Saat jam makan siang
“ayo kita makan siang” ajak Kira sambil berdiri
“kalian pergi saja berdua, aku masih ada kerjaan” Cagalli berdiri dan pergi keluar kelas
“ya sudah, Athrun ayo kita pergi”
Athrun makan denga Kira saja, tak berapa lama Cagalli masuk ke kantin dan mengambil makanan di stand lalu duduk di seberang tempat duduk Athrun dan Kira, Kira yang membelakanginya tidak tahu Cagalli duduk jauh dibelakangnya, Athrun memandangi Cagalli. Tidak sengaja Cagalli menoleh dan berpandangan dengan Athrun, dia segera berpaling dan minum susu lalu pergi, padahal baru makan satu gigit sandwich.
Pulang sekolah, Cagalli masuk ke ruang klub kemanusiaan “boleh kubantu?”
“silahkan, Cagalli-sama”
Sementara itu Athrun berlatih sendirian di ruang kelas tembak di klub militer, dia menoleh ke pintu tapi disana tidak muncul siapapun.
Hari berikutnya pun sama, Cagalli tidak makan bersama Kira dan Athrun dan tidak mengikuti kelas terbang.
Athrun duduk merenung di kokpit pesawat jet-nya
“pesawat 105 siap?” suara dari radio
“iya” Athrun langsung kembali konsentrasi.
“sudah lama aku ngga ke ruang klub militer...” Cagalli memegang handle pintu ruang kelas tembak, lalu membukanya. Dia melihat Athrun sedang mengisi peluru, Athrun menoleh dan memandang Cagalli tapi belum sempat berucap Cagalli sudah pergi.
Cagalli tidak pulang ke asrama begitu pergi meninggalkan ruang kelas tembak, dia berdiri di beranda, menatap pemandangan malam
“hatiku sakit setiap melihatnya, kenapa aku begini.... kenapa aku harus jatuh cinta padanya, aku ngga mau merasa sakit begini” kata Cagalli dalam hati
“Cagalli” Athrun di belakang Cagalli, Cagalli tidak menoleh “kenapa kau tidak ikut klub militer lagi?
“aku sedang ikut kegiatan lain, aku sudah tidak mau ikut klub militer, aku kan ngga masuk kemiliteran seperti Kira”
“tapi sebagai seorang tuan putri setidaknya kau harus mempelajari dasar-dasar kemiliteran, tentang menembak dan terbang”
“aku ngga mau ikut kelas itu, jadi pergilah”
“kenapa kau memutuskan begitu?”
“aku.... heeh... kenapa kau menyebutku begitu? Aku ini kan tuan putri tapi kau seenaknya saja menyebutku kau kau kau, panggil aku yang mulia” Cagalli menatap mata Athrun
“bukankah kau yang bersikeras menyuruhku memanggilmu begitu” ucap Athrun
“pergilah, aku hanya ingin sendirian disini”
“aku sudah pernah bilang, aku tidak akan membiarkanmu sendirian”
“kau bukan pengawal pribadiku, jadi kau ngga punya tanggung jawab apapun, tinggalkan aku dan ngga perlu menemuiku lagi, pergilah”
Tapi Athrun diam saja sambil menatap Cagalli
“aku sudah tahu kau memang ngga pernah mendengarkan omonganku” akhirnya Cagalli yang pergi.
Sudah setengah bulan sejak Cagalli mulai menghindari Athrun, dia tidak lagi datang ke ruang klub militer. Karena Cagalli suka seni, dia pun sering menghabiskan waktunya di ruang klub artistik, saat ini dia sedang melukis dan kebetulan Lacus juga kesana karena dia tidak sibuk dengan klub kemanusiaan. Mereka akrab seperti biasanya. Dan begitu jam 9 malam Athrun datang untuk menjemput Lacus, dia berpandangan dengan Cagalli tanpa menoleh pada Lacus.
“yang mulia saya undur diri” ucap Lacus
“silahkan” Cagalli tersenyum, Lacus menghampiri Athrun tapi pandangan Athrun tak lepas dari Cagalli dan Lacus menyadari hal itu.
“ayo pulang” ucap Lacus sambil menggandeng Athrun.
Cagalli terduduk sedih.
“ada apa?” ucap Lacus sambil berjalan “kau menyukai tuan putri?”
“eh?” Athrun menoleh terkejut
“kita sudah sepakat, aku hanya akan menjadi tunanganmu hingga kau menemukan sendiri gadis yang kau cintai, setelah itu kita akan membatalkan pertunangan” kata Lacus.
Tapi Athrun tidak menjawab, Lacus mengamatinya
“heeh... pandangan matamu padanya sudah mengatakan semuanya” kata Lacus dalam hati.
Di lapangan terbang Cagalli memasuki pesawat, baru kali ini dia naik pesawat sendirian, biasanya bersama Athrun menggunakan pesawat jet dengan double kokpit.
