Friday, June 18, 2010

Short Story: Mamoru&Yuu Part 2

Pada cerita sebelumnya Yuu bersikeras mengikuti Mamoru ke tempat kerjanya, meski dicuekin kayak apapun Yuu pantang menyerah, dia masuk ke restoran dan duduk di salah satu meja
“kalau jadi pelanggan dia ngga mungkin mengusirku kan”
Dan sampai jam 5 sore, satu jam sudah Yuu makan pesanan pertamanya, setelah habis dia memanggil pelayan “aku pesan ice cream ya, tolong pelayan itu yang antar kesini” kata Yuu sambil menunjuk Mamoru.
“Michida ini pesanan untuk meja 15”
“eh?” Mamoru heran, tapi diantarkannya ke meja Yuu
“terimakasih” Yuu lagi-lagi tersenyum ceria
Jam 6 setelah 1 jam Yuu baru menghabiskan ice creamnya “aku pesan ramen ya, tolong dia lagi yang antarkan ya”
“baik, silahkan tunggu” restoran yang seperti kafe itu menyediakan menu desert seperti cake dan ice cream juga menyediakan mean course makanan utama, mie dan lainnya.
Mamoru mengantarkan pesanan “sampai kapan kamu mau makan disini?”
“sampai aku ngga kuat makan lagi”
“sebaiknya kau cepat selesaikan makanmu dan pulang”
“hee? aku kan disini sebagai pelanggan, masa diusir sih”
“kau ini makan satu menu saja sampai satu jam apa itu sengaja? Dan lagi kau sudah pesan berapa kali, apa itu normal untuk ukuran pelanggan”
“aku memang makannya banyak kok, nah selamat makan” Yuu menyantap ramennya
“heeh” mamoru cuma menarik nafas dan pergi ke dalam
“dia pacarmu ya?” tanya teman kerja Mamoru, pelayan di restoran itu semuanya cowok
“eh?” Mamoru cuma menoleh dan diam
“oh bukan ya? tapi dari tadi ngga pulang-pulang dan selalu meminta kamu yang antar pesanan, apa jangan-jangan dia suka sama kamu dan ngejar-ngejar kamu karena kamu cuekin dia?”
“heeh” Mamoru cuma menarik nafas
“rupanya benar, senang ya, dikejar-kejar cewek cakep begitu”
‘jadi dia benar suka sama Michida?” yang lain juga nimbrung
“dia cakep ya, senyumnya mempesona, bikin deg-degan”
“berisik, jangan berpendapat sembarangan tentang orang lain” Mamoru pergi ke kasir menggantikan yang lain
“kenapa sih, katanya bukan ceweknya kok dia marah kita memuji cewek itu”.
Yuu makan dengan nikmat, Mamoru mengamatinya dari kasir “sebenarnya aku kenyang banget nih, tapi harus bertahan sampai dia selesai kerja” pikir Yuu, habis sudah ramen yang dipesan Yuu.
Pada jam 7 “tolong pesan minuman ya dan yang antar...”
“Michida kan?”
“he..iya, terimakasih” Yuu menunggu
“nih, antar sana”
“aku lagi jaga kasir” tolak Mamoru
“biar aku yang gantiin, sana, jangan sampai pelanggan kecewa, tar bos marah” akhirnya Mamoru mengantar minuman
“kenapa pesan minumannya ngga sekalian waktu pesan ramen?” tanya Mamoru pada Yuu saat mengantar minuman
“ngga papa kan, terserah aku kan”
“kau sengaja ya? mau apa sih? Menungguku selesai kerja?”
“wah... kau sangat pengertian, aku jadi makin suka sama kamu, he..” Yuu meminum jusnya
“heh” Mamoru cuma memandangnya heran lalu masuk.
Jam 8 kerjaan Mamoru selesai juga, minuman Yuu juga habis
“nona, Michida keluar lewat belakang, jadi kau pergi sekarang saja” kata teman Mamoru datang ke meja Yuu
“oh.. terimakasih, ini uangnya” Yuu langsung pergi
“eh.. ini lebih nona, tunggu” tapi Yuu sudah pergi “uangnya besar banget, kembaliannya kan banyak, ya sudah lah besok mungkin dia kesini lagi”
Mamoru sampai di bar “hah? Ngapain dia kesana?” Yuu berhenti dari jauh melihat Mamoru masuk bar “aduh, dia kerja ditempat begituan, kalau ketahuan sekolah bisa diskors, kalau ketahuan polisi bisa ditangkap, kalau sudah begitu bsia dikeluarkan dari sekolah, dia itu apa butuh banget uang ya, sampai mengambil resiko sebesar itu, emang sih kerja di bar untuk pekerja paruh waktu upahnya besar karena resikonya juga besar” Yuu menunggu diluar.
