya mengenakan kemaja dengan kancing berantakan dan celana kedodoran, backgroundnya kamar tidur dengan nuansa putih dan mawar putih

“cakep banget deh” , “ngga nyangka dia setampan ini” kata teman-teman cewek

“ternyata terkenal banget, waktu kubuka di website dia punya ratusan ribu penggemar dari seluruh jepang” kata Toguchi, Akira melihat-lihat semua foto Yuuya

“selamat pagi!!!” Yuuya masuk kelas

“Saotome, selamat pagi” sapa teman-teman cowok

“hei aku punya ini, apa kalian mau?” Yuuya memberikan foto-fotonya pada teman-teman cewek sekelas

“wah... ini foto-foto Saotome?”

“iya, kemarin baru pemotretan, kurasa majalahnya sudah beredar hari ini”

“iya kami sudah beli”

“wah.. benar kah?”

“tapi kenapa Saotome mau membawakan ini untuk kami?”

“eh? kenapa? kan sudah kubilang kemarin aku akan bawakan untuk kalian kan, iya kan kan Nishikawa-chan”

“oh ya... terimakasih ya, benar-benar dibawakan”

“tapi cuma buat cewek-cewek” keluh teman-teman cowok

“jangan khawatir, aku juga sudah bawa buat kalian, foto-foto Toda Erika”

“wah.... serius?” , “mana?” , “wah...” mereka semua antusias

“tapi itu kuambil dari fotografer, kalau Erika tahu dia bisa marah-marah” kata Yuuya

“wah... kau hebat ya bisa berteman sama Erika-chan yang imut itu...” semua gembira dengan hadiah Yuuya

“hei Suwa, kamu ngga kebagian?” tanya Mizushima teman cowok

“ngga usah, iya kan? apa Akira juga mau?” Yuuya merangkul leher Akira

“siapa bilang... aku ngga suka artis-artis jadi ngga butuh foto-foto begitu, kau juga lepaskan tanganmu, sudah kubilangkan orang-orang bisa salah paham”

“ah.. ngga juga, kalau diperhatikan kalian lucu kok kalau mesra-mesraan gitu, iya kan” , “iya, jadi ada pemandangan baru, lagipula Saotome dan Suwa sama-sama cakep”

“kalian ini, baru dikasih foto saja sudah mendukung dia begitu”