“Athrun, kau ada disini?” tanya Kira saat masuk kelas tembak sepulang sekolah
“kenapa?”
“Cagalli sedang di kelas terbang, kukira terbang bersamamu, apa dia sudah mahir terbang?” kata Kira
“eh?!” Athrun terkejut “aku segera kesana”
Athrun langsung meluncur dengan mobilnya ke lapangan terbang. Kawasan sekolah itu sudah seperti sebuah kota, dengan lapangan terbang dan bangunan-bangunan sekolah yang besar dan terpisah jauh, memiliki danau dan taman luas.
“koordinasi 130* dan 35*” kata petugas lapangan memberikatahukan arah terbang pesawat Cagalli.
Athrun segera memakai peralatan terbangnya dan masuk pesawat. Dia mengatur koordinasi terbang dan meluncur.
“uwaa.. ada hutan” Cagalli panik, dia mengurangi kecepatan dan mengerm tapi pesawat sudah masuk ke pepohonan
“payah, masa aku belum mahir terbang” dia keluar dari pesawat yang sudah nangkring di atas pohon, dia menuruni pohon dan melompat ke tanah.
“payah....” Cagalli menoleh ke pesawatnya, pesawat ada diatas pohon, dia berjalan keluar hutan, ada laut.
“hah??? Sekolahnya ada disana?!!” Cagalli terpisah dengan pulau tempat sekolahnya “heeh...” akhirnya dia duduk di pasir tepi pantai
“aku benci ini, memalukan, kalau sampai Athrun tahu dia pasti marah karena aku melanggar peraturan terbang sebelum mahir, tapi dia ngga tahu kan? Ya sudah, berarti aman, aku hubungi saja pangkalan untuk menjemputku, tapi radionya ada di dalam pesawat, haah... nanti sajalah, aku mau jalan-jalan dulu.. baru kali ini bisa main ke laut.
Cagalli naik ke batu karang “wah... airnya jernih... jadi ingin berenang” Cagalli menuruni karang dan terpeleset. Byur!! jatuh ke laut
“haah.. kenapa begini...” Cagalli naik ke karang dan melepas pakaiannya yang basah kuyub “semua jadi basah... tapi aku memang mau berenang kan” Byurr!! Cagalli terjun lagi ke laut dan berenang
“eh?” Athrun melihat pesawat yang terdampar diatas pohon, dia berputar mencari tempat mendarat dan melihat pantai yang kosong.
Karena tekanan udara dari pesawat membuat air laut bergejolak
“wuaa.. apa-apaan sih.. pesawat siapa itu” Cagalli keluar dair air naik ke karang.
Athrun turun dari pesawat, melihat Cagalli hanya mengenakan dalaman saja.
“hah?!” Cagalli langsung nyebur ke laut
“sedang apa kau?” Athrun berjalan mendekat
“jangan mendekat” Cagalli tetap di dalam air “kenapa disaat begini ada dia”
“cepat naik, kita harus pulang”
“kau... jangan kesini, cepat sana” Cagalli mengibas-ngibaskan tangannya. Akhirnya Athrun berbalik dan Cagalli naik
“pakaianmu basah?” tanya Athrun tanpa menoleh
“iya” jawab Cagalli, lalu Athrun melepas jaketnya
“pakai ini” Athrun mengacungkan jaketnya masih tanpa menoleh.
Cagalli mengambil dan memakainya
“sudah?” Athrun berbalik
“jangan lihat kesini” Cagalli memegang pundaknya dan memaksanya membelakangi Cagalli “aku sedang begini, ngga mungkin kubiarkan dia melihatku” Cagalli tidak memakai celana dan jaketnya hanya menutupi tubuh Cagalli sebatas paha.
Athrun berjalan ke pesawat tanpa menoleh pada Cagalli, Athrun masuk ke kokpit lebih dulu, dia mengulurkan tangan pada Cagalli, mau tidak mau Athrun sudah melihat keadaannya saat ini, Cagalli pun tak bisa menolak.
“heh?! Ini pesawat kokpit tunggal?” Cagalli melihat pesawat yang hanya memiliki satu kursi kemudi
“iya, karena ini bukan pesawat untuk latihan yang memiliki double kokpit”
“jadi aku duduk dimana?” Cagalli panik
Athrun duduk di kokpit dan menarik Cagalli ke pangkuannya
“e...” Cagalli terkejut, wajahnya sangat dekat berhadapan dengan Athrun “situasi ini, posisi ini, pakaianku? Kenapa bisa begini?!!!” teriak Cagalli dalam hati
“pegangan yang kuat, kita akan take off”
“eh?”