Sampai jam 10 Yuu berdiri di luar bar, bersandar tiang listrik “musim dingin sudah lewat tapi anginnya masih dingin” Yuu meringkuk, apalagi seragamnya rok mini, hidungnya mulai meler.
Jam 11 Mamoru keluar bar “eh?” Mamoru melihat Yuu yang menunggunya “heh, dia itu.... ngapain sih” Mamoru menghampirinya “kau tahu sudah jam berapa ini?!” suara Mamoru kencang “kamu ini cewek, pulang sana” katanya sambil melotot
“iya, aku tahu, ngga baik cewek keluar sampai malam”
“terus kenapa masih disini?”
“cuma pengen tahu saja, jam berapa kamu selesai kerja, kalau nanya kamu ngga mungkin mau jawab kan”
‘kau gila”
“iya memang banyak yang bilang begitu sih, jadi sudah merasa seperti pujian, makasih atas pujiannya”
“heeh sudahlah, percuma ngatain kamu kayak apapun, kau itu... selalu menganggap enteng semuanya dan ngga pernah marah”
“daripada marah-marah cepat tua nanti”
“sudah, aku harus pulang sekarang, ngga ada waktu bercanda denganmu” Mamoru pergi
“tunggu dong...” tapi Mamoru segera menghilang di tikungan.

“ohayou..” Yuu tersenyum ceria masuk ke kelas lalu duduk di bangkunya “hatchi!” dia bersin-bersin, Mamoru menoleh padanya
“Ohkita” teman-teman cewek Yuu datang mendekat, “Ohkita, katanya kamu suka sama Michida ya?”
“eh?” Yuu terjengah kaget “wah.. beritanya sudah menyebar ya, jadi malu nih”
“jadi itu benar?” mereka heboh “yang benar? dia kan dingin begitu” , “kamu pasti ngga ditanggepin kan?”
“iya sih, tapi kalau sudah suka apa boleh buat”
“apa ngga papa dicuekin begitu, kemarin ada yang lihat kamu dicuekin di jalanan”
“ngga apa-apa kok, aku saja yang keras kepala, dia bilang ngga suka tapi aku tetap mengejarnya”
“yang benar saja, tapi tetap saja dia ngga boleh begitu kan” , “kamu ini baik banget sih, masih mau deketin dia meskipun dia cuek begitu”
“ngga papa kok, hatchi!”
“kamu sakit ya?”
“ngga cuma bersin saja kok” hari ini Yuu ngga mendekati Mamoru dan sepanjang hari diam di tempat duduknya, Mamoru yang tempat duduknya dibelakang dapat mengamatinya.
Begitu bel pulang Mamoru keluar, Yuu cuma melihat “hari ini ngga bisa deketin dia, lebih baik cepat pulang dan istirahat biar cepat sembuh, baru bisa deketin dia”
Hari berikutnya, Yuu masih sakit, hari ini malah tambah parah, dia memakai syal, saat istirahat Yuu berdiam di taman sambil melamun
“ini” Mamoru meletakkan uang di depan Yuu
“apa ini?”
“uang kembalian waktu kamu makan kemarin lusa”
“oh.. ngga usah, ngga papa kok”
“jangan menganggap uang ini ngga berarti, satu yen pun uang itu sangat berharga, kamu ngga akan pernah tahu karena ngga pernah ngerasain susahnya cari uang” Mamoru beranjak pergi, Yuu hanya bisa menatapnya, baru kali ini wajahnya ngga ceria “huuh” Yuu menghembuskan nafas berat, keringatnya mengucur
Bruk! Lalu dia pingsan. Mamoru menoleh “eh?!” dia sangat terkejut dan segera berlari mendekati Yuu.
Di ruang kesehatan sampai jam pulang Yuu belum juga sadar, hingga hari menjelang petang baru dia bangun “lama banget sih tidurnya” Yuu kaget lalu menoleh, Mamoru duduk di samping ranjang
“kenapa gelap?”