Pesawat mulai berguncang, Cagalli memeluk Athrun dengan erat, wajahnya menghadap ke belakang
“apapun keadaannya sekarang, aku mohon, asalkan dia ngga merasakan degup jantungku yang kencang ini” Cagalli terpejam.
Pesawat meluncur
“kita ke rumahku saja” kata Cagalli
“eh?”
“aku ngga mau kalau dilihat orang lain dengan keadaan begini”
“baik” tanpa banyak komentar Athrun memutar kemudi dan meluncur menuju kediaman kepresidenan.
Pesawat landing di halaman belakang, Athrun menggendong Cagalli turun dari pesawat sampai ke kamarnya.
“e... terimakasih” Cagalli segera meraih selimut, wajahnya memerah
“aku tunggu diluar” Athrun keluar
“haaa...” Cagalli menyembunyikan wajahnya dengan bantal “aku harus senang atau sedih...” ucapnya
Setelah ganti pakaian, dia turun.
“Cagalli?” presiden Atta sudah pulang
“ayah”
“apa ada sesuatu?”
“ngga ada apa-apa, hanya mampir, aku segera kembali kesana”
“tunggu, ini sudah malam, besok saja, Athrun.. kau menginap saja disini”
“baik” jawab Athrun hormat.
Mereka berdua di beranda “maaf, aku sudah menyusahkanmu” kata Cagalli tapi Athrun cuma memandangnya “kau ngga marah kan karena aku mengendarai pesawat sebelum mahir?” Cagalli tidak berani memandang Athrun
“yang penting kau selamat”
“eh?” Cagalli menoleh “iya, terimakasih”
Athrun mengalihkan pandangannya
“kenapa rasanya biasa-biasa saja ya, padahal kemarin-kemarin aku ngga mau ketemu dengannya, apa dia ngga merasa sesuatu ya, bertanya kenapa aku menghindarinya?”
“sudah malam, istirahatlah”
“eh? kau sendiri?”
“nanti, aku ingin disini sebentar lagi”
“kalau begitu selamat malam” Cagalli masuk, “dia pasti sedang memikirkan Lacus ya, heeh... aku ngga seharusnya membuatnya tertahan disini”.
Esok paginya, Cagalli kembali duduk di pangkuan Athrun menaiki pesawat dan kembali ke sekolah
“kau terdampar karena belum mahir terbang?” tanya Kira saat bertiga bersama Athrun dan Cagalli di kantin waktu makan siang
“siapa yang bilang?”
“Athrun semalam menelponku, katanya dia tidak kembali ke asrama karena menginap dirumah karena kau yang sembarangan terbang dan menyusahkan orang”
“apa?” Cagalli menoleh pada Athrun dengan wajah semu merah dan kesal
“aku tidak bilang seperti itu” raut wajah Athrun tenang seperti biasa, tapi ada sedikit senyum di bibirnya
“kau tersenyum mengejekku? Heh.. sudahlah, aku selesai” Cagalli pergi
“hei, kau baru makan segigit roti kan” tapi Cagalli tak menghiraukan Kira “dia itu kebiasaan, sering tidak mau makan begitu kalau emosi”
“Lacus?” Cagalli bertemu Lacus saat menaikki tangga, Lacus sedang berdiri melihat pemandangan dari kaca belokkan tangga
“yang mulia”
“sudah kubilang panggil aku Cagalli saja, kenapa kau disini?”
“aku hanya menghabiskan waktu istirahat saja”
“eh? oh ya, kenapa aku ngga pernah lihat dia makan siang dengan Athrun, karena dia kan tunangannya” pikir Cagalli “emm.. Lacus, kulihat kau ngga pernah bersama Athrun saat makan siang”
“eh? oh.. itu.. karena kami sebisa mungkin menjaga agar tidak terlalu melibatkan diri dengan kehidupan masing-masing, aku ada kegiatanku sendiri dengan teman-teman begitu juga Athrun dengan Kira”
“eh? itu aneh kan, apa maksudnya? Kalian kan tunangan, meskipun mau ngga mau, melibatkan diri dalam kehidupan masing-masing pasangan sudah jadi keharusan kan”
“itu jika kami benar-benar bertunangan, tapi bagaimanapun juga aku tidak mau mengganggu kehidupan Athrun dan apa yang dia lakukan”
“e... sepertinya aku ngga mengerti apa yang kau katakan”
“iya, tidak seperti yang tuan putri kira, aku dan Athrun tidak benar-benar bertunangan, itu hanya secara simbolis saja, perasaan kami tidak saling terikat, kami bertunangan bukan karena saling mencintai, tapi karena ikatan kekerabatan dua keluarga”
Cagalli terdiam dan agak terkejut dengan yang didengarnya
“aku lebih menganggap Athrun seperti saudara, kami memutuskan untuk mengakhiri pertunangan begitu salah satu dari kami menemukan pasangan”
“eh?!”