“tentu saja, ini sudah jam 6”
“apa? kenapa kau masih disini, bukannya harus kerja”
“karena kamu pingsan kan”
“tapi kau kan bisa tinggalkan aku, bukannya biasanya juga kamu ngga perduli”
“jangan bilang seolah-olah aku ini ngga bertanggungjawab, kamu sakit karena menungguku kan, aku ngga mau berhutang jadi ini sebagai pembayarannya”
“kau ini, siapa yang menganggapmu berhutang, aku menunggumu karena kemauanku, ngga ada yang menyalahkanmu atas sakitku ini” Yuu bangun “aduh”
Bruk! tumbuhnya limpung karena masih pusing tidur terlalu lama, Yuu jatuh tapi Mamoru memeganginya “maaf menyusahkanmu” Yuu menengadah “eh” Yuu kaget menatap wajah Mamoru, disinari senja yang menembus tirai jendela wajah Mamoru terlihat seperti lukisan, mereka bertatapan
“apa dengan begini bisa pulang sendiri” kata Mamoru sambil menatap Yuu
“antarkan aku...” kata Yuu dengan wajah hampir menangis
“eh? kau ini kenapa? tiba-tiba..”
“kau jahat sih, selalu cuek padaku, aku kan bilang aku suka kamu, tapi kamu malah tega membiarkanku kedinginan diluar malam itu”
“memangnya aku tahu kamu nungguin aku disana, lagian kamu sendiri yang bilang ini bukan salahku karena kamu yang mau menungguku kan”
“iya, tapi kamu kan cowok, masa ngga ngerasa apa-apa”
“sudah cukup, panasmu berapa sih, ngomongnya jadi ngaco begitu, ayo pulang” Mamoru menggandeng Yuu keluar sekolah, mereka naik taksi.
Sampai di depan rumah Yuu yang besar berpagar kayu “ini uangnya, sekalian untuk mengantar dia kembali ke tempat yang tadi ya paman” kata Yuu sambil membayar
“hei, apa maskudmu, mau membayariku?”
“cuma memanfaatkan uang kembalian yang kamu kasih, kan ngga boleh disia-siakan kan, makasih ya, daa..” Yuu tersenyum ceria
“eh” mamoru memandangnya, Yuu masuk ke rumah “dia itu...”
“aku pulang” Mamoru masuk ke mansion tempat tinggalnya
“selamat datang, kakak ngga kerja?”
“tadi ada urusan jadi minta libur kerja di restoran, nanti berangkat kerja malam kok”
“kalau gitu aku masak sekarang”
“gimana kalau kakak saja yang masak, Suzua belajar saja”
“benarkah? Wah asik bisa makan masakan kakak” Mamoru memasak di dapur, lalu mereka makan bersama “senangnya bisa makan bareng kakak, soalnya kakak sibuk sekali”
“maaf ya, kamu kesepian ya?”
“ngga papa” Suzua adik Mamoru itu masih 13 tahun kelas 2 SMP, mereka hanya tinggal berdua karena orang tua mereka sudah meninggal, Mamoru harus kerja demi membiayai uang sekolah dan biaya hidup mereka, tapi karena sekolah memberikan beasiswa pada siswa berprestasi jadi lebih meringankan beban Mamoru yang selalu meraih peringkat teratas
“kalau saja usia SMP boleh kerja paruh waktu, aku ingin sekali membantu kakak biar kakak ngga perlu pulang malam terus dan telat tidur”
“jangan bicara yang ngga ngga, yang perlu kamu lakukan cuma belajar, jangan pikirkan hal yang lainnya, mengerti?” ucap Mamoru tegas
“iya” Suzua menurut, sambil menunggu jam 10 Mamoru belajar dan Suzua pergi tidur “kakak jadi terlalu sibuk memikirkan hidup kami, sampai melupakan kehidupannya sendiri, harusnya masa-masa SMU itu menjadi masa yang paling menyenangkan, kakak bisa punya pacar dan jalan-jalan” Suzua memandang Mamoru
“kenapa masih belum tidur?”
“aku sudah mau tidur kok, selamat malam”
“selamat malam” Mamoru membelai kepala Suzua
“ohayou...” Yuu masuk kelas dengan ceria, dia menoleh ke bangku Mamoru dan melihat Mamoru sedang memandangnya “he..” Yuu tersenyum, lalu Mamoru berpaling kembali menekuni bukunya.
Jam 11 malam Mamoru pulang dari bar, dari jauh Yuu mengikutinya hingga ke mansion tempat tinggal Mamoru “jadi dia tinggal disini ya” Yuu keluar dari persembunyiannya melihat Mamoru membuka pintu, lalu Yuu berbalik dan beranjak pergi
“eh” Mamoru melihatnya dari atas.