“Athrun orang yang sangat baik, meskipun dia tidak mencintaiku tapi dia memperlakukanku dengan baik dan menghormati keputusan keluarga, itulah kenapa sampai saatnya Athrun menemukan gadis yang dia cintai atau aku menemukan seseorang yang kucintai, kami akan bersama dalam ikatan pertunangan”
“itu... kedengarannya sangat aneh”
“tapi sepertinya ikatan akan segera kami akhiri”
“eh?!”
“he... Cagalli-sama, aku harap Cagalli-sama bisa percaya kata-kataku” Lacus tersenyum dan pergi.
Selesai sekolah Cagalli ikut gabung di klub Lingkungan Hidup, mereka sedang membuat kebun bunga
“maaf merepotkan Cagalli-sama”
“ngga apa-apa, aku senang melakukannya bersama kalian”
“Cagalli” Kira datang
“eh” Cagalli mencari-cari sesuatu
“kenapa?’
“ngga..” Cagalli kembali mengurus tanaman “dia ngga ikut Kira” pikir cagalli
“kau sudah sangat berusaha, bagaimana? Menyenangkan kan diluar istana?”
“iya”
“oh ya, makan malam nanti aku tidak bisa bergabung, jadi tolong temani Athrun ya”
“eh?”
Di kantin, Cagalli dan Athrun makan berdua
“kau akan ikut kelas tembak dan terbang lagi kan?” tanya Athrun
“e... i.. iya, sepertinya aku memang perlu belajar klub militer”
“meskipun aku tidak tahu alasanmu meninggalkan klub militer waktu itu, tapi aku tidak akan menanyakannya”
“eh? kau... tidak akan menanyakannya?”
“iya, itu semacam karena aku tidak mau mencampuri urusan orang lain”
“oh....” Cagalli diam saja “sebenarnya itu urusanmu juga, karena aku ngga mau ikut klub karena kamu” kata Cagalli dalam hati
Cagalli masuk ruang kelas tembak, disana ada Athrun yang sedang berlatih, dan mereka berlatih berdua. Setelah beberapa jam berlatih, Cagalli selesai lebih dulu dan duduk di kursi tunggu sambil memainkan kakinya, mengayun-ayunkan kakinya
“dari dulu kau selalu duduk begitu jika sedang menunggu” kata Athrun mendekat
“eh?” Cagalli menoleh
“dulu setiap meunggu ayahmu yang sedang bertemu dengan ayahku, kau selalu duduk dengan memainkan kakimu”
“eh? jadi kau melihatku waktu datang ke kediaman Perdana Menteri Utama?’
Athrun duduk disamping Cagalli
“selalu melihatmu main-main dengan para pelayanku, mengajak mereka ngobrol sepanjang hari dan begitu lelah kau akan menunggu ayahmu dengan duduk di teras sambil memainkan kakimu”
“kau... begitu tahu aku... tapi aku ngga pernah melihatmu”
“karena aku sibuk dengan guru-guru yang dipanggil kerumah, jadi aku tidak pernah keluar kamar”
“jadi kau selalu ada dikamarmu?”
“iya, yang menghadap ke taman, tempat kau bermain dan menunggu ayahmu”
“jadi kau selalu melihatku dari situ ya”
“menyenangkan”
“eh?”
“ditengah rutinitasku aku tidak bisa bermain seperti anak-anak lainnya, tapi hanya dengan melihatmu itu sudah membuatku senang”
“e....” Cagalli tidak bisa berucap apa-apa
“sejak saat itu aku menyukaimu”
“eh?!”
“tuan putri” Athrun berdiri dan mereka berpandangan “saat kau marah waktu itu aku sangat bingung, aku tidak tahu apa yang harus kulakukan karena aku juga tidak bisa melakukan sesuatu atas dasar kehendak hatiku, aku tidak berhak menanyakan apa yang terjadi padamu, yang kulakukan hanya bisa menunggu sampai saatnya kau kembali mereda meskipun aku membenci situasi itu dimana aku tidak bisa berbuat apa-apa untukmu”
“Athrun....”
“Lacus.... mungkin kau sudah dengar tentang aku dan Lacus, dan karena itupun aku tidak tahu apa aku masih berhak mengatakan ini padamu, tapi aku mencintaimu, aku tahu aku mencintaimu”
“he..” Cagalli tersenyum. Gyut! Dia melompat dan memeluk Athrun
“eh?!” Athrun kaget
“Lacus sudah mengatakannya padaku, tentang kalian yang sebenarnya, kalau kalian ngga benar-benar bertunangan.. jadi... apa kau... mau jadi pengawalku?”
“eh?”
“jadi pengawalku yang akan menjagaku seumur hidupmu?”
“baik, dengan senang hati yang mulia” Athrun tersenyum dan memeluk Cagalli.
No comments:
Post a Comment