Paginya ada praktek pelajaran kimia “carilah pasangan praktek kalian, setelah itu pergi ke lab” kata sensei lalu pergi
“aku sama kamu ya” , “denganku saja ya” , “kita pasangan ya” semua sibuk mencari pasangan, Mamoru langsung keluar kelas sendirian
“eh” semua heran “yah, dia ngga mau sama-sama orang lain sih” , “biarin aja sendirian” kata cowok-cowok
Lalu semua murid pergi ke lab, disana Mamoru sudah duduk di meja lab di pojok, Yuu menghampirinya “ayo kita bekerjasama” ucap Yuu ceria
“wah Ohkita menemaninya” , “cih, beruntung banget dia, Ohkita suka padanya” , “tapi dia itu ngga bersyukur, Ohkita dicuekin aja, berani banget dia bertingkah, biar aja ngga punya pacar seumur hidup” bisik cowok-cowok, cewek-cewek cuma menatap sedih
“padahal dia tampan ya, aku juga mau pacaran sama dia kalau saja dia ngga sedingin itu memperlakukan orang” kata mereka, yang diomongin cuek saja meskipun Yuu dan Mamoru mendengar pembicaraan mereka samar-samar
“gimana kalau dicampur sama yang ini?” kata Yuu mengalihkan perhatian Mamoru sambil mengacungkan tabung berisi cairan berwarna
“jangan sembarangan mencampurkan itu, bisa meledak”
“hah? masa sih? bisa meledak ya?” kata Yuu dengan wajah bengong, Mamoru cuma memandangnya “gimana kalau coba kita campurkan? hehe” Yuu tersenyum
“heh, terserah kau saja lah”
“haah? kau ini ngga bertanggung jawab, kau bilang bisa meledak kan, harusnya kau cegah dong” Yuu tiba-tiba ngomel-ngomel
“apa-apaan sih, kenapa tiba-tiba marah?”
“haah kau ini payah” Yuu cemberut sambil mencampur cairan itu.
Thub! Pesshh! Tiba-tiba tabungnya meletup dan mengeluarkan asap mengenai wajah Yuu, hidungnya berwarna biru-biru karena cairannya berwarna biru, Yuu mengibaskan tangannya menghilangkan asap
“he.. kubilang juga apa, lihat wajahmu” Mamoru tertawa kecil
“iya tahu, ngga papa kok asal bikin kamu ketawa” kata Yuu sambil membersihkan hidungnya
“eh” Mamoru langsung diam seketika
“lihat tadi?” , “iya, Michida ketawa, sama Ohkita” , “kok bisa ya? apa mereka pacaran ya?”.
Mamoru kembali menekuni eksperimennya “kuperingatkan kamu jangan mengikutiku lagi, kau ini stalker ya, mengikuti orang sampai rumah”
“eh? kau tahu ya?”
“aku ngga mau berurusan denganmu, jadi jangan dekat-dekat aku lagi”
“sudah kubilang aku suka kamu, jadi wajar dong kalau aku mendekatimu”
“tapi aku ngga suka sama kamu” Mamoru memandang Yuu
“heeh... sudah berapa kali kamu menolakku, kau ini ngga berbaik hati sekalipun ya” Mamoru cuek dan tetap melakukan tugasnya “aku suka, aku sangat menyukaimu, kalau kamu ngga percaya akan kukatakan lagi aku menyukaimu, dan akan terus kukatakan sampai kau percaya aku menyukaimu”
“hee??” semua murid bukannya melakukan tugas malah melihat tingkah Yuu
“berisik!” Mamoru berdiri “aku selesai” Mamoru membawa hasil laporannya ke depan “heeh... dia ngga percaya” Yuu menghela nafas
“Ohkita, kau ini naksir berat sama manusia es kayak Michida itu?” tanya cowok-cowok saat berjalan kembali ke kelas “dia itu sudah beruntung disukai Ohkita tapi masih ngga nerima juga, bikin kesal saja” kata cowok-cowok
“dulu ada yang nembak dia waktu kelas satu dan dia menolak mentah-mentah, dia bilang aku ngga tertarik untuk berpacaran, bikin cewek itu nangis, keterlaluan, sejak saat rumor itu menyebar ngga ada lagi yang nembak dia meskipun dia cakep kayak gitu” kata cewek-cewek juga.
Mereka sampai di kelas, Mamoru duduk diam dipojok, dibangkunya.

No comments:

Post a Comment